Sentuhan

30 6 3
                                    

"prok,,, prok,,,, prok,," suara satu tepuk tangan menguasai ruangan.
Guru Chen masuk seorang diri, pintu ditutup rapat, Nami menoleh ke arah jendela,cuaca tiba-tiba mendung di luar, entah kebetulan atau sengaja dibuat sang pencipta, suasana didalam ruang UKS ini berubah 180 Derajat, sangat menegangkan.
"Bravo!!,prok,,, prok,, prok,,," guru Chen mengambil sebuah kursi dan duduk diatasnya.
Nami, Hideyoshi, dan lelaki taekwondo itu terus mengawasi guru Chen.
"Sungguh baik sang pencipta, mengumpulkan kalian dalam satu keadaan sekaligus,"ucap guru Chen menambah ketegangan.
Nami menoleh ke arah Hideyoshi dan lelaki taekwondo, otaknya berputar, entah dimana letak istimewanya pertemuan mereka saat ini.
"Mungkin selama ini kalian selalu bertanya-tanya, tentang kekuatan apa yang kalian punya sejak kecil," guru Chen menatap mereka satu persatu, "TOUCH, sentuhan,"
Nami menatap telapak tangannya, "Touch?,"pikirnya.

-

Sudah dua minggu berlalu setelah kejadian di ruang UKS, tetapi pikiran Nami masih tertuju pada ucapan guru Chen tentang kata Touch yang ia sebut sebagai kekuatan.
Pertemuan yang sangat mengesankan, hingga kesannya sampai saat ini belum juga pulih dari ingatan, pasalnya bukan hanya dua orang aneh yang ia temui sekaligus, guru Chen yang terkenal dengan keramahannya juga bisa mengetahui tentang kelebihan yang ia dapat sejak kecil ini.
Nami ingin mengetahui semua ini lebih mendalam, tetapi guru Chen hanya meninggalkan pesan singkat, "Jika kalian tidak keberatan, aku akan menyempatkan waktuku untuk menjelaskan nya pada kalian," ucapnya, sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan ruang UKS.
Semenjak itu hingga saat ini guru Chen sangat sulit ditemui, seperti perkataan nya saat perkenalan murid baru, "untuk sementara waktu ini saya akan sangat sulit ditemukan, untuk itu saya akan memberikan jadwal hari saya bisa diajak intro dan saling komunikasi mengenai pelajaran yang saya ajarkan," perkataan inilah yang membuat Nami setiap akan menemui guru Chen selalu saja ada orang lain bersamanya, selain hari yang ditentukan, guru Chen tidak ada.
Memang begitu sulit ditemukan.

Hari ini mata pelajaran guru Chen yang mengajar, entah mungkinkah ia bisa mengemukakan keinginannya berkomunikasi dengan guru Chen?,
"Selamat pagi sahabat,"sapaan khas ala guru Chen, Nami terus memperhatikan guru Chen, perawakannya ideal, kumis tipis diatas bibirnya tercukur rapi, di tambah kaca mata minus yang ia kenakan malah membuatnya semakin tampak menawan.
"Bagaimana?,kita mulai pelajaran?" sarannya seraya membuka buku pelajaran diatas mejanya.
Hanya seperti itu, dan akan terus berulang seperti itu.

-

"Nami,"panggil seseorang yang ia sudah hapal siapa pemilik suara tersebut.
Nami menoleh,"Guru Chen?"sebut Nami.
"Iya,"jawab guru Chen seraya mendekat ke arah Nami.
Nami menoleh kekanan kirinya, depan maupun ujung depan sana, tidak ada orang di sekitar mereka, Nami terheran, kenapa setiap ia berhadapan dengan guru Chen keadaan selalu menegangkan seperti ini, bahkan di ruang UKS sekalipun, tubuh lelaki yang sebelumnya kecelakaan dan tersadar pun ikut tertidur saat guru Chen datang.
"Pak guru,"sapa Nami saat guru Chen telah dekat beberapa jarak darinya.
"Akhir-akhir ini aku sering mendapatimu memperhatikanku, Apakah kau ingin mengatakan sesuatu Nami?"tanya guru Chen membuka titik percakapan.
",..."Nami terdiam, bukan karena ia tak mengerti, tapi suaranya seperti tercekat di tenggorokannya sendiri, "Eumm, aku".
Guru Chen masih menunggu Nami.
"Aku,,"
Guru Chen mengerutkan keningnya, "Ada apa dengan dirimu?"pancing guru Chen.
"Aku,," Nami mendesah kesal dalam hati, mengutuk dirinya untuk bisa memberanikan diri mengucapkan sepatah kata yang ia nanti-nanti pertemuan semacam ini, "aku ingin,"Nami menutup matanya, menguatkan hatinya, dan mengumpulkan keberanian nya, "guru Chen, aku ingin anda meluangkan waktumu untuk menjelaskan tentang sentuhan kepada ku,"ucapnya cepat tanpa titik koma, tapi cukup untuk mengeluarkan semua keinginan hatinya,"huh,,"Nami melepaskan nafasnya lega, menatap guru Chen yang kini tersenyum manis kepadanya, membuatnya membeku ditempatnya semula.
"Baiklah, ini,"guru Chen menyodorkan sebuah kartu nama kepada Nami," Ini kartu namaku, alamatku sudah tertera didalamnya, mungkin akan sangat susah kau mencari, dengan begitu bawa juga lah kedua touch kemarin, ingat pesanku, setiap kau temui polisi, berikan kartu nama ini, kau akan sampai ke kediamanku,"ucapnya, kemudian tersenyum dan pergi meninggalkan Nami yang kini masih membeku di tempatnya sedari tadi.

Kini ada sesuatu yang membebani pikirannya lagi, bagaimana cara ia mengajak kedua pria aneh kemarin, sedangkan melihatnya saja ia sudah harus memegang jantungnya agar tak lepas dari debaran yang begitu cepat.

"Ayolah Nami pikirkan caranya,!!"perintahnya kepada dirinya sendiri.

TOUCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang