Masa awal tahun ajaran baru dibuka,
Siswa siswi sibuk mencari universitas yang akan mereka datangi, mulai dinilai dari segi umum bahkan segi pribadi.
Nami lebih memilih mengambil jurusan yang serasi dengan karakternya, kehidupan dan hobby nya.
Universitas kyoshin language academi,
Yang menyajikan berbagai ilmu internasional, di tambah extra kulikuler yang telah menjadi acuan para siswa siswi yang datang.
Sekolah ini juga menyediakan asrama sehingga para siswa atau siswi yang tinggal wajib mengikuti program yang tertera dipraturan universitas juga asrama selama program yang ditentukan."Ini kamarmu, kau boleh istirahat sekarang, atau mungkin kau ingin berputar-putar melihat suasana asrama,"ucap ibu penjaga asrama memberikan sebuah kunci kamar tanpa sedikitpun senyum terulas di bibirnya kepada Nami juga tiga kawannya.
Nami menerima nya kemudian langsung masuk ke dalam kamar yang tersedia bagi mereka.
Kamar ini memang tersedia untuk 4 orang siswi, di isi 4 buah kasur,4 buah lemari sedang, kamar ini bisa disebut besar ukuran kamar kos-kosan, cukup nyaman dilengkapi dengan AC dan penghangat ruangan."Huh, lelahnya,"gumam Nami ketika tubuhnya sudah terhempas di atas kasur yang tak begitu empuk dibandingkan kamar pribadinya.
Hanya butuh beberapa detik saja dan Nami pun sudah terlelap dalam tidurnya.
-
Siapa namamu?," Tanya seorang wakil osis dengan wajah garangnya kepada salah satu murid baru yang kini sedang menjalani proses MOS tahunan.
Anehnya, di universitas ini juga di adakan acara MOS, seperti layaknya di sekolah-sekolah tingkatan sebelumnya.
MOS ini bukanlah acara yang diresmikan oleh pihak sekolah, tetapi hanya saja acara ini sudah berlaku bertahun-tahun sehingga menjadi adat kebiasaan yang tertera bagi sekolah tersebut, hingga adegan pembulian yang lemah pun berlangsung.Sebenarnya yang mereka lakukan tak jauh dari kata main-main, mencoba mentest kejiwaan dan tantangan kecil pun dikeluarkan, baik itu berupa pertanyaan lelucon bahkan aneh sekalipun, sesiapapun yang ditanya wajib menjawabnya, walaupun pertanyaan yang di tanyakan adalah hal yang tak penting yang mungkin tak perlu mendapatkan jawaban, contohnya seperti bertanya nama, ukuran sepatu, tinggi badan orang pendek, atau bahkan sebagian mereka berani bertanya tentang isi dalam yang tersimpan di dalam seragam.
Tapi bagi setiap pertanyaan harus ada jawaban, kalau tidak, semua itu akan mendapatkan hukuman."Hei,kau!!"panggil seorang lelaki berambut kuning yang menyala terang bagaikan, rambut peran matahari di film Teletubbies.
Nami menoleh,"aku?"tanyanya pada lelaki tersebut sambil menunjuk dirinya
"Iya kau,dasar bodoh!"bentaknya saja
Nami terdiam, rasa geram menyelimuti dirinya, seandainya bukan karena aturan sekolah bisa saja lelaki tersebut telah ia tenggelamkan ke dalam samudra Atlantik, tapi sayangnya itu hanya angan-angan dalam kepala Nami, mana mungkin itu semua terjadi.Dengan tersenyum sambil memperbaiki mimik wajahnya, ia berjalan mendekati lelaki matahari tersebut.
"Siapa namamu?"tanya lelaki tersebut sambil memutar-mutar pena dengan jarinya
"Nami" jawabnya tenang
Lelaki tersebut yang awalnya ingin mencatat nama yang d sebutkan balik Kembali menatap Nami,"nama panjang mu?" Tanyanya lagi
"Nami,."jawab Nami lagi, tanpa ia menambah nama yang ia sebutkan sebelumnya
Lelaki itu mengerutkan keningnya bertanda heran," Apakah kau begitu bodoh hanya dapat menyebutkan satu nama itu?" Ucapnya meledek, senyum tipis menyungging ke kiri, pertanda permainan akan dimulai saat ini.
Nami terdiam, sikapnya yang manis kini berubah datar menatap sekitar yang kini balik menatap ke arahnya. Dibalik diamnya, hatinya bergetar."Kau ini mempermainkan ku apa?"ucap lelaki itu membentak.
Seseorang yang tak tau dimana asalnya pun ikut menceletuk "mungkin saja ibunya juga sebodoh dirinya, sehingga memberinya nama sependek itu?,"
Pendek? Memang iya, namanya memang begitu singkat, tapi itulah keadaannya, sejak kecil ibunya hanya memberinya nama itu tanpa embel2 setelah atau sebelumnya
"Aku bertanya nama panjangmu!"bentaknya kencang.
"Tapi,..."Nami pun dibuat hilang pikiran olehnya, apa yang harus ia jawab jika memang nama yang diberikan ibunya sejak kecil hanya itu, di sekolah lain tak pernah ada yang membahasnya
"Kau!!!"
Lelaki tersebut benar-benar ingin menamparnya, kini ia sudah mengangkat tangannya ke atas, entah ini sebuah permainan atau sesungguhan tapi demi tuhan, saat ini Nami benar-benar ketakutan.
Nami terkejut bukan main, yang kini ia lakukan hanya bisa melindungi wajahnya dan menutup mataBeberapa detik kemudian,..
Tak ada suara, hening dan tentram, Nami terdiam bingung, kenapa bisa sedamai ini rasanya? Semua kelam, apakah hanya karena pukulan si rambut matahari ia sudah terlempar ke dunia lain? Tidak semua ini sangat menyeramkan gelap dan hening tak ada suara,... Aaaa..
"Apakah salah jika namanya sesingkat itu?"tanya seseorang membuat Nami tersadar bahwa sedari tadi ia belum membuka matanya.
ketika ia sudah benar-benar tersadar dari lamunannya barulah ia sadar bahwa seorang pangeran telah membelanya di hadapan lelaki rambut matahari tersebut.
Tangan si pangeran masih menahan pergelangan tangan lelaki rambut matahari yang sebelumnya melayang di hadapannya.
"Ayolah kawan, ini hanya permainan,"ucap si lelaki berambut pirang itu sambil tertawa mengajak teman-teman yang ada dibelakangnya untuk mendukung kelakuannya,"Bukankah begitu teman-teman"serunya, membuat semua yang ada disana serentak menjawab Iya
Lelaki bertubuh pangeran itupun melepaskan tangan si rambut pirang, kemudian menghilang di balik bayang-bayang.
Nami tersenyum, lelaki itu begitu tampan tak salah ia menyebutnya dengan sebutan pangeran.

KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH
FantasySeorang gadis cantik bernama Nami yang mempunyai kebiasaan aneh selalu memakai sarung tangan setiap berpergian, ia hidup bersama ibunya di sebuah desa yang damai, kehidupannya memang tenang dan damai hingga ia bertemu dengan dua orang lelaki tampan...