Mianhae part 37

84 9 3
                                    

Kesedihan dan rasa sakit yuri seperti tiada akhir,semua masalah datang silih berganti,baru ia lega akhirnya hoseok selamat dari mautnya,kini ia harus kehilangan salah satu orang sangat penting dalam hidupnya,

Bukan munafik,sebelumnya yuri pernah sangat mencintai jimin,sebelumnya jimin pernah mengisi hati dan harinya,bahkan sebelumnya benihnya pernah tumbuh di dalam rahimnya,
Terluka pasti,menangispun sudah pasti,bahkan mungkin kelenjar air mata yuri mulai mengering karna terlalu sering menangis akhir akhir ini,

Kali ini ia berusaha untuk tetap tegar walaupun hatinya sangat sakit,
Ia terus menggenggam jari jemari hoseok,menemaninya tanpa ada niatan mengistirahatkan dirinya barang sejenak,
Sudah sejak kemarin malam ia masih saja terjaga menatap paras teduh hoseok,ia ingin saat hoseok bangun dirinya ada di sampingnya,

Bahkan listy sudah beberapa kali menyuruhnya untuk beristirahat tapi ia selalu menolaknya,
Tangannya tetap erat menggenggam jemari hoseok,
Maniknya tetap ia paksa untuk tetap terbuka walau sebenarnya tubuhnya sudah sangat lelah.
.
.

Pagi menjelang,mentari mulai terbit menunjukkan kegagahannya,
Hoseok masih saja belum sadar,sedangkan yang sedari kemarin berada di sampingnya sudah mulai lelah,
Tubuhnya sudah tidak bisa mentolerir rasa kantuknya,
Perlahan kepalanya ia sandarkan di sisi ranjang sebelah tangan hoseok,sedangkan tangannya masih tetap menggenggam jemari hoseok,
Tubuhnya sudah terlalu lelah,sampai pergerakan dari jemari hoseok sama sekali tak membangunkannya,

Kelopak manik hoseok perlahan mengerjap,ia sedikit memicing karna cahaya matahari yang sedikit menembus tirai ruangannya dirawat.
Maniknya menelisik keseluruh ruangan,warna putih mendominasi,sampai ia sempat berfikir apa dia sudah berada di surga,sampai lamunannya tersadar setelah mendengar dengkuran halus dari sisi kirinya,

Dengan susah payah hoseok menoleh,menatap seseorang dengan paras teduh tengah tertidur lelap menghadap kearahnya,
Ia merasa tangannya di genggam,lalu dengan tangan sebelahnya ia melepas masker oksigen,
Birainya sedikit mengulas senyum ketika menatap pribadi yang sedari tadi tidur sambil menggenggam tangannya,
Tangan kanannya terangkat menyentuh puncak kepala yuri,lalu mengelusnya perlahan.
Sentuhan hoseok yang akhirnya membangunkan yuri,maniknya mengerjap perlahan,saat maniknya sudah terbuka sempurna ia melihat bibir pucat hoseok yang sedikit mengulas senyum padanya.

Tubuhnya bergerak impulsif saat menyadari jika hoseok sudah sadar,

" oppa kau sadar?.."

"...dokter hoseok oppa sudah sadar"

Teriakan yuri menginterupsi seokjin yang sedari kemarin juga berada di sana memantau keadaan hoseok,
Dengan segera seokjin mendekat lalu memeriksa keadaan hoseok.

"Apa yang kau rasakan sekarang?"

"Aku jauh lebih baik"

Jawaban hoseok mengundang helaan nafas lega dari yuri dan seokjin,
Seokjin sudah sangat was was jika tubuh hoseok memberi reaksi penolakan.

"Baiklah,aku akan memeriksa mu dulu,sambil kita menunggu dokter Jang,ia yang berhak memutuskan kau bisa dipindah ke ruang rawat atau belum"

Satu anggukan hoseok berikan,lalu seokjin mulai memeriksa dari detak jantung sampai tensi hoseok,
Yuri baru ingat,ia segera keluar menemui ayah dan ibu hoseok untuk memberitahu mereka jika hoseok sudah sadar.
-
-
Suasana ruang rawat hoseok jauh lebih baik dibanding suasana ruang ICU yang sangat mencekam bagi yuri,
Sudah sejak 2 jam yang lalu brankar hoseok dipindahkan keruang rawat,
Tapi ia masih harus bersabar beberapa hari kedepan,karna ia masih belum di perbolehkan pulang,
Dirinya masih harus berada di bawah pengawasan dokter sampai beberapa hari kedepan,

Terkadang jika hoseok sudah mulai bosan,yuri akan mengajaknya berkeliling di taman rumahsakit menggunakan kursi roda,dengan seijin dokter dan di dampingi suster juga tentunya,seperti saat ini,

Tangan yuri tengah berkutat pada nampan yang berisi beberapa makanan yang sediakan rumah sakit untuk hoseok,
Jam dimana hoseok harus makan siang dan meminum obatnya,tapi ia ingin memakannya di taman sambil menikmati sejuknya udara.

Manik hoseok menatap yuri yang masih sibuk berkutat dengan nampan makanannya,
Tak terasa ujung birainya tertarik keatas mengulas senyum tulus.

"Yuri..."

"Hm"

Yuri hanya berdeham,sambil terus menyiapkan makanan untuk hoseok.

"Siapa orang baik yang mau mendonorkan jantungnya untukku"

Tangan yuri yang sedari tadi sibuk berkutat pada mangkuk makanan hoseok mendadak gemetar,ia terdiam tanpa menjawab hoseok,
Matanya mulai memanas,namun dengan segera ia mengedipkan matanya agar bulirnya tak keluar.

Perlahan ia mendongakkan kepalanya menatap hoseok sambil birainya mengulasakan senyuman yang terkesan palsu pada hoseok.

"Kau ingin tau??"

Hanya anggukan yang hoseok berikan atas pertanyaan yuri,jelas ia ingin tau,siapa orang baik yang sudah mendonorkan jantungnya,dikepalanya masih tersimpan banyak pertanyaan,
mengapa orang itu mendonorkan jantungnya?
Apa karna ia korban kecelakaan?atau orang yang yang mengalami kerusakan otak?
Ia sama sekali tak berfikir jika orang yang sehat tanpa adanya diaknosis medis mau mendonorkan jantungnya secara cuma cuma.

"Maka cepatlah sembuh,aku akan mengantarmu menemuinya"


~tbc

Mianhae✔[JHS,PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang