Decitan antara sepatu dengan lapangan beberapa kali terdengar, bersatu dengan suara bola yang dipantul. Seorang pria meneriaki belasan siswa yang sedang berlatih basket, berniat memberikan semangat. Tawa beberapa siswa dan alumni di pinggir lapangan juga turut mengisi kemeriahan yang ada di lapangan outdoor Smakta. Hari Sabtu sore tidak membuat anggota ekskul basket absen dari latihan intensifnya, berhubung pertandingan tinggal 2 minggu lagi.
Marcel, salah satu alumni yang sedang senggang, sepakat datang untuk ikut menemani latihan adik kelasnya bersama alumnus lainnya yang merupakan mantan anggota ekskul basket Smakta. Lumayan, kembali bisa merasakan suasana 2 tahun lalu saat dia masih menjadi anggota ekskul.
Langkah seorang pemuda tinggi mendekati Hansel yang sedang duduk di bawah pohon bersama yang lainnya. Ia adalah Hansel, yang kini menjabat sebagai kapten tim basket putra Smakta di danceandbasketleague, dan juga mantan kapten basket Smakta, berhubung kini Hansel sudah kelas 12 dan yang menjabat kapten basket Smakta adalah anak kelas 11. Tangannya terulur mengambil botol minum dan ponsel, lalu duduk di samping Hansel setelah mendapat ijin dari pelatih untuk beristirahat selama 15 menit.
"Gimana? Udah siap?" tanya Hansel.
"Ya lumayanlah. Masih perlu beberapa latihan lagi," Jawab Hansel, mengingat lawan tanding besok tidak bisa dianggap remeh.
"Lawan siapa sih?"
"101 lagi," jawabnya.
Setelah basa-basi sebentar dengan kakak kelasnya, Hansel memainkan ponsel, mengecek notifikasi baru yang cukup banyak. Tak heran, karena ialah yang bertanggung jawab mengumpulkan uang sumbangan yang dikumpulkan melalui akun e-money-nya. Ada satu notifikasi yang cukup membuatnya kaget, hingga ia memicingkan matanya untuk memastikan bahwa ia tidak salah lihat.
Hansel menyenggol lengan Hansel. "Bang, Ayna tuh temen lo kan ya,"
Dia mengetahui Ayna karena tak jarang ia melihat kakak kelas perempuannya itu bersama Hansel. Hansel juga ingat bahwa mereka pernah berinteraksi secara tidak langsung ketika pertandingan tahun lalu, ia dimintai tolong untuk mengambil foto Hansel bersama Ayna dan teman lainnya.
"Iya, kenapa?" tanya Hansel heran, tidak menyangka seorang Hansel akan menanyai temannya yang merupakan fans Hansel.
Pemuda dengan jersey nomor 25 itu menunjukan layar ponselnya. "Dia gak salah transfer?"
Kini giliran Hansel yang melotot kaget. Bahkan ia mendekatkan wajahnya ke ponsel untuk melihat lebih jelas. Nama panjang Ayna terpampang jelas, memberikan informasi bahwa akun tersebut 45 menit yang lalu telah mentransfer uang sejumlah 500 ribu. Kejadian langka, bahkan ini pertama kalinya Hansel melihat Ayna menghamburkan uang sebesar itu, apalagi ini hanya untuk sumbangan basket? Untuk album seharga 280 ribu saja, Ayna perlu pikir panjang hingga seminggu. Tapi mengingat betapa sukanya—sebagai fans—Ayna kepada Hansel, mungkin gadis itu bisa melakukannya.
"Gak mungkin tapi bisa jadi?" Hansel turut mempertanyakan.
"Lah, gimana sih? Kira-kira dia salah transfer apa enggak? Siapa tau nolnya kelebihan satu. Soalnya selama ini gak ada siswa atau alumni yang ngasih sumbangan sampe ratusan ribu, mentok cuma seratus," jelas Hansel. Mungkin saja kakak kelasnya itu memang dari keluarga berada dan Hansel akan bersyukur jika donasi yang diberikan sebesar itu. Tapi mungkin saja Ayna salah memasukan nominal yang jika benar hal tersebut terjadi, bukankah sangat disayangkan, apalagi kebutuhan mahasiswa cukup besar.
"Dia tuh pelit, tapi bisa jadi dia gak salah transfer? Gue bingung anjir, tanyain gih," usul Hansel tanpa berpikir terlebih dahulu. Menurutnya, Ayna tidak akan mengeluarkan uang lebih jika bukan keinginannya—ah, bisa jadi memang keinginannya membantu basket, mengingat perempuan itu fans berat Hansel. Tapi, sampai sebegitunya kah? Uang 500 ribu bukan jumlah yang kecil, bahkan untuk beli album idola kesukaannya saja pun masih sisa banyak. Ayna saja kadang memilih untuk tidak datang rapat atau main, jika ayahnya terpaksa tidak bisa mengantarkan dan mengharuskan naik ojek online yang biayanya mahal karena jarak yang cukup jauh.
"Gue?" Hansel menunjuk dirinya sendiri.
Hansel bergeming sebentar menyadari kalimat sebelumnya. Wah, sepertinya Ayna harus berterima kasih nanti, Starbucks juga boleh.
"Ya iya. Gue kan gak ngurusin basket lagi,"
"Yaudah deh." Hansel mengiyakan dengan gampangnya, membuat Hansel berpikir menu minuman apa yang sebaiknya ia pinta ke Ayna nanti.
"IG-nya apa?" tanya Hansel.
"Aynaathalla, atau ga cek aja di postingan gue, dia selalu komen,"
"Ok deh, nanti aja pas di rumah bakal gue tanya."
Hari itu, akan menjadi awal mula sebuah komunikasi tercipta di antara kedua insan. Siapa yang menyangka, kecerobohan yang dilakukan salah satunya mengundang suatu komunikasi yang bahkan tidak pernah dibayangkan akan terjadi sebelumnya.
Hansel lagi latihan
KAMU SEDANG MEMBACA
Better Better; haruto
Historia CortaBisa gak sih, gantengnya Hansel dikurangin? Kalo rasa ngefans ini jadi perasaan suka, emang dia mau tanggung jawab?