Saat kamu didiagnosis mengidap mysophobia, aku terbahak-bahak. Aku tak menganggap itu sesuatu yang serius atau menakutkan. Bagiku itu mengada-ada.
Sementara kamu berjuang dengan ketakutanmu sendiri untuk bisa sampai di klinik psikiatri, aku cuma bisa geleng-geleng kepala. Semua orang memang takut akan kuman. Tapi aku tak menyangka ketakutanmu itu begitu parah. Kamu impulsif. Kamu mencuci tangan seolah-olah kamu bercinta dengan buih sabunnya. Kamu menjauhi manusia, kecuali aku, seperti mereka akan menularkan 1001 macam penyakit yang tak ada obatnya. Padahal, sekurang-kurangnya pun kamu mencuci tangan, penyakitmu paling cuma batuk pilek atau mencret. Obatnya bahkan tersedia di warung-warung tanpa harus pakai resep dokter.
Lalu, badai itu tiba. Wabah besar menimpa separo dunia. Kamu kian gila.
Ketakutan irasional itu sampai harus membuatku menyeret tubuhmu kembali ke psikiater. Kamu diresepkan berbagai macam obat untuk mengurangi serangan panik. Kamu mengikuti berbagai sesi terapi yang membuatku kembali mencemooh, "Jadi lelaki kok cemen amat."
Lalu, tak seberapa lama aku menemukanmu mati karena menenggak cairan disinfektan di kamar mandi. Siapa nyana kamu betulan takut. Kupikir selama ini kamu cuma cari perhatian.
Ibumu menangis tersedu-sedu waktu tahu kamu bunuh diri. Mirisnya, pakai cairan disinfektan. Bagi mereka yang tahu ketakutan berlebihanmu akan kuman pasti mengira kamu minum cairan itu supaya kuman-kuman menjauhimu. Aku sendiri sejujurnya tak mengerti, dari sekian banyak pilihan bunuh diri, kenapa kamu terikat mati dengan disinfektan.
Lalu, sambil membersit hidung, ibumu cerita bahwa kamu pernah memiliki trauma. Waktu kecil, kamu dikerjai sepupumu saat tidur. Mereka menaruh tanah di mulutmu yang menganga. Waktu terbangun, kamu muntah-muntah. Kamu jijik melihat tanah yang kemudian merembet jadi gangguan psikologis parah. Sialnya, aku tak pernah mau mengerti ketakutanmu.
Kini, dari lemari dapur, kubuang seluruh timbunan sabun cuci tanganmu. Aku ingin menghilangkan sosokmu yang kerap mencuci tangan di wastafel meski kamu sudah mati berhari-hari lalu.
Purwakarta, 9/04/2020
Jangan lupa cuci tangan pakai sabun.#RabuFF
#PerempuanMenulis
KAMU SEDANG MEMBACA
SENANDIKA
Short StoryKumpulan kisah yang kurawi sejak engkau membuka mata, hingga gelap memeluk senja.