"Sayang mama dan papa besok ke Jepang ya, oma lagi butuh kita, mama dan papa juga ada urusan di sana" lembut sang mama berpamitan dengan putri kesayangannya itu.
"Iya Yuki, kamu nggak apa-apa 'kan nak?" tanya sang papa dengan penuh perhatian.
"Nggak apa-apa kok ma, pa" jawab Yuki seadanya jujur saja saat ini kepalanya seakan meledak.
"Atau kamu mau ikut hem?" tanya papa Yuki dengan lembut dan mengelus sayang kepala putrinya.
"Enggak pa, Yuki dua hari lagi ada UTS soalnya, mama dan papa hati-hati ya jangan lupa jaga kesehatan dan selalu kabari Yuki" sedih Yuki, entahlah ia bingung dengan perasaannya, ia tidak dapat membayangkan kedua orang tuanya jika mereka tahu anak gadis semata wayangnya telah di rusak oleh pria bangsat seperti Al.
"Kamu kenapa nak? Kalau seperti ini papa nggak akan tenang meninggalkanmu sendirian di Jakarta" cemas sang papa mendekati Yuki dan membelai rambut putrinya tersebut dengan sayang.
Hal tersebut justru membuat Yuki semakin terisak menangis dan membuat orang tuanya khawatir.
"Yuki kamu kenapa nak?" panik sang mama dan turut mendekati Yuki.
Yuki memeluk keduanya dan menangis terisak saat ini ia hanya ingin menangis dan menumpahkan segala beban yang ia rasakan, meskipun ia tahu itu tak akan menghilangkan rasa sakitnya.
"Yuki pasti akan merindukan papa sama mama" tangis Yuki pecah.
Mungkin sang mama dan sang papa memakluminya karena mereka akan ke Jepang dalam waktu lumayan lama, urusan bisnis mungkin satu minggu dan akan menunggu sang istri merawat sang mertua entah sampai kapan.
"Papa janji setelah kamu selesai UTS papa akan jemput kamu"
Cupp
Dengan sayang sang papa mencium puncak kepala Yuki.
Yuki menangis sebenarnya bukan perkara itu, namun Yuki menangis karena merasa telah mengecewakan kedua orang tuanya.
"Yaudah Yuki berangkat kuliah dulu ya ma, pa" pamit Yuki dan bersalaman kepada kedua orang tuanya.
Memeluk dengan erat dan mencium dengan penuh kasih sayang.
"Hati-hati sayang kalau ada masalah jangan sungkan untuk cerita dengan mama atau papa" wejang sang papa.
"Pasti pa" mantap Yuki berharap menghilangkan kecemasan sang papa.
Yuki menyambar kunci motor ninjanya dan segera keluar.
"Sayang kamu kok pakai motor?" tanya sang mama dengan raut wajah kaget bercampur cemas karena ia sangat paham putrinya hanya akan memakai motor kesayangannya itu jika berada dalam masalah.
"Nggak apa-apa ma, Yuki lagi pengen pakai motor aja, udah ya ma, Yuki berangkat" pamit Yuki dengan mencium pipi sang mama.
"Pa sepertinya anak kita lagi ada masalah" panik mama Yuki.
"Mungkin Yuki sedih karena akan tinggal sendirian di rumah ma" tenang sang papa mengelus pipi sang istri tercinta.
*At Universitas Cassanova*
Yuki turun dari motor ninjanya hal tersebut sontak menjadi pusat perhatian para mahasiswa yang sedang berlalu lalang di sekitar kampus.
"Eh men lihat itu Yuki bukan?" tanya Ali menepuk pundak Adi dan Kevin.
"Gila Yuki pakai motor ninja men" heboh Ali dengan mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia tak menyangka gadis yang dulunya sangat sederhana, bisa se-sangar itu.
"Iya tambah keren aja tu anak" geleng-geleng Adi.
Al memperhatikan apa yang digosipkan oleh ketiga sahabatnya dan benar saja wanita yang kemarin ia perawani kini tengah memegang helm full facenya dan berniat turun.
Dengan cepat Al menghampiri Yuki jujur saja ia kesal bukan main saat wanita itu mengabaikan pesan dan panggilannya bahkan semua sosial medianya di blokir.
"Yuki gue mau bicara" kata Al dengan berdiri di samping Yuki dengan tatapan berharap wanita tersebut mau mendengarkan penjelasannya.
Yuki hanya menatap Al penuh kebencian tak ada lagi Yuki yang galak ataupun cerewet.
Dengan acuh Yuki meninggalkan Al yang kini berusaha mengejarnya.
"Yuki kok lo pakai motor si? Ada masalah apa?" tanya Chika yang masih bisa di dengar oleh Al.
"Nggak apa-apa Chik lagi pengen aja" jawab Yuki seadanya.
"Gue tau Yuki, lo terakhir kali pakai motor lo, waktu di selingkuhin Ari 'kan? Kali ini lo ada masalah apa? cerita sama gue" oceh Chika berharap Yuki mau berbagi cerita dengannya.
"Chik gue akan cerita tapi nggak sekarang ok!" tegas Yuki penuh dengan keputus asaan.
Chika hanya mengangguk pasrah mendengar jawaban Yuki dan mengikutinya menuju kelas.
Al berdiri mematung dan meraup kasar wajahnya ia mendengar semua apa yang dikatakan oleh kedua perempuan yang bersahabat karib itu.
Al mencerna setiap kata-kata yang keluar dari bibir sahabatnya Yuki, wanita yang baru-baru ini menjadi korbannya.
"Kenapa perasaan gue kacau seperti ini" gusar Al dengan meraup wajahnya dengan kasar.
Jika ia berkali-kali merusak gadis dengan gampangnya ia tinggalkan dan abaikan, namun kali ini? Hatinya benar-benar kacau, ia tak tahu apa yang saat ini ia rasakan.
Serasa ingin acuh namun tetap perduli.
"Brengsek!" maki Al dan meninggalkan ketiga sahabatnya yang melihatnya penuh rasa herannya.
"Al" teriak Kevin dan menyusul sahabatnya di ikuti oleh Ali dan Adi.
"Ki sebenarnya lo kenapa si? Kenapa lo diam aja dari tadi pagi?" lirih Chika dengan menggoyangkan lengan Yuki.
Ia khawatir dengan sahabatnya, ia takut Yuki yang dulu akan kembali, Yuki yang pendiam dan acuh terhadap dirinya ataupun orang lain.
Ia paham bagaimana sahabatnya berusaha bangkit dari peristiwa sialan yang menimpanya.
Sahabatnya di tikung oleh sahabat karibnya. Sheila sahabat bermuka dua itu telah merebut kekasih Yuki.
Merebut cinta pertama Yuki dan membuat Yuki terpuruk akan peristiwa tersebut.
Yuki, Chika dan Sheila adalah sahabat dari kecil dan menempuh pendidikan yang sama karena tidak mau terpisahkan, namun di saat SMA kelas 2 Sheila memutuskan untuk pindah sekolah karena terbentur masalah dengan Yuki.
"Gue nggak apa-apa Chik hanya lelah aja karena perjalanan kemarin" malas Yuki dan bangkit dari kursinya.
"Ki, lo mau kemana?" teriak Chika saat melihat Yuki keluar dari kelasnya.
Saat ini Yuki berada di taman dan tengah melamun, pikirannya entah kemana yang pasti saat ini pikirannya kacau!.
Ingin rasanya ia mengakhiri hidupnya dan menghilang dari muka bumi ini.
Apa dosa yang telah di perbuatnya sehingga takdir seakan mempermainkannya, seakan bahagia enggan menyapanya.
Cinta pertama dan sahabat karibnya telah menghianatinya dan kini masa depannya seakan suram karena ulah pria brengsek itu.
Tessss
Hatinya terkoyak, bebannya saat ini lebih berat dari sebelumnya, jika sebelumnya hanya merugikan dirinya kali ini masalahnya merugikan banyak pihak.
Jika boleh egois ia memilih bebannya ia tanggung sendiri beserta dengan dampaknya.
Senyuman dan semangat kedua orang tuanya seakan menjadi cambuk untuknya.
Ia tak mampu membayangkan senyum kebanggaan kepada dirinya berubah menjadi senyum kecut penuh kekecewaan.
Hiks
Hiks
Hiks
Tubuh mungil itu bergetar, ia seakan putus asa memikirkan semuanya, ini sangat berat untuknya, sungguh sangat berat.
Grepp
Tubuh mungil itu kini berada dalam pelukan seorang pria yang belum di ketahui oleh Yuki.
Entahlah Yuki merasakan nyaman di dalam pelukan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergaulan Bebas ( Tersesdia PDF )
RomansaBerawal dari pertaruhan konyol itu membuat gue terperangkap dalam jurang cinta, awalnya gue hanya mempermainkan dan menyukai kepolosannya dan sialnya gue jatuh dalam pesonanya miris bukan?.