Ruang Taekwondo

22 7 2
                                    

Nami mencari-cari Hideyoshi dan lelaki taekwondo (yang sampai saat ini pun ia belum tahu pasti siapa namanya), untuk memberitahukan mereka tentang permintaan guru Chen atas kehadiran mereka ke kediaman guru Chen.
Mungkin bagi mereka yang tidak terlampau memikirkan tentang keajaiban yang terlahir pada diri mereka menganggap semua ini tak ada gunanya, tapi tidak bagi Nami yang sampai saat ini ingin mengetahui siapa dirinya sebenarnya.

"Hallo, permisi,"sapa Nami kepada seseorang yang tegak didepan toilet tempat ia pertama kali menjumpai Hideyoshi dan lelaki taekwondo itu, "bolehkah aku menanyakan sesuatu?"pintanya.
"Iya, silahkan,"
"Apakah kau kenal, seorang laki-laki jurusan taekwondo, wajahnya tampan hidungnya mancung, dia setinggi ini,"Nami mengangkat telapak tangannya ke atas, memberi isyarat jarak antara dirinya dengan lelaki taekwondo itu.
"Hahaha,"yang diajak bicara hanya menjawabnya dengan tertawa bersama teman-teman nya.
"Kau ini ada-ada saja, masa menanyanyakan tentang seseorang, masih juga menyembunyikan namanya,"ucapnya masih disela-selai tawanya yang seperti dibuat-buat.
"Tapi demi tuhan, bahkan sampai saat ini pun aku belum mengetahui siapa namanya,"jawab Nami masih terus berusaha, "Tapi aku sangat ingat wajahnya, dia murid terhebat taekwondo, tidak ada yang mampu mengalahkannya" ucap Nami panjang lebar berusaha agar ketiga lelaki ini bisa mengerti apa yang ia maksud, untuk kalimat terhebat, seharusnya ia lebih dulu mencari tahu tentang lelaki itu sebelum terlalu jauh memujinya, karena yang ia lihat hanya sekali, mungkin saja kebetulan.
"Hahahah,"tawa pecah kembali.
"Kau ini konyol atau bodoh sih?,"jawab yang lain,"Kau kira ini permainan tebak gambar, lagian mana ada orang taekwondo yang terhebat, setiap masing-masing pasti bisa saling mengalahkan satu sama lain"
Nami terdiam, membisu, sepertinya ia salah bertanya kepada tiga pemuda yang ada dihadapannya ini.
"Untuk apa kau mencarinya? Apakah kesucianmu telah diambil olehnya, ha??"tanya yang lain.
Pertanyaan itu begitu konyol, seperti perkataan orang yang mabuk, tidak patut untuk diberikan jawaban.
Dengan perasaan kesal Nami pun memilih pergi dan bertanya ditempat lain,
"Hei, gadis tunggu dulu,"cegah yang pertama, seraya memegang telapak tangan Nami yang kala itu tak menggunakan sarung tangan, Nami tersintak, ada yang terbaca olehnya, "aku mengenal lelaki yang kau maksud,"
"Ya, REN SADAO, itu kan namanya,"ucap Nami memutus ucapannya.
"Heeeei, jadi kau mengetahui namanya?"tanya orang tadi.
",,"Nami terdiam
"Bukankah sebelumnya kau berkata kau tak mengenal namanya sedikit pun?"tanya yang kedua menambahi.
"Apakah kau sengaja mempermainkan kami,Ha??"tambah yang ketiga memulai emosi.
Nami terdiam, tak tahu ia akan menjawab apa, dan tak mungkin baginya jujur saat ini, itu semua hanya akan menambah bahan ejekan bagi mereka, Nami mengutuk dalam hati, sungguh bodoh dirinya, kenapa ia harus terang-terangan menebak isi otak orang tersebut, itu semua pasti mengundang keanehan dalam dirinya.
Tiga pemuda itu masih terus menatap Nami, seakan masih ingin mendengar penjelasan tentang dari mana ia tau nama Ren Sadao itu.
"Eummm,"Nami berusaha mencari alasan, memutar otaknya sangat payah saat ini,"Eummm,,, aku,,,"
"Ren Sadao,"
Seseorang tiba-tiba muncul mengucapkan sepatah kata itu, Nami menoleh, Hideyoshi Gin, telah berdiri tepat disampingnya.
"Bukankah nama itu memang cukup terkenal bukan,"ucapnya."dengan kata terhebat saja mungkin kau sudah faham maksudnya siapa,"tambahnya, membuat ketiga pemuda yang dihadapannya itu mencerungut, dan tanpa disuruh mereka pergi meninggalkan tempat itu.

-

"Ini ruangannya, jika kau berani, temui saja ia didalam,"ucap Hideyoshi, ketika mereka sudah sampai di ruang latihan Taekwondo.
"Tapi kenapa kakak tidak ikut masuk bersamaku?"tanya Nami heran.
Gin tersenyum, "Aku memang sahabatnya, tapi dalam waktu seperti ini dia tak akan bersedia di ganggu, karena tadi kau keras kepala, maka aku beri tahumu ini ruangannya, sekarang terserah dirimu,"jawabnya, tak berhenti senyum manis terpampang jelas di wajahnya.
"Tapi bagaimana caraku menceritakan semua ini padanya?," Tanya Nami kebingungan.
"Itu terserah dirimu, melihat keberanianmu, mungkin kau bisa membawanya,"
Nami terdiam sesaat, pikirannya berputar cepat mencari ide apa yang harus ia lakukan didalam.
"Baiklah,"ucap Nami berusaha memberanikan diri.
"Youpz, aku akan menunggu kalian berdua ditaman, ku harap kau berhasil,"pesan Hideyoshi menyemangati.
"Ok, daa,"Nami melambaikan tangan sebelum ia masuk ke dalam ruangan Taekwondo.
Bibirnya tak berhenti berkomat kamit mengucapkan beberapa mantra yang ia dapatkan dulu dari ibunya, oh tuhan selamatkan diriku.

-

Ruangan Taekwondo, tidak seperti bayangan dalam otak Nami, ruangan ini seperti ruangan-ruangan lainnya,mungkin lebih besar, karena di lengkapi ruangan kosong untuk latihan, semua muridnya berupa laki-laki, kenapa tidak ada perempuan? mungkin dipisahkan ditempat lain, yang jelas kini bulu kuduk Nami benar-benar tegak melihat pemandangan dimana-mana hanya ada orang yang berlatih ilmu bela diri, sebagian mereka ada yang berlatih satu lawan satu, berlatih memecahkan batu bata, bahkan ada yang berlatih pernapasan seorang diri.
Yang dipikirkan Nami saat ini adalah bagaimana caranya ia bertanya dimana seseorang bernama Ren Sadao itu berada.

"Permisi,,"sapa Nami.
"....."tak ada jawaban, tidak ada satu pun orang menjawab sapaannya.
"Hallo,"ulang Nami.
",..."sama sekali tidak ada yang menggubrisnya.
Nami mengerutkan keningnya, Apakah mereka semua tuli?
"Hai,"panggil Nami sambil melambai-lambaikan tangannya kepada seseorang yang sedang berlatih sendiri.
",..."sama saja, ia terlalu fokus dengan menutup matanya.
"Aih,.."Nami nendengus kesal, ia memegang kepalanya, bingung akan berbuat apa.
Berpura-pura terjatuh mungkin itu ide yang bagus.
Di tempatnya berdiri kini, tiba-tiba Nami menjatuhkan dirinya sendiri,"awww," pekiknya, tapi lagi-lagi tak ada yang mempedulikan jeritannya, "Aaaaaawwwwwww," teriaknya tambah kencang, seperti tadi, tak ada satupun yang berhenti dari aktivitas untuk hanya melihat ke arah suara, "ini begitu menyebalkaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan"teriaknya kesal, sangat kesal, hingga ia menjerit sambil menutup mata sangking kesalnya, tapi apakah ada satu orang saja yang memperhatikannya??? jawabannya.......
Banyak sekali, ketika Nami membuka mata, yang ia dapatkan banyak sekali pasang mata yang menatapnya tajam saat ini, mata Nami terbelalak, jantungnya berdebar-debar kencang, lagi-lagi bukan karena jatuh cinta, melainkan rasa takut yang sedang menghinggapi dadanya saat ini, entah apa yang harus ia jawab dengan semua tatapan mereka ini, bahkan untuk mengeluarkan suara saja ia tak mampu.
"Hmm,"senyum kudalah yang pertama kali ia tebarkan kepada semua orang yang ada disana, "aku kemari untuk mencari Ren Sadao, apakah kalian mengenalnya,"
Tak ada suara, tapi mereka bergerak menghindar satu sama lain membuat sebuah jalan, tatapan mereka memberi isyarat, dimana tempat orang yang ia cari.
Ren Sadao, kini ia sedang duduk bersila disebuah batu taman yang terlihat lewat pintu ruangan ini, matanya terpejam, mulutnya terkatup, tubuhnya tak bergerak sedikitpun, dia hanya duduk sendiri, tanpa ada yang menemani, tapi melihatnya sefokus itu, sepertinya ia tak bisa di ganggu.
Nami masih terduduk dilantai tempat ia menjatuhkan dirinya sendiri tadi, melihat aktivitas yang dilakukan Ren Sadao saat ini membuat ia bersujud dengan seluruh tubuh menempati lantai.
"Sulitnya," gumamnya lelah.

TOUCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang