Ketika bel berbunyi, Nami dan ketiga sahabatnya Ayuko, miki dan terakhir aya duduk berdampingan sambil mengobrol menceritakan kejadian yang terjadi sebelumnya.
Rasa penasaran akan kedua peran tokoh tersebut membuat Aya (yang selalu berpenampilan warna warni seperti arti dari namanya) mencari tahu banyak tentang mereka berdua
"Dari semua info yang ku dapat, menyatakan bahwa lelaki berambut kuning itu bernama Suzuki, hanya Suzuki" ucap Aya mengikuti para host di acara kabar harian,
"Jadi namanya juga hanya sesingkat itu?"tanya Ayuko kesal setelah mengetahui nama orang yang mencaci nama nami karena terlalu singkat pun mempunyai nama yang begitu singkat juga, jadi sebaiknya ia berkaca terlebih dahulu sebelum benar-benar mencaci seseorang yang ia sendiri mempunyai kekurangan tersebut.
"Jadi kenapa dia harus geram dengan namamu, Nami?" Tambah miki seraya menoleh ke arah Nami, yang ternyata kini malah terlena dalam lamunannya sendiri, lebih tepatnya membayangkan wajah pangeran tanpan sambil sesekali menyunggingkan senyum manis yang hanya terasa oleh hatinya.
Ayuko, Aya dan Miki pun saling tatap, gerak-gerik isyarat mata pun terbuka, setelah mengerti akan arti tatapan, Ayuko pun jahil mengejutkan Nami dari lamunannya
"Hei,"bentak mereka serentak bersamaan, membuat Nami terkejut dan spontan menjatuhkan pena yang ia genggam ke bawah.
"Aih,"Nami bergumam kesal, segera saja ia turun mencari penanya yang jatuh, entah dimana, tapi ruang kecil dibalik meja membuatnya kesusahan bergerak untuk mencari, sedangkan yang membuat ulah pun hanya tertawa terbahak-bahak.Bertepatan dengan itu, seorang lelaki berkulit ideal dengan kemeja putihnya masuk ruangan, mengambil bangku guru dan duduk di atasnya.
"Selamat pagi sahabat,"Sapanya ramah di tambah sebuah senyuman manis, membuat para siswa siswi serempak menjawabnya dengan semangat.
"Bagaimana pagi kalian?"Tanyanya lagi sementara berbasa basi
"Baik pak,"Jawab mereka sopan
"Baik, perkenalkan nama saya,.."Braakk.
Suara gubrakan terdengar kencang diruangan, membuat seisi lokal mengarah ke arah suara.
"Maaf,"Ucap seorang gadis yang keluar dari balik meja yang tak salah lagi adalah Nami.
Ia tersenyum kuda sambil menyodorkan penanya, ia berkata,"Hai," pada pak guru yang sedari tadi menatapnya serius, kemudian tampa rasa bersalah ia memperbaiki tempat duduknya dan kembali memperhatikan guru.
"Ini semua karena mu,"bisik Nami pada Miki yang kebetulan duduk di dekatnya."Ok, perkenalkan nama saya Chen, umur saya 32 tahun dan saya berasal dari negri china, sebelumnya saya akan memberi tahu kalian, Bahwa saya akan menjadi wali kelas kalian untuk tahun ini,"
Semua serempak memberikan tepuk tangan, entah apa makna dari tepuk tangan itu yang jelas itu tidak bertanda buruk bagi yang berbicara.
"Akan tetapi," guru chen menatap luas ke setiap sudut ruangan, "Untuk sementara waktu ini saya akan sangat sulit ditemukan, untuk itu saya akan memberikan jadwal hari saya bisa di ajak intro dan saling komunikasi mengenai pelajaran yang saya ajarkan,"guru chen menatap satu persatu murid-murid nya, "untuk berkenalan mari kita bersalaman"ucapnya ramah."Bersalaman?"gumam Nami heran, tidak seperti biasanya, jenis perkenalan apa ini?.
Memang setiap guru selalu punya cara dan metode masing-masing utuk menaklukkan muridnya, membuatnya menjadi berbeda sehingga bisa disenangi oleh banyak orang, faktor nya kebanyakan murid bisa menyukai sebuah pelajaran dikarenakan guru pengajarnya, sehingga membuat murid itu sendiri bersemangat menanti-nanti hari pertemuan pelajaran tersebut, jadi ini semua bisa dibilang wajar, tetap tidak bagi Nami yang sangat benci bersentuhan tangan.Semua murid telah tegak berjalan ke depan untuk memberikan salam kepada guru Chen, sekedar saling memegang tangan, dan jika mau memberikan sedikit senyuman manis dan lirikan menggoda bagi para gadis yang kini telah jatuh hati pada ketampanan guru Chen, guru Chen adalah guru yang ramah, mungkin itu yang dapat dinilai dari mimik wajah guru Chen, senyumnya yang selalu terkembang diwajahnya, membuatnya disenangi walau hanya sekali lirik
Kini giliran Nami yang maju kedepan memberikan salam.
"Hallo,"Sapa Nami sambil membalasnya dengan senyuman ramah, "Namaku Nami," ucapnya sedikit kikuk sambil menjulurkan tangannya ke arah guru Chen.
Guru Chen menatapnya antusias, tanpa mengabaikan tangan Nami yang sampai kini masih memakai sarung tangan bulu berwarna biru, walaupun didalam kelas membuatnya kini menjadi pusat perhatian seisi kelas.
"Bisakah kau membuka sarung tanganmu?,"Tanya guru Chen yang membuat Nami tambah penasaran dengan sikap guru barunya ini.
"Bukankah ini hanya perkenalan?"jawab Nami santai, tak lepas dari senyum manisnya, ia sendiri melepaskan tangannya dari pegangan guru Chen.Kemudian ia kembali ke tempat duduknya yang semula
-
Nami termenung didalam kelas sambil memutar-mutar pena di ujung jarinya, otaknya berputar memikirkan seorang guru baru yang mungkin sangat disenangi ketiga kawannya karena ketampanannya, tapi tidak bagi Nami, baginya guru ini banyak menyimpan rahasia, aneh dan tersembunyi.
"Hayooo, kau sedang memikirkan apa?"sapa Ayuko tiba-tiba datang bersama Aya dam Miki dengan membawa 4 botol minuman serta makanan ringan.
"Kau pasti sedang memikirkan guru tampan tadi bukan?,"tebak Miki seraya mengambil bangku terdekat dengan Nami.
"..."Nami hanya terdiam, tak menjawab.
"Atau mungkin kau sedang memikirkan lelaki yang menolongmu 2 jam lalu?".
Nami menoleh, moodnya kembali datang, senyumnya berkembang.
"Hayya, bisakah kau tidak tersenyum seperti itu, kau sangat terlihat seperti orang kasmaran sekali,"seru Aya dengan logat bahasa china yang ia bisa.
Mendengar kata-kata Ayuko membuat Nami tertawa begitupun dengan ketiga kawannya.
"Kau tau,"Bisik Aya seraya mencondongkan badannya, seakan-akan takut didengar banyak orang, yang padahal kini seisi kelas itu kosong, hanya ada mereka berempat serta bangku yang membisu tak mendengar apa-apa,"Aku sudah mendapatkan info lelaki yang telah menolongmu itu,"lanjutnya perlahan membuat suasana menjadi tegang oleh perkataannya,"Namanya Hideyoshi Gin, dalam kamus artinya anak yang unggul berkilau seperti perak."tambahnya seraya tersenyum sinis.
"Manisnya,"gumam Miki senang.
"Tapi bukan itu yang ingin ku katakan,"Tambah Aya membuat penasaran baru di otak kepala mereka masing-masing,"Ada sesuatu yang populer dalam dirinya,"
"Tentu saja, ia begitu sangat tampan, jadi sangat wajar jika ia begitu populer,"celetuk Nami memotong
"Setuju,"tambah Ayuko
"Haih bukan itu maksudku,tapi,.."Belum selesai Aya menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba bunyi bel masuk menggema keras, Nami Ayuko dan Miki mendesis panjang, kesal dengan minuman dan makanan yang belum selesai mereka habiskan, sedangkan Aya pun ikut membereskan makanannya dan kembali ke tempat duduknya.
Semua murid lokal pada berdatangan, satu persatu masuk kelas dan duduk di bangku mereka masing-masing, tidak seperti di sekolah tingkatan sebelumnya, murid dewasa lebih terdisiplin dengan kerapian.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH
FantasySeorang gadis cantik bernama Nami yang mempunyai kebiasaan aneh selalu memakai sarung tangan setiap berpergian, ia hidup bersama ibunya di sebuah desa yang damai, kehidupannya memang tenang dan damai hingga ia bertemu dengan dua orang lelaki tampan...