19. Sorry

2.5K 267 19
                                    

Jangan lupa VOTE dan tinggalkan komentarnya. Aku berharap apresiasi dari kalian 😊

WARNING TYPO
&
HAPPY READING

Suasana canggangu masih menyelimuti mereka berdua, Nara sendiri yang memilih membatasi diri dengan Stevan, ia hanya akan berbicara jika itu merupakan hal penting, lalu mereka akan melakukan kegiatan masing – masing tanpa saling memberi tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana canggangu masih menyelimuti mereka berdua, Nara sendiri yang memilih membatasi diri dengan Stevan, ia hanya akan berbicara jika itu merupakan hal penting, lalu mereka akan melakukan kegiatan masing – masing tanpa saling memberi tahu.

Setelah Jules kembali tinggal bersama orang tuanya, mereka kembali berpisah kamar. Terkadang Nara meliburkan Linda, ia tak ingin Linda sadar akan sesuatu yang salah dari sepanag ‘suami istri’ tersebut.

Nara menyandarkan kepalanya ke kaca mobil, ia dan Stevan baru saja menghadiri pesta salah satu teman Stevan, tadinya Nara tak ingin datang, namun ia juga tak bisa membiarkan orang lain berpikir negatif tentang pernikahan mereka bila mereka tak terlihat bersama. Nara ingin melindungi nama baiknya dan juga Stevan, tak lebih.

Teman – teman Stevan di pesta tadi pun menyambut Nara dengan tangan terbuka, mereka ramah dan gila berpesta, tadi saja Stevan terus di cekoki alhohol sampai mabuk berat. Nara khawatir bila terus seperti itu, maka ia memilih mengajak Stevan pulang lebih cepat, ia lalu menghubungi supir pengganti agar mereka bisa pulang dengan selamat, terlalu beresiko jika membiarkan Stevan menyetir sendiri.

“Kau mau ice cream?” ujar Stevan yang diikuti gumaman tak jelas.

“Aku rasa ice cream tak baik di malam hari.”

“Nara, kau kenapa? Kau terus saja murung.”

Nara diam dengan menatap Stevan yang bersandar di pundaknya, jika ia ceritakan sekarang Stevan tak akan sepenuhnya ingat. Begitu sampai di parkiran, Nara membantu Stevan keluar dari mobil, lengan Stevan ia lingkarkan pada pundaknya agar ia bisa menyangga pria itu.

“Nara...rara,” Stevan terus bergumam memanggil Nara dan juga panggilan perempuan itu sewaktu kecil.

Dengan penuh perjuangan Nara membuka pintu penthouse dengan masih merangkul Stevan, setelah berhasil Nara membawa Stevan ke sofa lalu membantu melepas jas yang Stevan gunakan.

“Nara,” tiba – tiba Stevan sudah berada di belakangnya saat Nara akan mengambilkan air putih.

Stevan merasa di acuhkan, lalu ia memeluk Nara dari belakang. Nara terkesiap tiba – tiba mendapatkan sebuah pelukan yang tak ia duga sebelumnya, ia berbalik sembari berusaha melepaskan tangan Stevan yang melingkar di pinggangnya.

“Apa tiba – tiba pergi adalah hobimu?”

“Stevan minum ayo dulu,” Nara menyodorkan air dan langsung di terima Stevan, ia menghabiskan minum itu dalam beberapa detik saja, setelahnya ia kembali memeluk Nara dengan erat.

Nara menghela nafasnya, ternyata Stevan yang sedang mabuk berat bisa sangat merepotkan, termasuk mengusik kembali pikiran Nara.

“Istirahat di kamarmu ya.”

Sweet Ecsape [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang