Hideyoshi

18 5 6
                                    

Hideyoshi menoleh saat mendengar Namanya dipanggil, "Nami,"gumamnya saat melihat Nami sudah berada di belakangnya.
"Kau sudah lama menungguku?"tanya Nami.
Hideyoshi melihat ke arah belakang Nami, ada tiga orang gadis yang sedang mengintip mereka, "tidak juga,"jawab Hideyoshi.
"Ooh, lalu?"Nami memperhatikan Hideyoshi, yang saat ini mungkin tak fokus padanya, karena ulah ketiga kawannya yang saat ini ramai menggoda mereka dari jauh,"fighting!!"seru mereka bersamaan.
Nami menoleh, membelakangi Hideyoshi agar ia tak melihat gerak tangannya yang kini masih berbungkus sarung tangan melambai-lambai memberi isyarat kepada mereka untuk pergi dari situ.
"Ok,"seru Miki kencang dengan menyatukan ibu jari dan telunjuknya membentuk huruf O, kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.
"Hmmmm,"Nami tersenyum kikuk,
"mereka bertiga temanku,"ucap Nami sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
"Ikuti aku,"ajaknya, kemudian berjalan membelakangi Nami.
Oh tuhan, apa yang terjadi? Bathin Nami gemetar.

***

"Kita kemana?"tanya Nami, melihat Hideyoshi yang kini membawanya keluar dari kampus.
"Tenang saja, aku tak akan melukaimu,"jawab Hideyoshi tersenyum.
Melihat senyum Hideyoshi, membuat hati Nami tenang, setidaknya sudah ada sebuah kepastian bahwa tidak ada masalah saat ini.
"Kenapa kau tidak bersama kak Sadao?"tanya Nami berusaha mengusir keheningan di antara mereka.
Hideyoshi berhenti, "Nami, bagaimana kita duduk di kursi itu saja?"tunjuk Hideyoshi ke arah taman kecil dengan rumput china yang tumbuh sangat rapi.
"Baiklah,"jawab Nami.

Mereka pun berjalan mencari tempat yang bersih untuk mereka duduki, hingga akhirnya ia dapati Sebuah pohon yang rimbun, "sepertinya disini nyaman,"ucap Hideyoshi seraya duduk tanpa alas d bawah pohon itu.
Nami masih bingung, kenapa ia dibawa ketempat ini?
"Kemarilah,"ajak Hideyoshi menunjuk rerumputan disebelahnya.
Nami menurut dan mengambil tempat duduk di sebelah Hideyoshi.
"Kenapa kau mengajakku ke tempat seperti ini?"tanya Nami.
"Tidak ada,"jawab Hideyoshi,"aku hanya sedikit kesepian,"gumamnya pelan.
Nami menoleh,ia tak tau asal usul keluraga Hideyoshi, tapi yang ia tahu kemanapun ia pergi selalu didampingi Ren, sahabatnya.
"Bagaimana dengan keluargamu?"tanya Nami hati-hati, ia takut pertanyaannya akan menyinggung lagi perasaannya.
"Aku terlahir yatim piatu, sejak kecil sampai saat ini aku tak tau dimana mereka berada,"
Nami tertegun, "maafkan aku,"gumambya seraya membungkukkan sedikit kepalanya tanda hormatnya.
Hideyoshi menyentuh rambut Nami mengangkat kepalanya,"kau tak perlu minta maaf, semua itu tak pernah ku pikirkan lagi,"ucapnya.
Nami menatap mata Hideyoshi, melihat lebih dalam ke pusara titik hitam yang terlihat sangat memilukan.
"Aku tak pernah kesepian sejak ada hadirmu Nami,"ucap Hideyoshi terang-terangan membuat Nami seolah tak percaya pada dirinya, "karena yang kesepian bukan diriku,.."
Nami mengerutkan keningnya masih tak percaya.
"Tapi hatiku,"lanjut Hideyoshi.
Membuat Nami membulatkan matanya terkejut.
Astaga, ini adalah pertama kalinya Nami berhadapan langsung dengan kata cinta, apakah barusan Hideyoshi benar-benar mengungkapkan cintanya?.
Tiba-tiba Hideyoshi tertawa, "expresi mu lucu sekali Nami,"ucapnya tak tahan geli menatap Nami yang terlihat sangat terkejut dengan ungakapannya barusan, "aku hanya bercanda,"lanjutnya, membuat Nami kini terkekeh pelan sedikit merasa ditipu.
"Yang benar saja bukan, orang sepertimu tidak mungkin tidak ada yang suka,"Nami mulai berceloteh,"kau itu tampan, hebat, dan juga baik hati,"ungkapnya menutupi malunya.
Hideyoshi tersenyum menatap Nami,"oh ya?"
"Iya, semua gadis yang kau sukai pasti bersedia menjadi kekasihmu,"
"Lalu, apakah seorang Nami juga mau menjadi kekasihku?"tanya Hideyoshi.
Lagi-lagi membuat Nami gugup, tak percaya, oh tidak Nami kau jangan tertipu lagi, ini hanya gurauan kecil, ia tak sungguh mencintaimu, sebisa mungkin Nami memegang hatinya, tak ingin dipermalukan seperti tadi, tapi tatapan Hideyoshi kini, itulah yang membuatnya susah untuk menjawab, suaranya seperti tercekat di tenggorokan, oh tuhan bagaimana ini?.
Hideyoshi tersenyum,"baiklah, aku tau kau akan menolak ku,"
"Bukan begitu,"
"Lalu?"
Nami terdiam, wajahnya memanas, ia yakin warna pada wajahnya sudah berubah saat ini, menjadi merah seperti tadi, tapi kali ini berbeda, ia benar-benar gugup, kenapa setiap ia berada didekat Hideyoshi suasana hatinya seperti ini? Apakah ia telah jatuh cinta?

"Lupakan saja, kita cari pembasahan yang lain,"ucapnya mengakhiri situasi gugup tadi.
Nami masih terdiam tak bisa membuka suaranya untuk sesaat.
"Kau tau?"Hideyoshi memulai,"kemarin guru Chen mengatakan bahwa aku memiliki dua kelebihan, yang satu sama sepertimu, dan yang kedua seperti yang kau ketahui aku tentang buku, tapi ada satu yang mungkin tak ia ketahui,"
"Apa itu?"tanya Nami mulai berani membuka suara.
"Sejak kecil aku bisa melihat pada diri seseorang, orang yang mencarinya,"
Nami terus menyimak.
"Yaitu ketika aku menyentuh pergelangan tangan seseorang, maka aku bisa menemukan bahwa dia di cari oleh seseorang,"Hideyoshi menatap bola mata Nami,"jadi jika ada seseorang yang kehilanganmu, dan aku menyentuh pergelangan tanganmu, maka aku bisa melihat dimana orang itu berada,"
Nami terdiam, ada sesuatu yang tersirat di otaknya, ia teringat, teringat suatu kejadian di 13 tahun silam, disaat ia kehilangan ibunya di pasar swalayan dulu.
Apakah Hideyoshi adalah seseorang yang menolongnya dahulu.
"Nami?"panggil Hideyoshi membuyarkan lamunannya.
"Ah, iya?"
"Kau kenapa?"
"Oh, tidak, tidak ada apa-apa,"jawab Nami masih gugup.
"Nami,"panggil Hideyoshi lagi.
Nami menoleh, melihat Hideyoshi yang kini menatapnya intens, hingga ia harus menelan ludahnya sendiri, menghadapi tatapan tersebut.
"Bolehkah aku memegang tanganmu?"pintanya
Nami menatap telapak tangannya, "aku menggunakan sarung tangan?"
"Tidak apa, kau tak perlu melepasnya, karena saat ini yang ku inginkan hanya menggenggamnya,"
Nami terpaku mendengar kata-katanya.
Dengan perlahan tangan Hideyoshi mulai menyentuh tangannya, kemudian menyela-nyelai jari mereka berdua, dan menggenggamnya.
"Aku harap suatu saat aku bisa kembali menggenggamnya tanpa lapisan ini,"sebut Hideyoshi tersenyum hangat menatap Nami.

***

Matahari sore indah menyinari, warna jingga yang berpadu dengan langit yang terang memberi kesan kesetiaan yang mendalam, dimana mereka menyatu untuk membuat sesuatu yang biasa menjadi indah tiada tara.
Nami disini, menikmati pemandangan yang sering ia tinggalkan, sendiri tanpa seorang pun yang menemani.
Bayangannya tertuju pada kejadian di taman saat pulang sekolah, mengingat Hideyoshi yang mengajaknya pada suatu tempat indah, dan mengungkapkan perasaannya, sebenarnya belum mengungkapkan tapi lebih tepatnya seperti sebuah sindiran yang mengarah kepada hatinya.
Apakah Hideyoshi benar-benar mencintainya? Gumamnya sendiri.
Ia memegang wajahnya yang panas, 'pasti sudah memerah lagi' gerutuknya, kenapa setiap mengingat wajah tampan Hideyoshi yang mirip artis China Kris Wu,( yaitu salah satu anggota boyband EXO yang sangat terkenal sejagat raya) itu selalu membuatnya gugup tak karuan.
Moment nya teringat, saat Hideyoshi menghapus keringatnya di taman sekolah, saat ia tersenyum menghadapi kekesalan Nami, saat ia membasuh wajah Nami saat dihutan, bahkan tadi siang ia terang-terangan meminta untuk menggenggam tangannya.
Sungguh moment yang manis.
Nami tersenyum sambil memeluk lututnya, sesekali ia mengangkat kakinya geli mengingat kejadian manis dirinya bersama Hideyoshi, kenapa ia tak langsung terima saja ungkapannya tadi, gumam Nami, sedikit menyesal telah menyia-nyiakan waktu kebersamaan mereka.
Masih dengan senyum yang mewarnai wajahnya, Nami mencium telapak tangan kanannya, yang sebelumnya ia serahkan pada Hideyoshi untuk digenggamnya, tepat seperti orang kasmaran, kini Nami sadar, ia telah di mabuk cinta.

Sedangkan disisi lain, Aya, Ayuko dan Miki mengintip lewat jendela, sambil tertawa terkikik-kikik mereka menyaksikan pemandangan sahabatnya yang seperti orang gila.

***

Assalamualaikum teman-teman

Untuk cerita selanjutnya aku bingung nih, mau nyatuin Nami sama siapa yah??
Sama Hideyoshi yang pengertian dan penyayang, atau sama Ren Sadao yang hebat dan cool?
Atau mungkin sahabat pembaca ada yang suka sama peran guru Chen yang misterius?

Buat kalian para pembaca boleh saran kok, gimana cerita selanjutnya.
Gimana enaknya
Dan gimana serunya

Kasih komentar dibawah yah,
Aku tunggu sarannya

Terimakasih
Salam manis

Amzutsu tsuaibah.

TOUCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang