Prolog

14.6K 1K 36
                                    

"Ini sudah gelas kelima, Nona. Bisa-bisa kau mabuk nanti." ujar bartender itu dengan tampang miris menatap seorang gadis di hadapannya yang tampak kacau.

Gadis itu mendengus. Mata kucingnya menatap sang bartender dengan tajam sebelum berkata, "Ya¹! Cepat berikan! Aku tak peduli!" ujarnya sambil menyodorkan gelas.

Menghela napas, bartender itu menuangkan wine ke dalam gelas tersebut. Sesekali matanya memperhatikan gadis itu dengan miris. Penampilannya benar-benar acak-acakkan persis seperti seseorang yang habis patah hati. "Patah hati, Nona?"

Gadis itu bungkam. Tidak menjawab. Ia memejamkan matanya kala alkohol itu terasa mengalir di tenggorokkannya.

Sial. Gadis itu tiba-tiba membuka lebar-lebar matanya. Ingatan tentang kekasihnya yang tengah berselingkuh membayangi pikirannya sekarang. Bagaimana ketika kekasihnya mencium gadis lain diam-diam membuat tangan gadis itu mengepal. "Brengsek, kau Lee Taeyong!" desisnya pelan, sebelum kembali menenggak habis minumannya.

Pikirannya kini menerawang. Mengingat bagaimana gigihnya seorang Lee Taeyong dulu mendekatinya. Meski awalnya, pemuda itu selalu ditolak berkali-kali, ia tak pernah menyerah. Pemuda itu berhasil meluluhkan dinding yang dibangun oleh seorang Jennie Kim dengan sikap lembutnya.

Akhirnya, mereka resmi berpacaran. Semuanya tampak indah saat itu.  Mereka berdua bahkan menjadi perbincangan satu sekolah ketika keduanya memutuskan untuk berpacaran. Lee Taeyong disebut-sebut sangat beruntung bisa mendapatkan Jennie yang terkenal dingin pada banyak lelaki.

Awalnya semuanya baik-baik saja. Jennie bahagia dengan hubungannya. Tapi, akhir-akhir ini, Jennie merasa Taeyong-nya berubah. Dia tidak lembut lagi. Dia semakin banyak menuntutnya. Hingga... Sore itu di perpustakaan, Taeyong meminta hal yang membuatnya syok sekaligus kecewa.

"Aku ingin menyentuhmu, Jen."

Jennie mendekati wajah Taeyong dan mengecup bibirnya. "Maksudmu ini?"

"Bukan, Jen. Lebih dari ini. Aku mau kita melakukan... seks?"

"Apa kau gila?!"

"Hubungan kita sudah sejauh ini, Jen. Kita sudah dewasa. Apa menurutmu kita akan selalu berpegangan tangan dan sesekali berciuman sambil mengitari sebuah taman?! Kita perlu yang namanya seks, Jen. Umur kita berdua sudah legal, lalu apa yang kau takutkan?"

"Aku... tidak mau. Itu perbuatan yang salah."

"Kalau begitu, lebih baik kita putus saja, ya?"

Kejadian itu berputar lagi dipikirannya. Membuat Jennie semakin emosi. Asumsinya salah. Taeyong ternyata tidak berbeda dengan pemuda lain di luaran sana yang hanya memikirkan seks dalam berhubungan. "Aku membencimu, Taeyong!" racaunya terus-menerus.

"Tolong, satu tequilla." sebuah suara bariton terdengar dari samping tempat duduknya. Aroma musk yang menguar benar-benar mengusik penciuman gadis itu.

Jennie lantas menoleh. Matanya yang sayu berusaha menyipit untuk bisa melihat jelas siapa pria yang duduk di sampingnya. Detik berikutnya, gadis itu terkesiap. "Lee Taeyong?!"

Pria itu kontan menengok ke arahnya dengan raut bingung. Ada apa dengan wanita di sebelahnya?

Pria itu semakin bingung ketika melihat wanita itu berjalan menghampirinya yang hanya berjarak satu meter lebih dari tempat duduknya. Tatapannya benar-benar mematikan. Membuat pria itu bergidik.

Wanita itu sudah berdiri tepat di hadapannya. Mata kucingnya menatap tajam ke arahnya. Belum sempat pria itu bertanya, sebuah tamparan keras mendarat di wajahnya membuat tubuhnya sedikit limbung.

Teacher, I'm in Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang