Aku membuka aplikasi twitter setelah mengeringkan rambutku. Duduk di kursi, dengan meletakan kedua siku di atas meja belajar, bersiap belajar untuk SBM. SBM tinggal 3 bulan lagi, sedangkan aku masih belum bisa membagi waktu antara SBM dan UN. Sepertinya aku harus agak santai menghadapi UN dan lebih fokus ke ujian masuk perguruan tinggi, mengingat UN hanyalah formalitas untuk lulus. Dan sekarang, lihatlah, aku malah membuka sosial media dengan alasan agar menaikan mood sebelum belajar. Baiklah, kuberi waktu kepada diriku sendiri selama 15 menit.
Ku-scroll timeline twitter yang menampilkan segala macam hal, entah itu lelucon garing, berita terbaru, kpop, hingga cerita tentang seseorang yang menyukai orang lain dalam diam, lalu tanpa disangka orang yang disukainya malah menembak duluan. Tertarik, aku pun membaca cerita tersebut.
Terdapat kesamaan denganku waktu di awal cerita. Bagaimana kami sama-sama merasakan hangat yang menjalari punggung ketika berpapasan dengan orang yang disuka, atau ketika sengaja ke kantin berkali-kali demi melihat orang itu.
Sayangnya, bagian ketika orang disuka menjadi viewers snapgram, belum terwujud di aku. Cih, di-accept saja belum.
Oh, ada bagian yang sama lagi ternyata. Ketika ia mengetahui tanggal ulang tahun orang yang disuka lewat snapgram temannya. Sama denganku, aku mengetahui ulang tahun Hansel ketika Marcel memposting snapgram bagaimana Hansel disiram air secara tiba-tiba ketika ia sedang mengikuti ekskul basket. Saat itu, ia sedang push up bersama anak ekskul yang lain, lalu dari belakang, teman-temannya menyiram air dengan gayung dan ember entah didapat dari mana, disertai dengan suara tawa dan ucapan selamat. Tidak hanya sampai situ kejutannya, ketika Hansel mengkibas-kibas kaosnya yang basah sambil terduduk, kakinya langsung diseret dan badannya disiram lagi, lalu tertawa bersama.
Ya Tuhan, dengan kaos hitam yang saat itu kamu pakai dan juga rambut yang basah, bagaimana bisa aku menormalkan detak jantungku.
1 point untukku, karena aku sudah berhasil mengetahui satu fakta tentangnya.
Saat itu, aku masih berusaha mencari tahu kelasnya berada. Tidak mungkin aku bertanya langsung pada Marcel, antara malu sekaligus takut diledek.
Seminggu kemudian, aku melihatnya di kantin dengan baju olah raga, sedang berkumpul di meja kantin dengan teman-temannya. Ah, jadi jadwal olah raganya hari Jumat. Sungguh, aku itu aku merasa bodoh, padahal sudah mendapat petunjuk tentang kelasnya. Barulah beberapa minggu kemudian, setelah ada pengumuman tentang jadwal pelajaran yang dirombak, aku baru berpikir, kira-kira jadwal olah raga kelas Hansel di hari apa ya.
Segera sadar, aku membuka jadwal pelajaran lama yang menampilkan jadwal semua kelas, kulihat siapa yang memiliki jadwal olah raga di hari Jumat. Ada 10 MIPA 2, 10 MIPA 5, 11 MIPA 4, 12 MIPA 1. Tidak mungkin 10 MIPA 5, berhubung kelasku pernah memiliki jam olah raga yang sama dengan kelas tersebut. 10 MIPA 2 ya?
Di jadwal baru, kelas tersebut berolahraga hari Selasa di jam pelajaran pertama hingga kedua. Beruntung, kelasku berada di lantai 2 dan dari balkon, bisa melihat ke arah lapangan outdoor. Sudut bibirku terangkat, berharap bisa melihatnya suatu hari nanti.
Begitulah, aku mencari tahu fakta tentang Hansel secara diam-diam. Atau sesekali menunggu berita terbaru dari Wina atau Marcel, tentang tim basket sekolah yang mengikuti pertandingan dan menang. Memang sih, aku seperti tidak berusaha, tapi mana mungkin aku bertanya-tanya ini itu kepada Marcel? Yang ada, pasti dia berpikiran bahwa aku sangat tergila-gila pada Hansel. Iya benar, tapi cukup aku yang tahu bagaimana caraku mengaguminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Better Better; haruto
Short StoryBisa gak sih, gantengnya Hansel dikurangin? Kalo rasa ngefans ini jadi perasaan suka, emang dia mau tanggung jawab?