Kelas saat ini sangat membosankan, guru yang mengajar begitu tua, suaranya sangat kecil sehingga tak terdengar oleh murid-murid, mereka hanya menatap buku pelajaran sesekali menguap bosan menghadapi penjelasan yang tak terang sedikit pun.
Nami yang kini dilanda pikiran yang berkecamuk, memaksa dirinya untuk pergi meninggalkan kelas sesaat hanya untuk menghirup udara segar diluar.
Ia berjalan-jalan menelusuri koridor sekolah, melewati berbagai macam jurusan yang disediakan universitas nya, memasuki lapangan basket, lapangan tenis dan juga lapangan kasti, yang tidak dilaluinya hanyalah lapangan renang, lebih tepatnya kolam renang, karena kolam ini terlapisi dinding jeruji yang hanya bisa dilihat dari luar saja.Kini ia melewati sebuah lapangan uji coba Taekwondo, mereka yang berlatih sedang maju satu lawan satu ke depan menunjukkan kemampuannya, hingga seseorang berbadan kuat menjatuhkan beberapa lawan.
"Siapa lagi?" Tanya seorang guru mempersilahkan muridnya yang lain untuk maju melawan orang tersebut.
"..."tapi nihil, tak ada suara, ataupun tunjuk tangan, tetap ia lah yang menjadi pemenang.
"Horeeee," pekik Nami tiba-tiba, membuat semua orang yang fokus didalam lingkar latihan melihat ke arahnya saat ini, termasuk lelaki sejati di tengah lingkar tersebut, mata elangnya langsung menusuk jantung Nami.
"Eumm,,,,"Nami tersadar,"So,ssory,"ucapnya gugup, kemudian segera mengambil lari kaki seribu meninggalkan tempat tersebut, sehingga ia tak sadar,,,Brakkk
Nami menabrak seseorang.
"Astaga,..,."ucap Nami seraya duduk berlutut, ikut membantu orang yang ia tabrak memungut barang-barang nya yang berserakan dilantai.
Nami mengutuk dirinya, begitu memalukan, belum ia jauh melangkah dari tempat latihan taekwondo tersebut kini ia telah menabrak seseorang yang tak dikenal.
Nami menoleh ke belakang berjaga-jaga apakah mereka masih memperhatikannya, hingga tak sengaja tangannya menyentuh telapak tangan orang yang ia tabrak, refleks ia menatap orang tersebut, seorang laki-laki, bola matanya biru pekat, sangat indah membuat hatinya berdebar-debar, tapi bukan berdebar karena cinta pada pandangan pertama, melainkan sesuatu yang ia baca dipikiran lelaki tersebut.
"Terimakasih,"ucap lelaki tersebut membuyarkan lamunan Nami.
Lelaki tersebut langsung saja pergi meninggalkan tempat tersebut tanpa menghiraukan Nami yang masih menganga membayangkan apa yang akan terjadi setelahnya"Astaga!!"seru Nami tersadar, "Dia,Dia...."
Nami berlari mengejar lelaki tersebut, tapi ia kehilangan jejak, segala arah dengan kemungkinan ia tempuh untuk mendapatkan sosok lelaki tadi, tapi tak kunjung juga ia dapatkan batang hidungnya, hingga sebuah suara klakson disusul benturan mengagetkannya.
-chiiiiiiit, bruakkk------
Lari berlari ke arah suara, sehingga ia dapatkan lelaki tadi telah terlentang di atas aspal dengan darah yang berceceran membasahi tubuhnya.
Seseorang lelaki sekitar berumur 40 tahunan keluar dari mobil truk yang tadi menabrak lelaki tersebut.
"Saya tidak salah, bocah tengil ini memang sengaja bunuh diri," ucapnya menyumpah, wajahnya yang pucat menampakkan ketakutan yang mendalam dari dalam dirinya, "Apakah ia sudah mati?" Tanya supir truk itu hati-hati.
Nami mencoba menyentuh urat nadi lelaki tersebut dilehernya, masih berdenyut, tetapi dengan keadaannya yang seperti ini tidak memungkinkanya bertahan lama.
"Dia tidak mati bukan?"tanya supir truk itu kepada Nami.
Nami menatap sekitar, kosong lengang, tak ada seorang pun yang lewat disana, lelaki ini memang telah berencana, jalan ini menuju arah gudang barang kota sehingga yang melewatinya hanya mobil truk pengangkut barang saja.
"Bantu aku membawanya ke rumah sakit,"ucap Nami.
"Oh tidak, aku sangat sibuk,"jawab supir truk itu menolak,"Dia temanmu bukan?"ucapnya tanpa basa basi sedikitpun, "Disini tidak ada siapa-siapa, lebih baik kau tutup mulut dan bawa dia ke rumah sakit sekarang, ini,"pak supir itu mengeluarkan beberapa lembar uang,"ini untuk sedikit biayanya,"ucap supir itu cepat, kemudian berlari memasuki mobilnya.
"Tapi pak,"Nami berusaha mencegah supir itu tetapi supir itu begitu cepat masuk kedalam mobilnya dan mengegasnya pergi meninggalkan Nami sendiri bersama tubuh lelaki yang berlumuran darah ini."Kemana aku harus meminta tolong,"ucap Nami frustasi ketika menyadari bahwa kini tak ada seorang pun bersamanya disana.
Lalu bagaimana ia akan membawa tubuh lelaki ini???
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH
FantasíaSeorang gadis cantik bernama Nami yang mempunyai kebiasaan aneh selalu memakai sarung tangan setiap berpergian, ia hidup bersama ibunya di sebuah desa yang damai, kehidupannya memang tenang dan damai hingga ia bertemu dengan dua orang lelaki tampan...