13

6.2K 609 76
                                    

Terdengar suara kegaduhan di dapur rumah keluarga Kim pagi ini. Bunyi-bunyi alat masak saling bersahut-sahutan. Membuat si nyonya besar terbangun dari tidur pulasnya. Matanya kontan membesar kala melihat anak gadisnya sedang sibuk memasak sesuatu di sana. Tidak. Itu bahkan terlihat seperti tengah bertarung. Meringis, wanita itu lantas segera melangkah menghampiri.

"Astaga, hei apa yang kau lakukan dengan dapurku?!" Wanita itu berteriak begitu melihat ruangan itu mirip sekali kapal pecah.

Mendengar teriakan ibunya, lantas Jennie menoleh dengan cepat. Matanya seketika berbinar layaknya lampu jalanan. Seolah mendapati sang penyelamat datang untuk membantunya. Bergerak cepat, ia langsung menarik lengan wanita itu ke sisi meja. "Eomma, tolong bantu aku untuk memotong sayuran ini, oke?"

"Ya, apa-apaan!"

Tidak menggubris protesan ibunya, ia hanya menyelipkan senyum kecil lalu mendorong ibunya untuk menyelesaikannya. Tepat saat itu, bau gosong tiba-tiba tercium, "Oh, astaga!" Gadis itu lantas berseru menghampiri kompor yang tampak mengeluarkan kepulan asap. Dengan panik ia segera mengecilkan api kompor itu.

Melihat keributan yang terjadi, ibunya kemudian berbalik dan berjalan menuju kompor. Dilihatnya, warna gosong memenuhi panci besar itu. "Kau ini sebenarnya sedang masak apa, eoh?!"

Meringis, Jennie menjawab. "Bokkeumbab."

Mata sang ibu makin melebar nyalang. "Astaga," decaknya. "Jika hanya ingin makan nasi goreng kimchi, kau bisa mengatakannya pada ibu! Haiz, lihatlah! Kau mengacaukan tempat ini!" sungut ibunya seraya mengacung-ngacungkan sudip kayu padanya.

Omelan ibunya itu membuat ringisan di wajah Jennie semakin jelas. Bibirnya mencebik, "Itu bukan untukku! Aku membuatnya untuk seseorang yang spesial!"

Ibunya segera mematikan kompor itu, lalu menoleh sambil mengernyit. "Apa? Untuk siapa katamu?"

Mengulum senyum kecil, Jennie mendekatkan wajahnya dan berbisik. "Orang spesial."

"Mwo?!"

Terkekeh pelan, Jennie memegangi pundak ibunya sambil mengulas senyum manis. "Karena itu, bisakah Eomma membuatkannya ulang untukku?"

"Mwo?!"

Lagi-lagi ibunya tampak berseru tak suka.

Sebelum ibunya memprotes hal itu, ia segera melepaskan apron yang melekat ditubuhnya. Melemparnya asal sambil berteriak,  "Aku perlu bersiap-siap dulu! Tolong buatkannya dengan enak, ya! Aku mencintaimu, Eomma!" lalu berlari masuk ke dalam kamarnya. Menyisakan sang ibu yang melongo menatapnya.

"Omo! Haiz, aku tak percaya telah melahirkannya, jinjja!"

Meski terkesan mengutuknya, wanita itu tetap melangkah menuju lemari pendingin dan mengambil bahan-bahan tersebut. Ditaruhnya semua itu di atas meja. Wanita itu lantas menyalakan kompor dan menuangkan sedikit minyak di atas sana. Mulai memasaknya. Wanita itu terdiam sebentar begitu teringat perkataan aneh gadis itu tadi, ia lalu bergumam pelan. "Apa katanya tadi? Untuk orang yang spesial?" ia berdecak. "Apa dia sedang berkencan?" lantas pandangan wanita itu beralih menatap pintu kamar anaknya itu dengan mata memicing.

Sementara itu di kamarnya, Jennie tengah memakai seragam sekolahnya sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Lalu pandangannya turun menatap pin rambut di atas nakasnya. Tampak menimbang sebentar, tangannya lantas meraih barang itu dan mulai mengenakannya di sela-sela surai panjangnya.

Kontan, senyumnya terbit melihat hal itu.

Apakah ini terlalu berlebihan?

Pikirannya sekonyong-konyong menerawang. Mengingat kejadian sore kemarin di pantai. Tentang pengakuannya juga pria itu. Lalu, pipinya merona begitu saja ketika kilasan ciuman manis itu melintas dibenaknya.

Teacher, I'm in Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang