Part 14

10.9K 235 25
                                    

"Menangislah jika itu membuatmu tenang" lembut pria yang memeluk Yuki seraya mengelus punggung Yuki yang saat ini bergetar hebat karena tangisnya.

Entah sejak kapan panggilannya menjadi aku kamu. Ia sakit melihat gadis yang ia kenal cerewet dan menggemaskan itu kini laksana bunga layu tersiram abu yang hanya menyisakan kepedihan.

"Jika kamu membutuhkan bahu untuk bersandar, jangan ragu untuk mencariku, bahu ini akan selalu ada untukmu".

Yuki semakin erat memeluk pria tersebut dan tangsinya semakin pecah.

Seakan ia mengeluarkan beban yang membuncah di pundaknya saat ini.

Tangan kekar itu mengelus rambut Yuki dan tangan satunya mengelus punggung Yuki, berharap memberi ketenangan, entah apa yang terjadi dengan gadis dalam dekapannya ini yang pasti ia merasa bebannya sangatlah berat.

Dari seberang sana terlihat seorang pria yang mengepalkan jemarinya dan menatap tajam kedua insan yang saat ini tengah berpelukan erat.

"Sialan, ada apa dengan hati ini?" gumamnya dan pergi dari tempat tersebut sebelum amarahnya memuncak.

"Sudah tenang hem?" tanya pria itu dengan merapikan rambut Yuki.

Mata coklatnya menatap gadis didepannya dengan lembut, ia prihatin dengan guratan kepedihan yang tercetak jelas di raut wajah ayu tersebut.

"Terimakasih Rio" serak Yuki yang menahan tangisnya kembali.

"Sebenarnya apa yang terjadi Ki?"

" A a a a aku" sendu Yuki meremas jemarinya kalut, sungguh sekedar mengatakannya saja ia tak mampu. Ini terlalu menjijikan!.

"Jangan cerita jika belum mampu Ki, aku akan menunggumu"

Yuki tersenyum dengan wajah sendunya, pria di depannya ini sangat baik. Mungkin ia sangat tidak pantas jika bersanding dengan pria di depannya ini.

Ia memanglah memiliki rasa kepada pria di depannya ini namun apa daya, ia tak lebih baik dari sampah yang berterbangan di jalanan.

"Lo!"

Plakkk

Yuki memegang pipi kirinya yang baru saja menerima tamparan keras dan lihatlah darah segar keluar dari bibirnya.

"Dasar gadis murahan, lo jangan coba-coba merayu cowok gue ya!"

"Dara!" tekan Rio di saat melihat Dara memaki Yuki dan menatap penuh kebencian.

Dara adalah mantan kekasih Rio yang baru saja kemarin pulang dari Perancis, entah bagaimana ceritanya Dara dan Rio menjalin kasih kembali, mungkin cinta mereka memanglah belum berakhir dan tersisa lebih.

"Tuhan, apa lagi ini" sesak Yuki dengan mengacak rambutnya frustasi.

"Dara kamu jangan kaya gini!." tekan Rio.

"Tapi dia menggodamu Rio" jawab Dara dengan suara kerasnya.

"Kamu nggak percaya denganku?"

"Bukan gitu, aku hanya nggak percaya sama dia!" sengit Dara yang menatap sinis Yuki.

Yuki menggelengkan kepala dengan pelan, sungguh ia merasa lelah dengan apa yang tengah terjadi dengannya saat ini.

"Kak Dara aku dan Rio nggak ada apa-apa, sungguh! Aku dan Rio hanya berteman nggak lebih, lagi pula aku sadar diri wanita kotor sepertiku mana mungkin merayu Rio" ceplos Yuki dengan wajah sendu.

Tak di pungkiri Dara merasakan iba melihat penampilan gadis di depannya itu.

Wajah yang sarat akan kepedihan dengan sejuta beban.

"Maksud kamu apa Ki?" tanya Rio dengan mengguncang kedua bahu Yuki sedang Dara menunggu jawaban Yuki.

"A a a aku di perkosa Yo"

Brukk

Runtuh sudah pertahanan Yuki, saat ini ia terduduk lemas, Rio menangis dalam diam sedangkan Dara menutup mulutnya tak percaya. Ada sedikit rasa sesal di hatinya karena telah menampar gadis tersebut, dengan begitu secara tidak langsung ia justru menambah luka di hatinya.

"Gu gue minta maaf" serak Dara menahan tangisnya, ia seorang perempuan dan jika ia berada dalam posisi Yuki mungkin ia akan bunuh diri.

"Yuki, katakan siapa yang sudah melakukan hal sbejad itu ke kamu?" tekan Rio dengan sorot mata yang penuh dengan kobaran amarah.

Yuki menggeleng lemah tak ingin menyebutkan nama keparat itu. Jujur saja ia tak sudi menyebutnya.

Beruntung taman masih dalam keadaa sepi sehingga tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Katakan Yuki, katakan!" geram Rio, Rio sudah menganggap Yuki sebagai adiknya, ia tidak akan membiarkan siapa saja menyakiti hati adiknya itu.

"Rio kamu jangan buat Yuki semakin takut" kata Dara dengan menenangkan Rio.

"Kamu lihat Ra? Betapa beratnya beban Yuki dan kamu menambah bebannya" gusar Rio.

"Aku minta maaf Yo, sungguh aku minta maaf" isak Dara.

"Aku mohon Ra jangan sakiti Yuki, percayalah aku hanya mencintaimu dan aku sudah menganggap Yuki seperti adiku" lembut Rio dengan mengecup sayang kening Dara.

Dara mengangguk dan berbalik memeluk Yuki erat berharap memberi ketenangan kepada wanita malang itu.

"Yuki sekarang katakan, siapa yang melakukan itu?" tekan Rio menatap iba Yuki.

Yuki hanya menggelengkan kepalanya dengan air mata yang tak berhenti mengalir, jika saja ia mampu mengatakannya ia akan langsung katakan, tetapi ini belum sempat ia katakan hatinya sudah tercubit akan kenangan sialan itu.

"Pasti si brengsek itu!" murka Rio dan langsung berlalu menuju pria yang ia duga sebagai pelakunya itu.

Rio!

Yuki maupun dara memanggil Rio bersamaan berharap pria itu tak melanjutkan langkahnya namun nihil, pria itu terus berjalan yang Yuki tahu kemana tujuan pria itu.

Al. Guman Yuki.

"Yuki ayo kita susul Rio" ajak Dara dan membangunkan Yuki dari lamunannya.

Yuki dan Dara saat ini tengah berlari mengejar Rio dan di sinilah ia berada.

Brakkk

Rio menggebrak meja yang di tempati oleh Al dan sahabatnya.

"Brengsek, sini lo!" murka Rio dengan menarik kaos Al dan menatapnya tajam. Ingin rasanya ia membunuh pria bangsat di depannya itu dan pria tak tau diri itu.

Bugh

Rio memukul wajah Al dan menatapnya sengit sedangkan Al hanya tersenyum sinis dan menatap remeh Yuki, yang membuat Yuki semakin benci pada pria itu.

"Oh ternyata dia ngadu sama lo?" remeh Al.

"Jadi bener, lo yang udah melakukan perbuatan setan itu pada Yuki? Keparat!" marah Rio tak terkendali lagi. Mendengar jawaban Al.

Bughh

"Bangsat! Bajingan lo Al!" Rio terus saja memukul Al tanpa ampun.

"Rio udah, Yo please" takut Yuki karena keadaan sangat menakutkan untuknya.

"Lo suka sama dia? Ambil aja, gue hanya butuh selaput daranya bukan orangnya" kata Al dengan senyuman penuh kemenangan.

"Rio ayo kita pergi" ajak Dara menarik Rio, ia takut kekasihnya itu akan kembali memukuli Al lebih parah lagi.

"Lo akan tahu apa yang di namakan karma berlaku!" tekan Rio menendang kursi yang berada di samping Al.

Ali, Adi dan Kevin hanya menatap tak percaya dengan apa yang telah terjadi di depannya.

Dan mencerna setiap kata yang baru saja di keluarkan oleh Al maupun Rio namun nihil mereka tidak paham.

Pergaulan Bebas ( Tersesdia PDF )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang