Gadis mungil berumur 4-5 tahun berjalan jalan ditaman dengan keluarganya. Adiknya lelaki berumur 2-3 tahun. Gadis mungil bermata merah darah. Bersurai merah darah. Mengenakan gaun kecil berwarna merah darah. Memakai sepatu bots layaknya anak kecil. Memakai topi noni belanda.
Berjalan anggun layaknya putri. Berwajah dingin layaknya ice. Berwajah putih sepucat mayat. Bibir merah tipis. Rambut sepinggang. Tak ada raut senang disana.
Terjadi pembantaian oleh vampire yang diyaikini makhluk berdarah haus. Haus akan darah manusia. Gadih itu tetap tenang dan santai dijalannya. Berhenti ketika menerima panggilan.
Ia menoleh kearah vampire itu. Dibelakangnya Ayah dan Ibunya terbantai habis oleh para vampire tersebut.
Dengan geram ia menggertakkan giginya. Kini ditaman itu tinggallah adik kecil dan dirinya.
"Hai adik kecill"
Saat vampire itu menghampiri gadis mungil tersebut. Rajanya vampire pun datang.
"Stop panglima kita jadikan penerusku saja"Ucap sang baginda.
"Baik baginda"Jawab panglima itu.Gadis mungil itu tak pindah tempat. Adiknya menangis sembari menatap kakaknya.
Tak terasa taring baginda raja itu menancap kuat dileher gadis mungil tersebut. Sebelum gadis itu pingsan baginda mengantarnya ke rumahnya.
Dimana rumah besar bernuansa merah darah itu menjadi tempat kenangannya bersama keluarganya.
Ia sempat membenci keluarganya hanya karena kedatangan adiknya. Kini berbeda gadis mungil itu tumbuh dengan cepat. Sekarang dia sudah cukup besar untuk mengerti.
Ia mulai menutup dirinya. Menjadi dingin sedingin kutub selatan. Wajah cantik yang pucat. Haus melandanya. Sinar mentari tak menjadi penghalangnya.
Ia berjalan menuju sekolah menengahnya. Berlari menyusuri trotoar jalan. Berlari secepat mungkin. Menghindari keramaian.
Kini ia tiba disekolah menengahnya. Langsung saja ia menetralkan wajahnya yang pucat pasi menjadi dingin. Banyak siswa siswi menatapnya tak sudi berteman.
Lagipula gadis itu juga tak akan berteman dengan yang menurutnya bertolak belakang. Mungkin disekolah ini mangsanya cukup menggiurkan. Namun, ia tahan demi reputasinya.
Dia dijuluki 'Sidingin' akan tetapi julukan itu tak mempengaruhinya. Menghindar dari mereka adalah kewajibannya.
Melatih dayanya adalah reputasinya. Menjaga adiknya adalah hakikatnya. Menjadi sidingin adalah sahabatnya.
Dia cantik namun dingin. Banyak cowok yang mendekatinya alhasil hanya kecewa akan sikap acuhnya itu.
Baginya berteman hanya membawa malapetaka. Ia hanya ingin adiknya tumbuh seperti mereka sedia kala.
Ia hangat ketika dihadapan adiknya. Dan menjadi sedingin ice dihadapan orang lain. Senyum smirk bagaikan setengah jiwanya. Kemisteriusan bagaikan temannya.
Daging makanannya. Darah minumannya. Merah warnannya. Semangat kobarnya.
Penerus tunggal sang abadi.
Gimana nih guys!? Bagus gak prolognya!? Ya kali bagus support terus yah!?
KAMU SEDANG MEMBACA
VAMPIRE AND NEPHILIM {End}✔
FantasyThe nephilim and The vampire. #3-chintralala 10.5.2020