Kediaman Guru Chen

23 7 5
                                    

"kalian mau pergi kemana?"tanya dua orang polisi yang nampaknya sedang berjaga di hutan ini.
"Kami ingin pergi ke rumah guru kami,"jawab Ren mantab.
Seorang polisi berkumis tebal itu pun memberi kode kepada rekannya menggunakan isyarat.
"Siapa guru kalian?"tanya polisi bertubuh buncit, sangking besar perutnya, ia perlu melingkarkan tangannya di depan perutnya mungkin agar tubuhnya tidak berat sebelah.
"Guru Chen,"jawab Hideyoshi menambahi.
Kedua polisi itu pun saling berpandangan satu sama lain, memberi kode yang tidak dimengerti selain mereka berdua, begitupun dengan mereka Hideyoshi, Ren dan juga Nami pun ikut saling tatap kebingungan.
"Apakah kalian membawa tanda?"tanya polisi itu lagi banyak tanya, sebenarnya mereka sudah malas menjawab, karena sepertinya tidak ada faedahnya ia menjawab pertanyaan bodoh polisi itu disini, untuk apa polisi itu bertanya tujuan pribadi? apalagi kali ini menanyakan tanda yang sepertinya tidak masuk akal itu, ini adalah tengah hutan, bukan jalan raya tempat mereka bisa menilang dan membebaskan siapapun sesuka hati mereka, jadi untuk apa menjawabnya?.
"Kami tidak memiliki tanda apa-apa,"jawab Nami polos.
"Jika kalian tidak memiliki tanda apa-apa, lebih baik kalian pulang lah sekarang,"
Nami terkejut mendengarnya, kenapa jawabannya seperti itu? Apakah polisi ini ada hubungannya dengan guru Chen, tiba-tiba Nami teringat pertemuannya dengan guru Chen saat ia menyuruhnya untuk datang ke kediamannya.

"Baiklah, ini,"guru Chen menyodorkan sebuah kartu nama kepada Nami,"Ini kartu namaku, alamatku sudah tertera didalamnya, mungkin akan sangat susah kau mencari, dengan begitu bawa jugalah dua Touch kemarin, ingat pesanku, setiap kau temui polisi, berikan kartu nama ini, kau akan sampai ke kediamanku,"ucapnya, kemudian tersenyum dan pergi meninggalkan Nami yang kini masih membeku ditempatnya sedari tadi.

"Astaga,"seru Nami ketika baru tersadar dari kelupaannya, ia langsung mencari kembali kartu nama guru Chen yang tadi ia letakkan didalam tas nya, tapi,.. tidak ada, didalam tas nya sudah tidak ada, ia kembali mencarinya lagi, tapi benar tidak ada, dimana kartu nama itu? hatinya mulai rusuh, kesal akan kecerobohannya, titik point nya ada pada kartu nama itu, tidak mungkin mereka pulang dengan hampa hanya karena hilangnya kartu nama itu.
"Kau mencari apa Nami?"tanya Hideyoshi heran.
"Aku, aku mencari,"Nami terlalu fokus mencari kartu itu hingga ia sendiri tak berfikir untuk menjawab pertanyaan Hideyoshi.
"Apakah kau mencari ini?"saut Ren, membuat Nami melirik ke arahnya, dan mendapati kartu nama itu sudah berada di tangannya.
"Dimana kau mendapatkannya?"
"Kau meninggalkannya tadi pagi, aku kira kau sudah tak mementingkan nya lagi,"
Nami menerima kartu nama itu seraya tersenyum,"Terimakasih,"ucapnya kemudian menyodorkan kartu nama itu kepada polisi yang sejak tadi masih setia menunggu mereka.

***

Akhirnya mereka pun tiba di sebuah Rumah elegan ala tradisional khas Tokyo, didepan rumah tersebut terdapat sebuah taman yang sangat indah, bunga-bunga bermekaran diterpa sinar mentari, rumput-rumput pun tercukur rapi, pohon sakura berderet membuat sebuah gapura yang menghubungkan langsung ke pintu utama.
"Inikah kediaman guru Chen?"pekik Nami takjub.
Sedangkan Ren dan Hideyoshi masih belum bisa mengerti dengan semua ini, bukan hanya karena rumah elegan yang terletak di pelosok hutan seperti ini, tetapi untuk mencapai rumah ini pun sangat mengherankan, mereka harus menghadapi polisi penjaga gerbang, dan mereka akan diperbolehkan masuk setelah mereka memperlihatkan kartu nama guru Chen, dan yang lebih mengagetkannya, bukan hanya satu gerbang yang harus mereka lalui, tetapi 3 gerbang yang jaraknya berjauhan, baru mereka bisa sampai ke tempat sekarang ini.
"Selamat datang para tamu,"ucap seorang lelaki tua menyambut mereka di pintu utama, "Silahkan masuk, tuan muda sudah menunggu kalian dari tadi,"lanjutnya mempersilahkan.
Ren, Hideyoshi, dan Nami pun masuk ke rumah tersebut, mengikuti si pak tua yang rambutnya saja sudah memutih semua, entah kemana ia akan membawa mereka, yang jelas kini Ren lebih meningkatkan kewaspadaan nya, ini adalah tempat yang sangat asing, walaupun keadaannya seperti sangat nyaman, tapi tidak ada yang tahu, kejahatan bisa saja terjadi dimana-mana, jika ada kesempatan, apalagi melihat tempat ini yang dijaga begitu ketat,tidak ada yang tidak mungkin.

***

Mereka masih duduk di ruangan yang dekat dengan ruang utama, menunggu guru Chen yang dari tadi belum datang juga.
Beberapa menit sudah berlalu, membuat mereka kelelahan dengan menunggu, perjalanan mereka begitu panjang, setelah sampai yang dicari pun tidak kunjung datang, apalagi setelah menyadari bahwa sejak semalam tak ada satu makanan pun yang masuk ke dalam perut mereka kecuali air botol yang kebetulan di temukan dalam tas Hideyoshi.
"Ren, Nami, apakah kalian tidak lapar?"tanya Hideyoshi pelan, karena tempat sesunyi ini suara angin pun tetap bisa terdengar.
Ren hanya terdiam, bisa di artikan dengan dua ma'na, yang pertama mungkin dia tidak lapar dan yang kedua mungkin ia tidak mau mengeluh tentang isi perutnya, sedangkan Nami?.
"Euhmmm,"ia mengeluarkan senyum manisnya, membuat Ren ikut penasaran dengan jawabannya,"aku,"Nami malah kebingungan ditatap dua lelaki tampan di hadapannya, tiba-tiba malu nya hinggap di otaknya, meracuni jawaban jujurnya yang sebenarnya ia ingin mengatakan, iya, "tidak, aku tidak lapar,"jawabnya mantab,"aku sudah biasa seperti ini,"tambahnya membohongi kejujurannya dan semakin meyakinkan.
Tiba-tiba suara ----pyuuut---- jelas menggema di ruangan hening tersebut membuat Ren dan Hideyoshi semula sibuk dengan pikirannya masing-masing langsung refleks menatap ke arahnya.
Nami gelagapan, seperti seorang maling yang tertangkap basah membawa barang, Nami menelan ludahnya,"hmm, sepertinya saat ini aku sedikit lapar,"ucapnya dengan cengiran kuda.
"Sudah ku duga,"gumam Ren sendiri, yang kemudian di susul gelak tawa Hideyoshi yang sebisa mungkin dibuat tak mengeluarkan suara.

Tak lama kemudian datang lagi lelaki tua tadi dengan membawa beberapa pelayan yang masing-masing membawa makanan, baik itu makanan ringan, berat maupun penutup dan juga berbagai macam aneka buah-buahan.
"Waah,"gumam Nami senang, membuat kedua pria disebelah nya langsung kembali memperhatikan gerak-geriknya yang mungkin tampak seperti orang yang sangat kelaparan, terserah, Nami tak peduli, dalam keadaan seperti ini Nami tidak ingin memikirkan image nya yang sudah berkali-kali dipermalukan, setiap ia ingin menutupi sesuatu entah kenapa tubuhnya selalu saja durhaka melawannya, jadi ia berjanji bahwa ia tidak akan menjaga dirinya sendiri dihadapan kedua pria ini lagi.
"Sebaiknya kalian sarapan terlebih dahulu, mungkin saja kalian lapar,"ucap kakek tua itu sambil tersenyum kemudian pergi meninggalkan mereka.
Kini tak ada siapa-siapa selain mereka, di hadapannya pun sudah terbentang berbagai makanan yang sangat lezat, Nami  tak akan menyia-nyiakan lagi, tangannya sudah siap, sumpit pun telah menyilang di jarinya, tetapi ketika ia ingin mengambil sebuah makanan, tiba-tiba makanan itu menghindar,.... tidak, lebih tepatnya ditarik mundur oleh Hideyoshi yang dengan jahilnya masih juga mengerjainya, dengan lihai pun Nami berusaha mengejar makanan tadi, hingga Hideyoshi tidak tahan lagi menahan gelak tawanya, dan dengan berbaik hati memberikan makanan tersebut kepada Nami.
Hideyoshi tertawa
Nami tersenyum
Sedangkan Ren hanya terdiam sendiri.

***

Mereka sudah siap makan dari tadi, kemudian lelaki tua itu datang dan kembali membawa mereka berjalan ke ruangan yang mungkin disana guru Chen telah menunggu.
Mereka diajak melewati koridor kecil dan taman yang terletak di tengah-tengah rumah tersebut, jalan masih berlangsung hingga mereka di bawa masuk ke ruangan yang luasnya melebihi ruang kelas di kampus mereka, didalamnya terjajar banyak rak berisi penuh buku-buku tebal layaknya perpustakaan, shofa, bangku dan meja pun juga tersedia, tapi ruang ini kosong, tak ada guru Chen atau siapapun didalamnya.
"Harap kalian menunggu terlebih dahulu disini, sementara saya akan memanggilkan tuan muda,"
Mereka saling tatap
Lagi-lagi mereka di perintahkan untuk menunggu.

***

Hallo sahabat pembaca, ikuti terus ceritanya yah, karena kalian gak bakal nyangka sangat banyak teka teki yang tersimpan dalam cerita ini
Untuk tebakan yang udah timbul dalam otak kalian kasih tau aku dalam kolom komentar yah,
Yang benar ntar aku kasih bonus
Jangan lupa tinggalkan juga jejak kalian berupa vote
Salam bahagia

@amzutsu

TOUCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang