H-10 ujian nasional.
Angkatan kami memutuskan untuk menggunakan 1 hari dari seminggu hari tenang untuk menyimpan kenangan di sekolah dengan mengambil foto-foto. Setiap kelas diberi kesempatan untuk foto bersama wali kelas. Setelah itu, siswa angkatan tahun terakhir bebas menggunakan waktu untuk mengambil foto sebanyak-banyaknya. Ini merupakan ide dari mantan ketua OSIS dari angkatan kami, agar kami memiliki momen-momen yang dapat dikenang.
"KELAS 12 MIPA 6 SINI DONG, AYO FOTO!" seruan dari ketua kelasku terdengar di lapangan, mengajak anak kelas berkumpul untuk berfoto bersama wali kelas. Mulai dari pose formal, nonformal, hingga menirukan semua gaya yang sedang trend, sudah kami lakukan. Di hari ini yang sudah ditunggu dan dijadwalkan, kami sedikit berdandan lebih dari biasanya agar tampak menarik di hasil foto.
"Waduh waduh, ampun banget nih,"
"Guantenge rekk,"
Kalimat-kalimat entah pujian atau ledekan dilayangkan oleh sekelompok anak kelas 10 dan 11 dari ekskul basket yang sedang lewat di pinggir lapangan, kepada Marcel yang kini tertawa kecil menahan malu. Kulihat Hansel dengan tubuh tingginya yang tampak mencolok dari yang lain, ikut menggoda Marcel yang sedang mengambil posisi di barisan untuk foto kelas. Marcel memberikan isyarat untuk diam dengan menempelkan jari telunjuk ke depan bibir, meski hal itu percuma karena sekarang ia masih terkikik geli. Rupanya mereka hendak menuju ke gazebo yang kemungkinan akan ada rapat antara anggota basket.
"Senyum ya! Satu, dua, tiga!" seruan siswa kelas lain yang dimintai tolong untuk mengambil foto kelas kami terdengar, membuatku pengalihan pandangan dari Hansel.
Mungkin ini kesempatan terakhir aku dapat melihatnya. Masaku di SMA sudah hampir selesai. Berbagai genre ada di masa ini, mulai dari komedi, romansa, angst, friendship, family, bahkan horor jika tidak beruntung. Aku cukup senang datang ke sekolah—terlepas dari mata pelajarannya—karena merupakan sumber bahagiaku. Aku bisa tertawa puas di sini, belajar bekerja sama dan bersosialisasi, membuat pengalaman baru, dan juga mengalami pengalaman yang tak terlupakan. Aku kini setuju mengenai tulisan-tulisan baik fiksi maupun prosa yang mengatakan bahwa masa SMA adalah masa paling indah.
1 jam terlewati. Ratusan foto memenuhi memori ponsel. Tak sedikit siswa yang memilih pulang setelah urusan selesai. Sedangkan aku dan beberapa teman-teman kelasku masih asik berkumpul di pinggir lapangan, tepatnya di bawah pohon untuk menghindari sinar matahari. Topik obrolan mulai dari yang tidak penting hingga sangat penting, menjadi bahan perbincangan kami.
"Anjir?" umpatan Wina yang sedang bermain ponsel membuat beberapa perhatian menuju ke arahnya.
"Kenapa dah,"
Wina menunjukan ponsel ke teman-temannya. "Ada 2 orang yang kena Corona,"
Perkataan gadis itu berhasil membuat teman-temannya kaget dan mendekat untuk melihat lebih lanjut berita yang dibuka dari ponsel.
Tahun ini, dunia dikejutkan dengan adanya virus yang dapat menyebar dengan cepat, bahkan sudah menyebar luas di beberapa negara. Virus baru yang berasal dari China. Indonesia masih belum ada kasus sejak diberitakannya pertama kali ada varian virus tersebut. Namun, hari ini, mitos kekebalan Indonesia terhadap virus Corona pun dipatahkan dengan adanya berita yang baru saja dibacakan Wina. Jika kemungkinan terburuknya, virus akan menyebar di negara kami, lalu bagaimana dengan ujian kami yang tinggal beberapa hari lagi? Bagaimana dengan kegiatan sehari-hari? Pasti keluar rumah saja akan dibatasi, semua tempat dan kegiatan dilarang dilakukan untuk meminalisir kontak fisik yang dapat menyebarkan virus. Untuk bertemu dengan teman-teman pun, nantinya pasti akan sulit.
"Trus UN-nya gimana?" tanya Rina, juga sudah membayangkan apa yang akan terjadi ke depannya.
"Iya ya, masa dikerjain dari rumah?"
"Gak usah ada aja," celutukan Kevin langsung diamini oleh yang lain.
"Ah jangan lah, sia-sia belajar dong?" timpalan dari juara kelas kami membuat perdebatan kecil antara yang pro dan kontra.
Aku tidak masalah mau UN dibatalkan ada tidak, toh, tidak ada ilmu yang percuma untuk dipelajari. Hanya saja, sangat menyayangkan jika kegiatan di luar rumah akan dibatasi, dan cukup membosankan jika berada di rumah terus menerus. Entah berapa lama virus ini akan mewabah di dunia, mungkin saja bisa bertahun-tahun. Lalu bagaimana dengan sekolah? Ujian? Termasuk pertandingan basket yang selalu aku tunggu-tunggu tiap tahun?
Aku tidak punya bayangan ke depannya akan bagaimana. Yang jelas, aku harap kasus Corona di Indonesia tidak menyebar sehingga aku masih bisa menikmati hari-hari terakhirku menjadi siswa SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Better Better; haruto
NouvellesBisa gak sih, gantengnya Hansel dikurangin? Kalo rasa ngefans ini jadi perasaan suka, emang dia mau tanggung jawab?