Sebuah Surat

39 3 2
                                    

Mungkin ini jadi rekor terlamaku tak bersemuka denganmu, hei, predator buku.

Surat ini sesederhana surat cinta yang mungkin akan kutulis dengan kadar menjengkelkan luar biasa. Kejengkelan yang saban hari berputar-putar di atas kehidupan kita semacam kamu mengomel karena aku jarang merapikan tempat tidur dan aku marah karena tak kamu pinjami buku-bukumu yang hampir meledakkan rak buku Papa. Kamu memang agak jahat dan menyebalkan, tapi kamu adalah penyelamatku melewati kehidupan yang kejam ini.

Kamu adalah wanita yang aneh. Kamu tak pernah bawa cowok ke rumah dan memperkenalkannya sebagai pacar. Kerjaanmu mengurung diri di kamar seperti sosiopat dengan buku-buku yang kamu baca secepat aku menghabiskan urusan hajatku di kamar mandi. Kamu membawa masuk setumpuk buku, menyelesaikannya seperti proses kiamat yang lalu mengguncang duniaku. Kamu membuatku bertanya-tanya apakah gerangan kamu bercinta dengan setumpuk buku-buku yang begitu kamu puja itu?

Kamu menghadirkan dunia baru bagiku ketika aku terkapar sakit berminggu-minggu lamanya di rumah sakit. Setiap hari aku melawan bosan dengan menatap langit-langit ruangan. Kalau aku bisa selamat dari kematian-akibat-tifus, aku yakin saat itu lama-lama aku bisa mati-karena-bosan. Sampai kemudian kamu datang, membawa sebuah buku yang jadi titik nol kilometerku untuk mencari jati diri dan memulai pelarian-pelarianku.

Kamu membuatku cinta mati pada buku-buku. Makin lama keanehanmu menular. Aku jadi sering mengurung diri di kamar, membaca setumpuk buku, mengonversi sisa uang jajan yang harusnya bisa menjelma jadi tas atau sepatu, menjadi buku-buku yang kian lama kian menggunung. Mama mulai frustrasi karena kebiasaan kita yang serupa. Sayangnya, kulihat Papa begitu bangga, hobinya membaca buku menitis pada dua anak perempuannya yang mungkin memang terlahir aneh.

Hei, predator buku yang kejam. Surat ini sebetulnya kutulis karena aku rindu berat padamu. Aku kepengin kita ngobrol berdua soal film dan buku lagi. Aku kepengin sejenak melarikan diri dengan satu-satunya orang yang mengerti kegilaanku akan buku: kamu.

Semoga setelah ini, kita punya satu hari saja untuk mengenang masa-masa kita sebagai anak aneh kutu buku. Berdua. Aku dan kamu.

Purwakarta, 23/04/20
Untuk Lany. Selamat Hari Buku Sedunia.

#RabuFF
#PerempuanMenulis

SENANDIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang