Guru Chen

27 5 2
                                    

Nami berlari cepat menuju kelasnya, jam sudah menunjukkan pukul 07,45. Ia sudah terlambat  15 menit, guru Chen pasti sudah hadir dan mengabsen murid-murid.

Aneh, sambil berlari Nami masih saja memikirkan kejadian aneh beberapa menit lalu, tak menyangka ia bisa dihadapkan dengan orang misterius serba hitam layaknya di televisi yang dulu sering ia tonton, wajahnya sangar dengan topi yang sedikit menutupi matanya menambah kesan tersimpan dalam dirinya.
Siapa dia? Pertanyaan itu yang kini menghantui pikirannya, otaknya terus berputar, memikirkan dari mana lelaki serba hitam itu bisa masuk ke kampus ini, sedangkan gerbang depan dan belakang sangat dijaga ketat oleh petugas keamanan yang telah lama terlatih.
Dan orang yang berpakaian aneh seperti dia tak mungkin dibiarkan masuk.
Dan pemuda itu??
Lelaki yang dulu pernah ditemukan mencoba bunuh diri, (bahkan hingga saat ini Nami belum tahu siapa namanya), apakah ia yang sebelumnya mengusir lelaki misterius itu?, Saat itu Nami tak berani untuk menoleh, tapi suaranya jelas terngiang ditelinganya

"Bisakah kau tak melakukan kekacauan disini?"ucapnya, tepat didekat telinga Nami

Nami sangat ingat setelah mengucapkan kalimat itu, si lelaki misterius mengecamkan sebuah janji akan giliran yang datang untuknya suatu saat nanti, kemudian angin kencang datang, dan si lelaki misterius itu hilang, yang ada hanya dirinya dan pemuda dulu itu ditempat yang sama.
Jadi, mungkinkah pemuda itu adalah orang yang berada dibelakangnya sebelumnya?
Kenapa banyak orang misterius dihidupnya?
Pemuda itu sudah lama menghilang, batang hidungnya tak pernah terlihat setelah kejadian di UKS dulu, dan tiba-tiba ia datang dengan penampilan yang berubah 180° berbeda dari setahun yang lalu.
Wajahnya tak terlihat murung lagi, ia lebih tampak berseri dan santai sehingga ketampanannya lebih tampak jelas saat ini.
Tapi tidak, yang dipikirkan kali ini bukanlah ketampanan seseorang, tapi aura yang dibawa pemuda itulah yang berbeda, ia hadir tiba-tiba, setelah si lelaki misterius itu menghilang.
Kemungkinan ialah yang berada di belakang Nami sebelumnya, dan mungkin saja si lelaki misterius itu hanya ilusinya semata, dan pemuda itu hanya bertepatan waktu dan tempat dengannya
"Aaaghhht,"Nami memukul kepalanya kesal, pertanyaan dan teorinya terus saja berputar-putar tak memberinya jawaban yang pasti.
Yang jelas sekarang ia harus memikirkan bagaimana caranya ia masuk ke dalam pintu kelas yang sudah ada dihadapannya saat ini.
"Huh,"Nami menghembuskan nafas berusaha menetralisir kan otak dan pikirannya,
Sebelum akhirnya ia..

'ckrek'
Nami membuka pintu kelas dengan hati-hati, ia berharap sebuah keberuntungan berpihak padanya saat ini, karena mengingat guru Chen adalah type guru tertib, tak menghilangkan kemungkinan ia akan dihukum sebab keterlambatannya sekarang.

"Nami,"
Sebuah suara lembut menyapanya, bukan suara guru Chen yang ia khawatirkan, melainkan sapaan ramai dari ketiga kawannya, Aya, Miki dan Ayuko.
Nami mengerutkan keningnya heran, melihat suasana kelas tak seperti perkiraannya, perlahan ia melangkahkan kaki memasuki ruangan yang kini ramai tak ada seorang pun yang berdiri didepan ruangan.
"Guru Chen tak ada?"gumam Nami dalam hati, sambil meletakkan ranselnya di meja.
"Sebuah kemustahilan bukan?"jawab Ayuko yang seakan-akan berlagak bisa membaca fikiran layaknya peramal.
Benar saja, ini memang sebuah kemustahilan yang tak pernah terjadi, guru Chen tak pernah terlambat, bahkan ia tak pernah sekalipun absen dikarenakan izin atau sakit, ia adalah guru yang sangat-sangat tepat waktu, bahkan ia pernah berjanji akan tetap masuk dikala hujan badai disertai angin topan.
Sungguh menakjubkan.
Nami masih terdiam, termenung memikirkan beberapa kemungkinan yang bisa saja menyebabkan guru Chen telat hari ini.
Sedangkan disisi lain, Miki masih saja terus memperhatikan wajah bingung Nami yang nampak jelas di matanya,"apakah kau merindukannya?"tanyanya polos, membuat Nami tersentak menoleh ke arah teman-temannya.
"Pantas saja kau tak segera menerima cinta kak Hideyoshi yang tampan, ternyata kau lebih menyukai pria berkacamata itu yah,"sambung Aya, expresinya juga polos dengan tangan menopang dagunya yang lancip seperti penyihir.
"Kasihan kak Hideyoshi, cintanya bertepuk sebelah tangan,"gumam Ayuko, matanya yang bulat sempurna menatap ke langit-langit ruangan, seakan-akan serius membayangkan apa yang ia ucapkan.
"Heeei, kalian ini bicara apa sih?"desah Nami kesal,"kenapa kalian kait-kaitkan dengan kak Hideyoshi, ini tak ada hubungannya dengannya,"lanjutnya.
"Tapi kau benar-benar mencintai guru Chen itu bukan,"ucap mereka serentak, tatapan mereka mengintimidasi Nami, ia harus menjawabnya tegas, jika tidak, ini semua akan menjadi bahan ejekan selamanya.
"Tidak!"Nami berusaha setegas mungkin
"Tapi nampak dari gelagatmu selama ini Nami,"
"Kau selalu menunggu-nunggu pelajaran guru Chen,"
"Dulu kau juga pernah berbincang hanya berdua dengan guru Chen di koridor,"
Nami benar-benar kelabakan, pertanyaan dan pernyataan yang mereka sebutkan bertubi-tubi membuatnya tak bisa lagi berfikir.
"Iya! Iya! Aku mencintai guru Chen,"pekiknya kencang, sambil menutup mata dan telinganya dari gangguan teman-temannya.
Tiba-tiba sesuatu yang aneh terjadi kembali, Nami membuka mata dan telinganya perlahan, dilihatnya, seluruh isi ruangan yang tadi ramai menjadi hening tiba-tiba, melirik ke arahnya yang saat ini menjadi sorotan semua orang.
Ini pertanda buruk, dikelas ini banyak sekali gadis yang menjadi secret admirer guru chen, bahkan banyak diantaranya yang diam-diam sudah menyatakan perasaannya, mereka semua pasti mendengar pernyataan Nami, dan ini akan beresiko berat buatnya.
Astaga, apa yang harus ia lakukan.

***

Nami melirik arlojinya, melihat jarum jam yang kini sudah mengarah di angka 09.57, tiga menit lagi pergantian jam istirahat, tapi guru Chen belum juga masuk kelas, berjuta pertanyaan bertengger di otaknya, mempertanyakan beberapa keanehan yang terjadi hari ini, seandainya guru Chen sakit, pasti sudah ada yang memberitahu sejak tadi, tapi sampai saat ini tak ada satu pun keterangan yang datang,
Mungkinkan ketidakhadiran guru Chen ada kaitannya dengan lelaki berjas hitam tadi, jika iya pasti juga ada kaitannya dengan lelaki yang dulu sempat bunuh diri itu, tapi untuk mencari tahunya bagaimana?
Ia butuh bantuan Hideyoshi Gin dan Sadao Ren mungkin mereka bisa membantu mencaritahu, tapi mengingat kesan terakhir antara guru Chen dan Sadao sepertinya akan sangat sulit memintanya untuk kembali mengunjungi kediaman guru Chen lagi.
Apalagi Hideyoshi dulu pernah bercerita, bahwa sejak kecil Ren tak pernah menerima kenyataan bahwa ia terlahir membawa kelebihan yang disebut guru Chen dengan nama Touch, sehingga ia terus bersikeras tak ingin disentuh saat itu, dan lebih memilih pergi dari pada harus mengetahui jati dirinya sebenarnya.
Kembali kesana sama saja baginya membiarkan dirinya untuk masuk ke dunia Touch lagi.
tapi untuk saat ini Nami benar-benar membutuhkan kemampuannya, karena tak mungkin ia bisa pergi sendiri ke rumah guru Chen yang letaknya saja sangat misterius didalam hutan lebat, bisa jadi guru Chen tak ada dirumah, diculik atau sesuatu telah terjadi padanya.
Ini sangat serius, Nami harus mencoba meminta bantuannya.

***

Assalamualaikum teman-teman
Maaf yah updatenya terlalu malam

Soalnya lagi gak semangat nih
Semangatin dong biar update terus
Caranya dengan vote and komentarnya yah
Terus bantu aku share ke teman-teman yang lain

Selamat membaca
🤩

TOUCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang