15) Hadiah Valentine

102 12 7
                                    

Hari Jumat, tanggal 14 Februari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari Jumat, tanggal 14 Februari. Atau bisa disebut juga hari valentine.

Tidak ada yang spesial di kelasku, semua berjalan seperti biasa seakan hari valentine tidak berpengaruh apa-apa. Kecuali untuk Kevin yang sudah tiga hari lalu sibuk mempersiapkan hadiah dan coklat untuk pacarnya di kelas MIPA 4.

Dasar. Kevin mengataiku bucin, padahal ia sendiri juga begitu. Rela begadang demi membuat hadiah handmade untuk sang kekasih.

Pintu terbuka, menampilkan Kevin yang memasuki kelas dengan senyum lebar dan dua coklat di tangannya.

"Yeyy, coklat!" seru Marcel.

"Buka buka," Aaron memprovokasi agar teman-teman ikut mendukung.

Detik selanjutnya, anak laki-laki dari MIPA 6 di kelas Biologi 2, sudah ribut sendiri dengan Kevin yang menjerit-jerit.

Aku tertawa melihat kekonyolan mereka, merebut coklat Kevin yang jelas-jelas dari pacarnya dan berakhir di perut teman-temannya.

Sayang, momen mengasyikan dan konyol seperti ini hanya tinggal beberapa minggu lagi sebelum akhirnya kami berpisah dengan tujuan masing-masing. Dan kenapa momen momen paling asik harus di tahun ketiga?

Pintu terbuka dengan keras disusul suara yang kukenal. "Ayna! Ayna!"

Tampak wajah Rina dan Wina yang sumringah. Kalau mereka begini, jangan-jangan...

"Ih, ada ya?" tanyaku langsung, ikut senang tapi juga kecewa.

Wina mengangguk semangat. "Dia lagi mau fotokopi di koperasi. Anjayy pakai kacamata menn,"

"Ga pake aja ganteng, ini ditambah pake kacamata?!" lanjut Rina.

"Yahh, nyesel banget ga ikut kalian ke kantinn," kataku dengan sudut bibir yang menurun, kecewa. "Ke sana lagi yuk!" ajakku dengan cengiran.

"Udah ga ada tauu. Pas kita mau balik kelas dan lewat koperasi, eh kosong," balas Rina.

Aku mendesah kecewa. Mungkin memang bukan keberuntunganku hari ini.

"Dia dapet coklat gak ya," gumam Wina, lalu duduk di kursi yang ada di depanku.

"Kan udah ada pacar, masa iya dapet dari yang lain?" kata Rina sambil memakan kerupuk pedasnya.

"Siapa tau kan anonim? Secakep dia masa ga dapet dari secret admirer?" entah sengaja atau bagaimana, Wina melirikku.

"Apa?" tanyaku.

"Lo kok gak pake jasanya si Bella sih?"

Wina menyebut nama anak kelas 11, yang memang membuka jasa pembelian dan pengiriman coklat, bunga, surat, atau apapun kepada seseorang tanpa diberi tahu siapa pengirimnya.

Aku menggeleng, aku tidak seobsesi itu tahu, memberi coklat di hari valentine kepada seseorang yang sudah memiliki kekasih. "Gila lo ya, yakali,"

"Jangan-jangan udah ngirim? Diem-diem?" Rina memicingkan matanya, mencurigaiku.

Aku memutar bola mata malas. "Gue lebih milih beli semua tiket jadwal tandingnya daripada beliin dia coklat,"

Belum sempat Rina dan Wina membalas perkataanku, Kevin datang dengan wajah yang ditekuk.

"Liat dong, masa tinggal separo," Kevin menunjukan dua batang coklat yang tinggal setengah, bahkan sepertiganya. Kompak, kami tertawa melihat penderitaan Kevin.

"Lagian, lo pamer ke mereka,"

"Gak pamerrr. Mereka tiba-tiba udah rusuh mau minta, sialan,"

"Emang lu suka dark choco?" tanya Wina tiba-tiba, setelah melihat bungkus coklat Kevin.

"Oh, engga sih. Karena Rara suka dark choco, dia beliin ke gue juga, hehe. Pahit sih, tapi kalo dia yang ngasih jadi gak berasa pahit,"

Aku menutup mulutku, bergerak seakan menahan mual. Lihat, siapa yang lebih bucin?




° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °



Hari libur, di rumah sendiri, dengan laptop yang menayangkan film horor dan berbagai macam cemilan, merupakan hal sederhana yang sangat kunikmati.

Pagi hingga sore nanti, kuputuskan untuk refreshing di sela belajarku. Akan kuselesaikan daftar film dan drama yang ingin kutonton.

Di tengah-tengah ketika aku sedang asik menonton, ponselku bergetar.

Kukira hal begitu penting, ternyata hanya Wina yang menandaiku di postingan Instagram tentang tryout UTBK. Awalnya, aku hanya iseng melihat timeline instagram berhubung sudah terlanjur membuka aplikasi tersebut. Ku-scroll dengan malas, tap dua kali untuk like, lalu scroll lagi tanpa minat. Hingga akhirnya aku melihat sekelebat username familiar yang memposting poster event try out untuk SMP dari sekolahku.

hanseldmrptr

Sudut bibirku terangkat. Detik selanjutnya, aku sudah bergerak bebas mengekspresikan kebahagiaanku.

Kulihat profilnya. Ah, followers-nya bertambah seratusan. Mungkin ia men-acc semuanya tanpa melihat profil.

Hanya men-acc, bukan followback. Dan lihat efeknya bagiku, kuanggap itu hadiah valentine bagiku walau sekarang sudah tanggal 15. Bagaimana jika nantinya saling follow?

Ah sial, hentikan khayalan ini. Kurapalkan mantraku, gak usah berharap, Ayna!


 Kurapalkan mantraku, gak usah berharap, Ayna!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Better Better; harutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang