Terlihat kekecewaan di wajah Jerry.
"Bagaimana? " tanya Rio.
"Dia Villager biasa" jawab Jerry.
"Lalu... Siapa Werewolf satu lagi dan Traitornya? "
Tepat setelah Dio mengatakan itu, muncul Werewolf yang mengahncurkan pintu.
"Lagi lagi pintu hancur karena dia" dasar Dio. Ia masih sempat memikirkan pintu disaat seperti ini.
***
Sementara itu, di ruang komputer.
"Ndri... "
"Hm.. "
"Kenapa kau sejak tadi diam?. Malah kuperhatikan, sejak Diva....." ia diam sebentar.
"Anggap saja, aku terpukul dengan ini semua. Apalagi sejak Diva, Diana dan Aelina tewas. Aku berharap tidak ada lagi dari kita yang tewas" ujar Andri. Terlihat ekspresi khawatir di wajahnya.
Dilan mengangguk. "Semoga saja ya"
Memang sejak awal, mereka selalu bersembunyi berdua. Kali ini, mereka memilih bersembunyi di ruang komputer yang belum hancur.
***
"Rio....! " teriak Yuni ketika Rio dilempar oleh Werewolf hingga menabrak dinding.
Tidak butuh waktu lama, Yuni pun ikut terlempar karena terkena tangan Werewolf yang hendak mencakarnya. Untunya, ia tidak terkena cakarnya.
Dani sudah sejak tadi pingsan karena Werewolf melempar piano ke arahnya. Ia tertimpa piano. Sementara Jerry, dialah yang diincar Werewolf. Jerry tidak bisa bergerak. Sebuah dram besar menimpa kakinya.
Saat Werewolf itu semakin dekat, sebuah gitar melayang mengenai kepala Werewolf.
"Hei, Werewolf jelek! " terdengar seruan seseorang. Werewolf itupun menoleh. "Kejar aku jika kau memang bisa!" tanpa pikir panjang, Werewolf pun melolong dan mengejarnya.
"Dio...! " teriak Jerry. Matanya mulai berkaca kaca. Tidak, Dio. Jangan lakukan itu.
Rio dan Yuni masih terduduk. Kepala mereka sakit karena membentur tembok.
***
Hari sudah pagi.
Rio dan Yuni pun langsung membantu membebaskan kaki Jerry. Sementara Dani juga baru sadar.
"Kau tak apa, Dan? " tanya Jerry. Dani mengangguk.
Semalam, Aprentice Seer berhasil menemukan temannya begitu juga dengan Sorcerer. Guardian berhasil melindungi, namun Werewolf tetap berhasil memangsa. Dio telah tewas dan ia adalah Stronge Villager.
Jerry menggelengkan kepalanya tidak percaya apa yang dia dengar.
Dio, sahabatnya tewas karena melindunginya. Jerry hanya bisa menangis di tempatnya dengan penuh rasa kehilangan.
"Jer, sudah. Ini bukan salahmu!. Dia melakukan itu untuk menjagamu" Dani berusaha menenangkan Jerry.
"Dani benar, bukan kau yang salah Jer. Ini salahku. Sudah menjadi tugasku untuk menjagamu. Tapi, sebenarnya, dia lah yang pantas menjadi Guardian. Bukan aku" Rio kali ini meneteskan matanya. Ia benar benar terpukul dengan kematian sahabatnya itu.
Sementara Yuni, ia menghela nafasnya. Aku tidak bisa membiarkan mereka larut dalam kesedihan. Kepergian Dio memang benar benar memukul semua orang termasuk aku. Tidak ada lagi sasaran yang bisa aku pukul. Tapi aku tidak boleh sedih, aku harus menguatkan para pria ini
Ia mengusap air matanya. "Hei, ayolah para pria sejati tidak boleh menangis. Dio melakukan ini karena dia percaya kita bisa menyelesaikan game ini. Ayo, kalau kalian menangis begini, kalian pasti akan diomeli oleh Dio"
"Kau benar, Yuni. Aku akan melakukan apa yang seharusnya kulakukan sejak awal" jawab Jerry.
***
Mereka pun berkumpul di lapangan lagi seperti biasa.
Semua terlihat sedih. Kepergian pria humoris satu itu memang membuat suasana yang sebelumnya cerah menjadi gelap.
"Aku sungguh membenci Werewolf itu. Kalau saja ia tidak dalam wujud werewolf, aku pasti akan membunuhnya" ujar Rio.
"Rio, tenangkan dirimu! " seru Jerry.
"Tenang?. Gimana kita bisa tenang jika seperti ini, Jer?. Dio, sahabatku. Sahabat kita sudah tewas. Dan kau bilang tenang? " Rio melampiaskan kekesalannya pada Jerry.
"Rio, hentikan. Kau kenapa? " Dani berusaha melerai mereka. Namun, Dani malah dipukul oleh Rio.
"Rio!. Kalau kau memang marah padaku, lampiaskan padaku, jangan lampiaskan padanya. Langsung saja padaku! " Jerry mulai emosi.
"Kau yakin?. Kau bukan sahabatku, Jer. Tidak pantas. Kau bahkan diam saja dengan kematian Dio" ia diam sejenak.
"Aku tidak mungkin memukulmu. Kau lemah, sama seperti werewolf itu. Lemah. Dasar lemah! " teriak Rio.
"Kau benar, Rio. Werewolf itu lemah. Penakut. Tidak perlu denganmu. Denganku saja ia sudah kalah. Ia juga bodoh" Yuni menimpali.
Jerry melirik ke satu siswa. Satu siswa mulai meremas jemarinya. Bagus. "Kalian jangan sok jagoan, Dio saja kalah dengan mereka. Apalagi kalian" Ujar Dani.
Rio dan Yuni tertawa. "Apa pukulanku di wajahmu kurang keras, Dan?. Apakah itu tidak membuktikan kalau jentikan jariku saja lebih kuat dari tinju kepalan tangannya? "
"Lagi pula, kalau memang Werewolf itu kuat, aku dan Rio pasti sudah mati karena dilemparnya. Itu membuktikan kalau mereka memang lemah" Yuni menimpali.
"Yuni, Rio. Jaga mulut kalian, ya! " Teriak seorang siswa.
Dani dan Jerry saling lirik lantas tersenyum kecil. Akhirnya, mereka berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hunt (Werewolf) - REVISI (FINISH)
ActionAwalnya mereka pergi untuk berkemah dan bersenang-senang, sampai salah seorang dari mereka menemukan sebuah kotak permainan yang aneh. Namun, saat itu mereka tidak tau bahwa saat mereka memulai, mereka juga harus menyelesaikannya