Touch

39 8 5
                                    

Lagi-lagi mereka di suruh menunggu.
Bisakah di mengerti? Bahwa menunggu itu adalah perkara yang sangat menyebalkan di dunia ini, memang terdengar sangat dramatis, tapi itulah kenyataannya, terlalu lama menunggu akan membuat orang bosan dan pergi untuk meninggalkan, maka jangan sekali-kali kau menyuruh orang untuk menunggu mu, atau kau sendiri akan kesusahan saat dia sudah berhenti dan hilang tak tau kemana.

Kembali ke cerita.
Di ruang yang seperti perpustakaan ini mereka disuruh menunggu, sambil mengisi kekosongan Hideyoshi melihat-lihat isi buku-buku tebal yang tersimpan dalam rak yang besarnya hingga ke langit-langit kamar.
Ren terduduk di salah satu kursi shofa yang menghadap ke jendela taman, berbeda dengan Nami yang kini sibuk mengutak-atik seluruh benda unik yang ada dalam ruangan tersebut.
"Aku ingat saat guru Chen memperkenalkan dirinya di lokal ku dulu,"Nami membuka percakapan,"Ia berkata bahwa ia adalah orang yang sangat sibuk, jadwal nya padat sehingga untuk menemuinya pun kita harus memberitahu nya lebih dulu,"tambah Nami,"dikampus, hanya ada 2 hari jadwalnya mengajar dikelasku, hari senin dan sabtu, ia datang selalu tepat waktu, dan sekarang setelah aku mengetahui posisi kediaman guru Chen ini aku berfikir, wajar saja, mungkin rumah ini yang menjadi alasannya, bukankah rumah ini begitu jauh dari pusat kota dan kampus kita,"Nami menoleh ke arah Hideyoshi dan Ren berharap mereka berdua membalas perkataannya.
Tapi Nihil, Ren masih termenung sendirian
Entah apa yang ia pikirkan, sedangkan Hideyoshi pun masih sibuk merauk-rauk otaknya mencerna isi buku yang ada di genggamannya.
"Huh,"Nami mengeluh, kembali lagi ia teringat masa pertama mereka dipertemukan dalam sebuah kejadian, yaitu menolong seorang pemuda korban bunuh diri, disana Ren sibuk mengobati lelaki tersebut entah menggunakan apa, sedangkan Hideyoshi sibuk mencari buku pengobatan di rak buku hanya dengan menyentuhnya, dan hanya sesaat pemuda itu pun langsung tersadar.
Nami pun merasa aneh, awalnya ia melihat pemuda itu baik-baik saja saat ia berpas-pasan dengannya dijalan sekaligus juga menabraknya dan menjatuhkan buku-bukunya, kemudian ia mendapati bahwa pemuda itu akan bunuh diri, dan yang paling anehnya, pemuda itu masih bisa bertahan, padahal waktu Nami mencari pertolongan itu sudah sangat lama dan tampaknya ia juga sudah kehilangan banyak darah disana, sebagian kepalanya yang bocor membuat kemungkinan bahwa pemuda itu tak akan bisa diselamatkan, tetapi kenyataannya sungguh menakjubkan, bahkan ia bisa kembali sadar hanya dengan pengobatan kecil.
Tapi,, dimana pemuda itu berada sekarang, setelah kejadian itu ia sudah tak terlihat lagi di kampus, apa mungkin dia bukan mahasiswa di Universitas kyoshin Language Academi?.

Kreeet___
Bunyi pintu yang dibuka geser.
Nami, Hideyoshi dan juga Ren melihat siapa yang datang.
Guru Chen.
Ia datang seorang diri.
"Maafkan aku membuat kalian menunggu,"ucapnya seraya duduk di salah satu kursi shofa.
Bersamaan dengan itu Nami dan Hideyoshi pun juga mengambil tempat di sebelah kanan kiri guru Chen.
"Baiklah, kita mulai saja sekarang,"ucap guru Chen memulai.

***

"Teknologi dan ilmuwan canggih telah tersebar di dunia ini, berbagai aset kekayaan dan bermacam-macam kekuatan dikejar oleh sebagian besar kelompok yang ingin mengambil kekuasaan dunia.
Contoh yang nampak, seperti pangeran, keturunan raja, mereka saling memperebutkan kedudukan putra mahkota untuk mendapatkan kerajaannya, ia bahkan rela mempertaruhkan nyawa dan juga keluarga demi mendapatkan apa yang diinginkannya.
Begitupun dengan yang lainnya.
Di dunia banyak sekali orang jahat yang selalu ingin mendapatkan kekuasaan dengan cara menyakiti orang lain, bahkan ada sekelompok yakuza yang sangat ditakuti oleh masyarakat, mereka merampok, menculik dan membunuh siapapun, bahkan mereka tak tega membuat suatu desa banjir dengan darah kematian, tak ada yang menangis karena tak ada satu pun yang tersisa,"guru Chen menatap Nami, Hideyoshi dan juga Ren satu persatu sebelum ia melanjutkan kalimat setelahnya,"dan mirisnya, sekelompok yakuza itu di pimpin oleh Touch."
Nami terkejut, "seorang Touch?"
Guru Chen melanjutkan penjelasannya, "Touch bukanlah sebuah kekuatan, lebih tepatnya sebuah kelebihan yang didapat dari sebuah sentuhan, seperti layaknya orang buta yang di beri kelebihan sentuhan untuk membaca dan mengenali lingkungannya, karena kulit yang menyentuh akan bekerja ke otak yang mencerna, begitupun dengan touch, kulit tangan yang ia sentuhkan pada sesuatu dapat membaca pada hal lain yang ia sentuh,"guru Chen pun mengangkat tangannya ke atas.
"Dan untuk kelebihan itu sendiri mempunyai beberapa tingkatan, sedangkan Touch mempunyai 10 macam untuk 10 orang,"
Hideyoshi melirik ke arah Ren yang sepertinya tidak tertarik sedikit pun dengan pembahasan siang ini, berbeda dari dirinya yang selalu fokus bila dihadapkan dengan teori Taekwondo tiap harinya.
"Untuk mengetahuinya, aku ingin kalian maju satu persatu untuk menyentuhku,"ucap guru Chen menawari.
Nami berdiri pertama kali,"biar aku yang mengawali,"ucapnya seraya mengambil alih tempat duduk yang paling dekat dengan guru Chen.
Guru Chen tersenyum, kemudian kembali mengangkat telapak tangannya ke hadapan Nami, "kau bebas menyentuh mana pun yang kau bisa,"ucapnya."dan sebutkan lah apa saja yang kau baca,"
Nami tak menyia-nyiakannya, ia langsung menyentuh telapak tangan yang di hadapkan kepadanya, dan membaca apa yang saat ini sedang guru Chen pikirkan,"aku membaca dalam pikiranmu, kau ingin mengatakan bahwa aku adalah touch nomor 9,"ucap Nami sangat berhati-hati.
"Bagus, berarti kau adalah Touch nomor 9, kelebihan mu adalah kau bisa membaca pikiran seseorang saat kau menyentuh telapak tangannya,"jawab guru Chen sambil membuka buku yang dari tadi sudah tersedia di mejanya.
Nami tersenyum, "apakah aku juga mempunyai kekurangan sebab Touch ini?"
"Tidak Nami, Touch tidak punya cacat yang disebabkan hadirnya kelebihan ini, tapi kau harus berhati-hati, diluar sana banyak sekali yang mencari touch untuk dijadikan sebagai budak lahan bisnis mereka, jadi kau jangan memberi tahu siapapun bahwa kau mempunyai kelebihan ini, kalau tidak kau akan dalam bahaya,"
Ren termenung mendengar ulasan guru Chen, pikirannya lagi-lagi melayang ke masa kecilnya, dimana ia selalu di jauhi teman-temanya karena di anggap orang mengerikan oleh mereka.
"Giliran kau Hideyoshi Gin,"sambut guru Chen mempersilahkan.
Hideyoshi melihat ke arah Ren seakan meminta persetujuan nya terlebih dahulu, tapi Nami sudah menariknya untuk duduk mendekat dengan guru Chen.
"Bisakah kau sentuh apapun yang ingin kau sentuh,"ucap guru Chen sama seperti ia meminta kepada Nami.
Hideyoshi masih terdiam, melirik ke arah Ren yang juga hanya diam menyaksikan sahabatnya.
Guru Chen masih menunggu, hingga akhirnya tangannya terangkat memperoleh sesuatu.
Buku, buku yang ada dihadapan guru Chen, Hideyoshi meletakkan telapak tangannya di atas sampul buku tersebut, kemudian menutup matanya untuk meresapi isi buku tersebut.
"Ini adalah buku sejarah, yang menceritakan tentang zaman dinasti orang-orang terdahulu, tidak ada yang menjelaskan tentang touch,"jawab Hideyoshi kemudian menatap guru Chen mendalam.
Guru Chen pun tersenyum,"Bagus kalau begitu, kau adalah Touch nomor 7, kelebihanmu di atas Nami, kau bisa membaca pikiran, dan kau bisa membaca seluruh buku tanpa harus membukanya,"
"Wah hebat,"gumam Nami.
"Kini giliranmu Ren sadao,"
Ren tak bergeming,"aku tidak bisa,"jawabnya.
"Kenapa?"tanya guru Chen heran.
"Karena aku bukan Touch yang kau maksud,"
Guru Chen terdiam, begitupun dengan Ren yang masih terdiam ditempatnya, beberapa menit kemudian, masih tak ada yang mau bergerak, keadaan menjadi sangat menegangkan, tak ada yang berani mengeluarkan suara termasuk Nami dan juga Hideyoshi, semua terpatut pada pikirannya masing-masing.
"Apakah kau membenci kelebihanmu sendiri?"tanya guru Chen membuka suara.
Ren terdiam, hanya diam.
"Aku tau, kau adalah Touch, mungkin kau tidak ingin menyadarinya, tapi itulah kenyataannya."
Ren terdiam, hatinya mengutuk, ia tak ingin sebuah kelebihan, entah itu touch atau apapun itu, karena yang ia ingin hanya menjadi manusia normal, bukan seperti layaknya monster yang masa kecilnya di jauhi teman-teman dan ketika sudah dewasa pun harus berjuang di kejar-kejar untuk menjaga dirinya dijadikan budak kejahatan.
"Aku tidak mau,"tolak Ren, kemudian langsung pergi meninggalkan ruangan itu.
Sedangkan guru Chen hanya terdiam, tak bisa berkata apa-apa.

***

Hayiooo
Gimana ceritanya?
Seru kan, buat kalian yang suka jangan lupa kasih tau teman-teman kalian yang mungkin juga menyukai cerita fantasi romantis seperti ini, biar kita bisa sama-sama terjun ke dunia yang sama

Bagi kalian yang penasaran dengan cerita pemuda yang bunuh diri itu, silahkan cari buku yang berjudul
RED karya amzusyar-sushi

Jangan lupa kasih vote bintang dan komentar yah

Salam sayang

ayampadjak

TOUCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang