2

8.1K 887 66
                                    

Di tempat duduknya, Jennie gelisah. Matanya terus menatap jam dinding. Berharap bahwa jarum jam melambat. Baru kali ini Jennie menginginkan jika pelajaran sejarah yang membosankan ini semakin panjang durasinya. Itu tidak masalah. Jennie bisa pura-pura mendengarkan daripada harus berhadapan dengan pria itu.

"Baiklah. Pertemuan hari ini sampai disini, ya." ujar Pak Lim.

Tidak.

Jennie tidak siap.

"Hei, Kim Namjoon." Pak Lim menatap si ketua kelas, "Tolong kumpulkan tugas sejarah yang minggu kemarin di mejaku."

Kim Namjoon yang disebut itu mengangguk dari tempat duduknya. Pak Lim kemudian berlalu keluar kelas. Helaan napas lega saling bersahut-sahutan. Detik berikutnya, mendadak kelas menjadi riuh kembali. Terutama para perempuan yang kini sibuk mengeluarkan peralatan make-up dari dalam tas.

Sementara Jennie terduduk lemas. Sambil menggigiti kuku-kukunya, gadis itu memikirkan cara untuk bolos pelajaran olahraga hari ini.

Jennie sungguh tidak siap menghadapi pria itu. Kejadian semalam di pub membuatnya ingin mengubur dirinya hidup-hidup saja. Mencium pria asing yang dikiranya mantan kekasihnya sendiri adalah hal yang memalukan sekali di hidup Jennie. Dan sekarang pria asing itu adalah gurunya.

Wah, Jennie Kim kau mencium gurumu sendiri!

"Jen, apa kau punya parfum?" tanya Jisoo memecahkan lamunannya.

"Untuk apa?"

"Hei, kau lupa! Sekarang ini pelajaran Pak Kim." jawab Jisoo dengan cengiran lebarnya, "Kau tak siap-siap?"

"Huh?" Jennie melongo. Ia lalu memperhatikan sekitarnya. Teman-teman perempuannya sudah berganti pakaian training. Bahkan wajah mereka tampak bersinar karena sudah dipolesi make-up tipis juga liptint yang mencolok.

Pandangan Jennie kemudian menatap ketiga temannya yang sudah siap seperti yang lainnya.

"Iya, Jen. Kau tidak siap-siap? Sebentar lagi bel masuk berbunyi." sahut Lisa.

Rose menyengir. "Mian, kami bersemangat sekali sampai-sampai meninggalkanmu ke ruang ganti. Aku tak sabar untuk bertemu Pak Kim!"

"Betul. Aku bahkan terus berdoa agar Pak Lim segera meninggalkan kelas dengan cepat." Jisoo mendengus, "bosan sekali sampai rasanya aku akan mati,"

"Ayo ku antar kau ke ruang ganti!" celetuk Lisa, menarikku dari tempat duduk. 

"T-tunggu!" seru Jennie. Lisa menatapnya. "Aku... Aku sepertinya tidak bisa mengikuti pelajaran olahraga,"

Ketiganya menatap Jennie heran. "Waeyo?"

Jennie menggigit bibirnya. Ayo otak berpikirlah!

Ada setengah menit Jennie terdiam hingga sebuah ide terlintas di pikirannya.
"Perutku rasanya sakit." ucapnya diselingi ringisan. "Sepertinya aku akan mendapatkannya bulan ini," tambahnya lagi mencoba membuat ketiga temannya percaya pada bualannya.

"Ah, kalau begitu ayo ku antarkan kau ke klinik!" Lisa berseru, panik.

Berhasil.

Persetan dengan rekornya sebagai murid teladan. Jennie tidak peduli.

Lantas ketiganya memapah tubuh Jennie di sepanjang koridor. Membawa gadis itu menuju klinik sekolah.

Jennie menghela napas. Lega. Akhirnya ia bisa menghindar dari pria itu untuk satu hari ini saja. Jennie tidak tahu untuk hari-hari kedepannya. Membuat alasan setiap pelajaran olahraga lama-lama akan menimbulkan kecurigaan teman-temannya.

Teacher, I'm in Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang