Naskah telah terbaca
Tinggal pementasan saja
Lantas mengapa
Semuanya tak baik baik saja?[🌚🌚🌚]
Wanita paruh baya itu sedang memainkan piano di depanya, sambil melihat anaknya yang duduk dipangkuanya. Dia tak terganggu akan senandungnya, malah sedikit sedikit mulai bersenandung bersama anaknya.
Hari ini dia libur, tak ada ucapan sutradara yang selalu mengarahkan para krunya, tak ada kamera yang selalu mengeluarkan flashnya, dan tak ada wartawan yang bertanya "Apakah ada lagi film atau FTV yang akan anda mainkan Bu Latufa?" Saat dia selesai bekerja.
Iya, dia Latufa, Latufa Alexander, perempuan blesteran Inggris Jawa yang namanya sedang naik daun karna selalu diajak bermain peran di depan kamera.
"Bunda," ucap gadis kecil di depanya sambil mendongak, menatap bundanya.
"Iya sayang?"
"Esya mau main drama bunda," ucap Esya malu malu, menatap kakinya yang sedang dia ayunkan.
"Oh ya drama apa?" Antusias? Jelas! Anak semata wayangnya mengikuti jejaknya walau masih jauh darinya.
"Putri Salju dan 7 Kurcaci."
"Pasti Esya jadi Putri Saljunya, kan Esya cantik."
"Esya gak jadi Putri Saljunya bunda," jelas Esya sambil terus menunduk.
"Terus Esya jadi apa? Salah satu kurcaci?" Masih dengan nada antusiasnya Latufa tetap bertanya kepada anaknya yang makin menundukan kepalanya.
"Esya jangan nunduk, jawab Bunda." Akhirnya, Latufa mulai emosi karna diabaikan anaknya.
"Tapi Bunda harus janji, Bunda harus nonton drama Esya." Tak apalah, asalkan penampilan pertamanya bisa dilihat Bundanya
"Oke Bunda janji akan lihat drama Esya sampai selesai, tapi jawab pertanyaan bunda tadi."
"Itu rahasia Bunda, Bunda lihat aja langsung dramanya." Esya mendongakan kepala, tersenyum ke arah Bundanya lalu turun dari kursi piano meninggalkan Latufa yang mencoba merendam emosinya dari tadi karna anaknya mulai berani bermain denganya.
"Oke Bunda akan melihat sampai selesai."
[🌚🌚🌚]
"Esya malu-maluin Bunda!" Bentak Latufa setelah pulang dari melihat drama anaknya.
Yang benar saja! Anaknya merahasiakan peranya darinya karna dia hanya keluar satu kali, jadi pohon apel pula! Bagaimana dia meletakan mukanya yang sudah merah padam tadi saat menonton drama anaknya.
"Bunda, Esya sebenarnya mau---"
"Halah alasan! Sudah kamu bikin Bunda malu tau gak! Masa anak artis yang suka keluar masuk TV karna main film, main FTV anaknya cuma jadi pohon apel pas drama!"
"Bunda, Esya---"
"Cukup! Bunda gak mau dengerin alesan kamu! Bunda mau berangkat syuting lagi! Buang buang waktu saja Bunda nonton drama kamu tadi!"
Esya yang dibentak seperti itu hanya bisa diam, menangis sambil memalingkan mukanya.
"Begitu kamu marahin Esya karna jadi pohon pas drama tadi?" ucap lelaki yang berada di pintu ruang tamu, Gota namanya.
Ayah batin Esya
Segera dia berlari menuju papanya yang pulang cepat dari biasanya.
"Mas? Sudah pulang? Kok cepat?" tanya Latufa sambil menghampiri suaminya.
"Sudah, tadi mampir ke sekolah Esya mau melihat penampilanya, ternyata sudah selesai," jelas Gota sambil mengusap rambut anaknya yang terisak disampingnya.
Lenggang sejenak, Latufa yang sibuk menelpon managernya agar menjemputnya saat ini, dia sedang marah dan ingin berangkat syuting berhubung sudah waktunyadia bekerja. Sedangkan, Gota sibuk menenangkan anaknya.
"Sayang, Ayah bangga punya anak seperti Esya." Sambil mencondongkan badan di samping anaknya.
Esya sedikit tersenyum, merasa lega saat ayahnya mengucapkan kata kata tadi.
"Makasih yah."
Latufa yang mendengar pembicaraan tadi jengah, masih mencoba meredam marah dengan mencoba menelpon managernya yang selalu diabaikan, kenapa sih dia?! Kurang bayaranya?
"Kenapa susah di telpon sih Rendy ini!" Kesal Latufa
"Kamu mau kerja lagi?" tanya Gota sambil menggendong Esya yang sudah reda tangisnya.
"Iya aku mau kerja, aku masih kesal sama anak kamu. Susah susah ngosongin waktu buat lihat dia tampil, ternyata malah malu-maluin." Latufa mulai melangkahkan kakinya menuju tangga.
"Masih saja prioritasin karir, anaknya sendirian dirumah gak ada yang jagain, aku udah kerja berangkat pagi pulang malam, masih kurang uangnya?" tanya Gota, seketika pula Latufa berhenti untuk berjalan.
"Mas, aku sudah bilang berulang kalikan?"
"Iya aku tau, tapi bukanya Esya masih kecil untuk selalu kita tinggal? Cukup aku aja yang kerja kamu jaga Esya. Kasihan Esya sendirian," jelas Gota, menurunkan Esya dan mulai menghampiri Latufa.
"Siapa bilang dia sendiri? Ada Mbok Darmi."
"Latufa kamu jangan egois."
"Kamu yang egois mas, aku kerja cuma buat ngehibur diri."
"Ayah, Bunda jangan bertengkar. Esya dirumah aja sama Mbok Darmi gak papa kok." Sudah lelah mendengar ocehan orang tuanya.
[🌚🌚🌚]
Hai gaes
Sudah tau isi pikiran saya?
Yang sudah tau bolehlah tinggalkan coment
Eh jangan lupa juga
Tinggalkan like and votenyaDan semoga cerita ini menghibur dan nyambung dengan tema yang
Say "hi" or "hello"
Di instagram: @salrudniyySelamat menunaikan ibadah puasa hari pertama bagi yang menunaikan.
Semoga kuat menjalankan ibadahnya.
See you
Salam genit
Rusmdnyyy_
KAMU SEDANG MEMBACA
Prosthetic Limbs for My Idol [END]
Teen FictionKresya Cahyu Latanuli Dia hanya gadis kecil yang menginginkan ibunya berada disampingnya selamanya. Hanya saja, ibunya harus bekerja sebagai Aktris, membuatnya jauh dengan sosok ibunya. Hingga saat ibunya memilih pergi, dia mulai paham pada hidupnya...