Terimakasih, sudah membuat aku dan hariku jadi berwarna.
🔱🔱🔱🔱
Garuda masih betah berdiam diri atas pohon, padahal ini sudah waktunya istirahat. Cowok itu memiliih kabur saat jam pelajaran pertama tadi. Karena pelajaran pertama adalah pelajaran matematika, pelajaran yang selama ini jadi musuh bebuyutan nya. Makanya cowok itu kini memilih mencari pelarian sementara dengan meninggalkan kelas dan santai tiduran di dahan kokoh yang ada di sebuah pohon besar belakang sekolah, mata nya menutup, menikmati semilir angin yang menerpa wajah nya.
Cowok urakan dengan baju terbuka itu seolah sengaja menampilkan kaos berwarna putih di dalam nya. Garuda belum mau beranjak. Ia masih menikmati kesendirian nya yang menenangkan.
"YA ALLAH, GARUDA!!"
Sebuah teriakan itu sukses menarik perhatian Garuda. Cowok itu duduk dengan gerakan cepat, mata nya menatap ke bawah pohon, bukan nya takut, Garuda malah menggelengan kepala kala Bu Endar– guru killer di sekolah nya sudah berdiri tepat di bawah nya, sudah berkacak pinggang. Melotot garang ke arah nya.
"Apa, Bu?" tanya Garuda dengan tak berdosa. Menatap ke arah Bu Endar yang masih setia memolototi dirinya.
"Turun Garuda, turun!! Ya allah, subhanallah, astagfirullah," kata Bu Endar nampak kesal di tempat nya. Dirinya lebih banyak beristigfar ketika berhadapan dengan Garuda.
"Garuda gak bisa." Garuda terkekeh. "Takut jatuh. Garuda disini aja, ya, Bu, adem...."
Bu Endar menggeleng tak percaya dengan jawaban konyol yang diberikan Garuda. "Turun, atau saya laporin ke kepala sekolah. Lagian kamu aneh, bisa naik masa nggak bisa turun."
"Garuda nggak mau turun, disini adem." Garuda memilih menidurkan dirinya kembali. Cowok tengil itu nampak suka menggoda guru nya itu. Tidak ada takut-takut nya.
Bu Endar memijat pangkal hidung nya. Guru dengan tubuh sedikit gempal itu, melihat ke arah lain. Bu Endar tersenyum saat melihat galah panjang yang tergeletak cantik di atas tanah yang sedikt berumput itu.
"Yakin, kamu nggak mau turun?" tanya Bu Endar dengan nada se—tenang mungkin, ia berjongkok mengambil galah panjang itu. Menggenggam nya, membuat galah panjang itu kini berdiri tegak.
"Garuda berterimakasih sama Ibu, karena udah maksa Garuda. Garuda tau Ibu sayang sama Garuda, tapi Garuda bener-bener nggak bisa, Bu," tolak Garuda lagi dengan penuh drama. Mata nya masih terpejam. "Tolong, Ibu ngerti perasaan Garuda."
Bu Endar semakin ingin muntah di tempat nya. Kesal sekali demi tuhan. Bagaimanapun Garuda itu murid nya, tanggung jawab nya. Bu Endar, selalu bisa mentolerir apapun, kecuali Garuda dan ke tiga teman nya. Hanya ketiga teman Garuda, karena Andra tidak termasuk ke dalam daftar merah. Cowok itu selalu baik di mata guru-guru.
"Turun, Garuda," perintah Bu Endar sekali lagi.
"Ngga—."
"Aww, Bu, aduh, Ibu sakit, Bu." Garuda mengaduh, ketika Bu Endar terus menodong-nodong tubuh nya dengan galah panjang itu. Membuat ujung galah panjang itu menyentuh tubuh nya.
"Ibu sakit," kata Garuda berusaha menghindari serangan-serangan dari galah panjang itu.
"Turun, Ibu bilang. Kamu ngeyel dikasih tau, turun gak?!" kata Bu Endar berubah jadi galak.
"Iya, Bu, iya, Garuda turun, Bu." Garuda menatap Bu Endar yang masih menatap nya garang.
"Sekarang, Garuda." Bu Endar memperingati, penuh penekanan.

KAMU SEDANG MEMBACA
GARUDA
Novela JuvenilJANGAN jadi manusia yang selalu ingin menang kalau berusaha saja kamu tidak mau. Mungkin Garuda-ketua geng di sekolah SMA Ravindra akan mengarjakan kamu bagaimana menjalani hidup. Jabatan nya sebagai ketua geng GARTURA, membuat ia harus bisa menjad...