Kedai ramen di pinggiran kota terlihat sangat ramai malam ini, antrian kini bahkan sudah mencapai pintu depan. Sedikitnya meja yang ada membuat pelanggan yang ingin menikmati harus rela menunggu dengan berdiri. Cuaca dingin setelah hujan membuat kebanyakan orang ingin menikmati hidangan dengan kepulan asap diatasnya, sangat nikmat walau hanya dibayangkan. Rasa nikmat dari mie dan kuah yang akan terasa sangat pas di lidah, tentu saja kedai ini akan sangat ramai pengunjung setiap harinya.
Di dalam sana, beberapa pekerja di kedai tersebut sedikit kewalahan dan seorang pria manis di sana terlihat sedang menghapus butiran peluh yang ada diwajahnya. Melihat keadaan seperti ini tak membuatnya merasa lelah, bahkan ia lebih semangat untuk melayani para pembeli. Bagi sebagian orang mungkin akan sangat melelahkan jika harus bekerja ekstra apalagi dalam keadaan berbadan dua. Namun keadaan itu tak menyurutkan semangat Jongin. Ia akan terus semangat demi kehidupan layak kedepannya nanti.
Kehamilan Jongin sudah berada di trimester pertama lebih tepatnya kini memasuki bulan kedua. Keringat yang bercucuran seakan tak ada artinya kala pembeli ramen nya tersenyum puas dengan rasa nikmat dari ramen buatan ibunya. Jongin tahu, ibunya pasti lebih lelah daripada Jongin yang hanya mengantar pesanan dan membersihkan meja para pembeli. Ayah juga terlihat begitu sibuk di bagian kasir. Ayah yang memang memiliki riwayat asma tak bisa jika harus bekerja terlalu berat, maka dari itu ayah lah yang akan menjadi kasir di kedai ramen kecil milik keluarganya ini.
Ayah dan ibu memang sudah lama membuka kedai ini, namun dulu kedai tak seramai sekarang. Kedai masih dengan bentuk asli dari awal ayah dan ibu membuka kedai ini. Ayah dan ibu tak ingin merubahnya karena ayah dan ibu ingin mengenang bagaimana perjuangan mereka dalam mempertahankan kedai ini. Sampai akhirnya, kedai mulai banyak dikenal orang diluar sana, meskipun tempatnya kecil dan hanya ada beberapa meja yang tersedia tak membuat para pembeli mengurungkan niatnya.
Kehidupan yang sulit memang sudah dijalani Jongin sedari kecil, sampai akhirnya ia lulus dari Perguruan tinggi berkat ayah dan ibu yang rela seharian membanting tulang demi dirinya. Jongin anak tunggal, jadi hanya Jongin lah harapan ayah dan ibu. Ayah dan Ibu ingin Jongin hidup dengan bahagia jika ia sudah lulus nanti. Namun takdir berkata lain, setelah kelulusannya Jongin memilih untuk menikah dengan teman dekatnya saat di perguruan tinggi. Mau tak mau ayah dan ibu menyetujui pilihan Jongin, karena mereka yakin jika itulah yang terbaik untuk putera mereka.
Kehidupan Jongin berjalan sangat lancar dan bisa dibilang bahagia. Suami yang menyayanginya dengan sepenuh hati dan rela melakukan apapun untuk kebahagiaan Jongin. Hingga pada akhirnya sang suami diterima di salah satu perusahaan dan mengharuskannya pergi merantau ke negeri orang. Jongin tentu ingin menolak hal tersebut, tapi melihat kebahagiaan di wajah sang suami membuat hati Jongin tak tega. Rasa khawatir dan takut menguasai pikiran dan hati Jongin, namun senyum teduh dan bahagia suaminya lagi-lagi membuat hatinya sedikit lebih tenang. Lagipula mereka masih bisa berkomunikasi melalui telepon dan suaminya berjanji akan pulang setiap bulannya.
Melepaskan suami untuk pergi ke negeri orang di tengah hangatnya rumah tangga yang masih terbilang cukup muda membuat ayah dan ibu kim sedikit kecewa dengan keputusan Jongin dan sang menantu. Inginnya mereka terus bersama, tak apa tak punya gaji yang banyak tapi kebersamaan dan kehangatan keluarga lah yang paling utama. Mungkin begitulah pemikiran dari ayah dan ibu Kim. Mereka tak tega melihat Jongin yang harus menahan rindu setiap bulannya nanti. Walau ada telepon, tapi pasti akan sangat berbeda rasanya.
.
.
.Dering ponsel Jongin berdenting saat ada satu pesan masuk yang ternyata dari suami tercinta yang kini sudah 3 hari berada jauh darinya. Senyum lebar tercipta di wajah manis Jongin kala membaca rentetan pesan dari suaminya. Beberapa menit bertukar pesan, suami Jongin bilang jika ia harus bekerja dan akan menghubungi nya lagi nanti. Jongin pun kembali dengan rutinitasnya membantu ibu di kedai ramen, tentu dengan perasaan yang sangat bahagia setelah mendapat pesan singkat dari orang yang dicintainya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ceritanya Hunkai
Krótkie OpowiadaniaCuma cerita pendek Random dan tidak jelas..