1

8.8K 922 36
                                    

"Ya, Jennie-ah, ada apa dengan wajahmu?" pertanyaan itu menyambut Jennie begitu ia memasuki kelas. Jennie tidak menjawab pertanyaan Jisoo, ia melengos berjalan menuju tempat duduknya yang berada tepat di belakang gadis cantik itu.

Wajahnya ditelungkupkan di atas meja. Pening melandanya. Dia tidak tidur cukup baik malam tadi. Ingatan tentang kejadian semalam di pub membuat Jennie meremat rambutnya kasar.

Jisoo, Lisa dan Rose yang melihatnya terheran-heran.

"Hei, kau kenapa?" tanya Lisa. "Jangan bilang kau menangisi si brengsek Taeyong itu lagi, Jen!"

Mendengar nama Taeyong, Jennie mendongak. Ia menatap Lisa yang menunggu jawabannya, namun ia memilih kembali menelungkupkan wajahnya. Rasanya, ia butuh sup untuk pereda mual. Apalagi setelah mendengar nama pemuda brengsek itu, rasa mualnya makin bertambah.

Ugh, Jennie benar-benar kesal mengingatnya.

Kilasan kejadian semalam membuat gadis itu mengerang. Jennie mendongak. Menatap ketiga temannya yang juga sedang menatapnya bingung. Menanti penjelasannya.

"Ya, apa kalian merasa aku ini bodoh?" lirih Jennie.

"Jika itu tentang Lee Taeyong, kau memang bodoh!" sindir Lisa, telak. "Apa karena si brengsek itu, kau pergi minum-minum sampai kau mabuk lagi, Jen? Oh, ayolah! Apa kau tidak bisa melupakan si penjahat kelamin itu?!"

"Lisa!" tegur Jisoo saat melihat wajah Jennie berubah sendu.

"Tidak, Jis." ujarnya. "Lisa benar. Semalam aku pergi ke pub dan mabuk," akunya lirih.

Mendengarnya, Rose dan Jisoo mendekati Jennie. Mengusap lembut pundak gadis itu untuk menenangkannya ketika dirasakannya bahu Jennie bergetar.

"Aku yakin kau bisa melalui ini, Jen. Si brengsek itu... Ah, benar-benar aku ingin tendang kemaluannya itu!" geram Rose sambil mengepalkan tangannya.

Jennie terkikik geli membayangkannya. Ia lalu menghapus kasar air mata dipipinya dan mencoba mengembangkan senyumannya. "Ide yang bagus. Aku akan mencobanya,"

"Eoh, kau harus!"

Jennie terkekeh kecil. "Aku memang bodoh sepertinya, bisa-bisanya menyukai Lee Taeyong si keparat itu."

"Memang," cibir Lisa.

"Hei, hei... Lupakan masalah si brengsek Taeyong itu, aku punya berita baru hari ini," sahut Rose sambil memainkan ponsel ditangannya.

"Apa?" kompak, ketiganya bertanya membuat Rose menyeringai lebar.

Rose memang paling menyukai hal yang berbau gosip. Dia bahkan pernah mengajukan klub pergosipan pada ketua OSIS yang tentu saja ditolak mentah-mentah. Tapi, ia tidak menyerah. Diam-diam dia membentuk komplotan tersebut. Yang mulanya hanya beberapa orang, kini sudah hampir tak terhitung jumlahnya. Namun, anggotanya dirahasiakan identitasnya karena klub itu bisa disebut ilegal karena tidak mempunyai ijin resmi dari pengurus organisasi.

"Sekolah kita akan kedatangan guru baru."

Jisoo dan Lisa berseru. "Wanita atau pria?!"

"Pria." jawab Rose membuat kedua gadis itu memekik kembali.

"Hei, jangan senang dulu. Bisa saja itu pria buncit tua yang sudah memiliki istri dan anak empat!" kekeh Jennie.

Membayangkan yang dikatakannya, Jisoo dan Lisa bergidik ngeri dengan tampang jijik.

Rose tertawa. "Kali ini kau salah, Nona Jennie Kim." ia tersenyum miring. "Guru itu masih muda. Dia lulusan Universitas Seoul dan... Tampan."

Sontak, Lisa dan Jisoo bertepuk tangan heboh. Bersorak senang seolah keduanya habis memenangkan jackpot saja.

Teacher, I'm in Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang