Nami berlari-lari mencari bantuan, berharap ada orang didekat sana yang bisa membawa tubuh lelaki tadi ke ruang kesehatan, tapi nihil, hasil tak ada, entah kebetulan atau apa, didekat sana benar-benar kosong tanpa seorang pun, bahkan Nami sempat kembali ke lapangan uji coba taekwondo, tetapi disana juga kosong.
Tubuh lelaki itu masih terbaring lemah disana, tapi disini tak ditemukan seorang pun yang bisa membantunya.
Nami putus asa, hilang sudah harapannya, entah kenapa nasibnya bisa membaca pikiran orang lewat telapak tangan itu membuatnya terbebani ini, seandainya semuanya tidak terjadi mungkin keadaannya tak serumit saat ini.
Nami lemah, ia terduduk dilantai, entah dimana ia tak tau, tapi saat ini ia mendengar suara air yang ditampung dalam baskom.
Nami menoleh, mencari arah suara, dibelakangnya, Toilet Pria.
"Aku yaqin pasti ada orang didalam sana,"ucapnya bersemangat, seraya tegak, tanpa hormat ia masuk ke dalam toilet tersebut."Hei,"bentak seorang lelaki yang sedang tegak menutupi pintu WC dibelakangnya, ia sangat terkejut, tapi sepertinya lebih terkejut lagi Nami yang mengetahui bahwa lelaki yang ada dihadapannya adalah orang yang beberapa jam lalu menolongnya, Hideyoshi gin.
Astaga, begitu sempitkan dunia ini?
"Kenapa kau ada disini?"tanyanya membuat Nami tersadar akan apa yang harus ia kerjakan.
"Oh, aku perlu bantuanmu,"Ucap Nami tanpa permisi ia sudah menarik lengan Hideyoshi dan mengajaknya pergi keluar.
"Lepaskan!"perintah Hideyoshi seraya menyingkirkan tangan Nami dari lengannya.
Matanya tepat menatap mata Nami,"Aku tak bisa membantumu, siapapun pria itu, itu bukan urusanku,"
Nami tersentak, dari mana ia tau bahwa yang perlu bantuan adalah lelaki tadi?.
"Tapi ku mohon, dia akan mati jika dibiarkan begitu saja," ucap Nami memohon.
"Aku punya urusan lain, lebih baik kau keluar, ini bukan tempatmu,"ucapnya
"Tapi ku mohon,,,."Ckrek____
Pintu kamar mandi terbuka, Nami menoleh, seorang lelaki dengan seragam taekwondo nya keluar dari pintu tersebut.
"Ada apa ini?" Tanyanya.
Membuat Nami menganga berkali-kali, tadi, dan kali ini,'Bukankah dia lelaki tangguh yang menjatuhkan banyak lawan?'gumam Nami, 'oh tuhan kenapa diriku dipertemukan dalam keadaan seperti ini?'
Nami terpaku menatap wajah tampan lelaki taekwondo yang sampai saat ini ia belum tau siapa namanya, dalam jarak sedekat ini wajahnya yang menawan begitu jelas dimata Nami.
Hingga sebuah tangan melambai lembut dihadapannya, menyadarkan Nami dari lamunannya.
Akhir-akhir ini ia sering dibuat lupa dan melamun tanpa sengaja, entah mengapa, mungkin karena terlalu banyak lelaki tampan yang hadir dihadapannya
"Ouh,"Nami mengacak isi otaknya ketika baru tersadar,"aku butuh bantuan kalian,"Nami berkata, tapi mata hideyoshi mengarah kepada lelaki taekwondo itu, bukan hanya mata tapi mereka juga bersentuhan kulit tangan, 'Apakah mereka gay?' pikir Nami, "Disana, ada seorang,,,," belum saja ia menyelesaikan kalimatnya, kedua lelaki itu sudah pergi berlari meninggalkannya.
"Hei tunggu,"Nami berusaha mengejar mereka karena saat ini memang hanya mereka berdualah yang bisa membantunya, jika mereka berdua pergi, entah siapa lagi yang harus ia temui.
"Tunggu aku," panggil Nami terus mengejar mereka, hingga suatu tempat yang tak asing lagi.
"Disini?"pikir Nami, 'astaga, dimana mereka tau tempat kecelakaan ini??'
Nami tak sempat berpikir, saat tubuh lelaki tersebut telah diangkat seorang diri oleh lelaki taekwondo tersebut.
Ini pertama kalinya ia menghadapi dua orang aneh sekaligus saat ini-
Ruang UKS kosong saat ia membawa masuk lelaki yang kecelakaan tadi, tak ada seorangpun, bahkan petugas UKS pun tidak ada.
'universitas macam apa ini?'dengus Nami
"Gin, tolong bacakan buku pengobatan jilid 10 bab 23 di rak buku," ucap lelaki taekwondo, sementara tangannya memeriksa tubuh lelaki tadi.
"Baik,"jawab Hideyoshi gin, yang sepertinya lebih akrab hanya di panggil Gin.
Nami memperhatikan kegiatan yang kini dilakukan lelaki taekwondo itu, tangannya lihai mengobati darah yang mengalir deras di pucuk kepalanya kemudian memberinya infus agar orang tersebut tak kehabisan daya.
Sedangkan Hideyoshi tak kalah lincah memilah-milih buku yang dimaksud lelaki taekwondo tersebut.
"Dapat,"seru Hideyoshi, ketika ia benar-benar mendapatkan buku pengobatan jilid 10, telapak tangannya ia letakkan di atas sampul buku, matanya terpejam, kedua alis matanya pun ikut bersatu, menandakan konsentrasi penuh pada satu sasaran.
Nami terus memperhatikan mereka berdua dengan tatapan menakjubkan, tidak bisa dibayangkan.
"Cara pengobatannya,........,,,,,....."dengan sangat cepat, lancar dan tanpa salah ia menyebutkan isi buku tersebut pada bab 23, dengan secara detil tanpa sedikitpun ia membuka isi buku tersebut.
Nami menganga dibuatnya.
Dengan lihai lelaki taekwondo mengambil obat yang disebutkan Hideyoshi, semua obat ia gumpal dalam telapak tangannya, ketika ia kembali membuka telapak tangan itu, semua obat berubah menjadi berbentuk cairan kental yang kemudian ia masukkan lewat rongga hidung lelaki tersebut, seperti sulap,inilah kenyataannya.
Ajaibnya,..
Lelaki tersebut pun terbatuk dan terbangun sadar.
"Bagaimana mungkin?"jerit Nami heran seraya memeriksa keadaan lelaki yang kecelakaan tadi, kini seakan pulih total, walaupun wajahnya masih pucat dan matanya masih tertutup lemah.
"Apa yang kalian lakukan?,"tanya Nami, walaupun tanpa adanya jawaban.Tiba-tiba pintu ruang UKS terbuka, muncullah dari balik pintu seorang yang telah menjadi buah pikiran bagi Nami sedari tadi.
Pak guru Chen
.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH
FantasySeorang gadis cantik bernama Nami yang mempunyai kebiasaan aneh selalu memakai sarung tangan setiap berpergian, ia hidup bersama ibunya di sebuah desa yang damai, kehidupannya memang tenang dan damai hingga ia bertemu dengan dua orang lelaki tampan...