Chapter Tiga Puluh Tujuh: ICU dan Korea

84 5 0
                                    

Jika anganku terbang bebas
Aku akan biarkan
Tapi jika dirimu terbang jauh ke atas
Tak akan ku biarkan

[🌚🌚🌚]

"Bunda!" teriak Esya memukuli pintu ICU di depanya. "Bunda!" teriaknya lagi membuat Gibran mendekatinya.

"Udah Sya udah, lihat tangan lo, udah merah merah, ayo duduk aja, kita tunggu dulu." Gibran menuntun Esya yang sepertinya sudah lemas untuk duduk di ruang tunggu.

Esya yang nampaknya sudah lemas hanya bisa menutup matanya, membuat airmatanya keluar lagi. "Lo gak boleh kayak gini lagi," ucap Gibran menyadarkan kepala Esya ke bahunya. "Udah lo tidur aja," suruh Gibran.

"Ini semua salah gue Gib," ucap Esya membuat Rendy yang berada di depanya mendongakan kepala, memandangnya. "Harusnya gue gak bilang mau tampil kalau jadinya kayak gini," ucap Esya terisak membuat Gibran mengelus kepalanya. "Harusnya gue gak ganggu keluarga kalian lagi," ucapnya membuat Rendy tersenyum, masih belum selesai ternyata pikir Rendy.

"Udah Sya, lo tenangin diri lo, gue beliin air minum ya," tawar Gibran meninggalkan Esya dan Rendy di ruang tunggu dengan hening yang datang.

"Bang, maaf ya," ujar Esya akhirnya membuat Rendy tersenyum. "Gue gak tau kalau gini akhirnya," ucap parau Esya. "Gakpapa, ini takdir, doa aja biar Latufa bisa selamat," ucap Rendy yang dibalas anggukan lemah Esya.

"Esya?" Esya memandang seseorang yang berdiri dengan napas terangah engah di depanya. "Ayah," panggil Esya mulai menangis lagi membuat Gota langsung memeluknya.

"Bunda ayah," lirih Esya membuat Gota mengelus rambut anaknya yang berada dalam pelukanya.

"Udah sayang, gakpapa," ucap Gota menenangkan. "Gimana keadaanya?" tanya Gota kepada Rendy tanpa melepas pelukan dari Esya. "Lagi nunggu hasil," tunjuk Rendy kepada pintu ICU yang masih tertutup rapat.

"Sya ini airnya," ucap Gibran saat sudah membeli minuman dan memberikan kepada Gota yang langsung membukanya. "Diminum dulu sayang," suruh Gota melepas pelukan Esya dan menyodorkan air minum yang sudah dibuka tutupnya.

Setelah Esya tenang, tanpa sadar pintu ICU terbuka, menampilkan dokter yang langsung diserbu oleh Gota, Rendy, Gibran dan Esya yang bersandar pada Gibran.

"Dok gimana?" tanya Rendy cepat, membuat Gota diam. "Baik baik saja kan?" tambah Rendy.

"Maaf, kaki korban sebelah kiri harus diamputasi karna terlalu parah, takut nanti akan ada pembusukan," jawab dokter tersebut membuat Esya jatuh ke lantai yang langsung ditahan oleh Gibran. "Silahkan dipertimbangkan apakah harus diamputasi atau tidak, saya tunggu," ucap dokter tersebut membuat Gota dan Rendy memandang Gibran.

"Gibran tolong bawa Esya pulang dulu, ini kuncinya." Sodor Gota kepada Gibran yang langsung menerimanya. "Kamu bisa bawa mobil? Pakai mobil om dulu," perintahnya lagi sambil menyosorkan kunci mobil.

Gibran yang disuruh seperti itu langsung paham dengan keadaan. Dia menolehkan wajahnya kepada Esya yang sepertinya sudah lemas. "Masih kuat jalan?" tanya Gibran yang dibalas anggukan oleh Esya.

Tapi siapa sangka, Gibran langsung mengangkat badan lemas Esya yang Esya saja tak bisa menolaknya karna sudah lemas. Segera Gibran menggendongnya sampai menuju parkiran mobil. "Mobil Ayah lo yang mana?" tanya Gibran tak tau kepada Esya.

"Mobil audi warna hitam," ucap Esya melihat kunci yang ditanganya Gibran. "Gue mau jalan sendiri aja," ucap Esya yang tak dihiraukan Gibran. "Gib," panggil Esya tetap tak dihiraukan Gibran sampai dia membuka pintu mobil dan mendudukan Esya.

"Pakai sabuk pengamanya, gue anter balik," ucap Gibran yang diangguki Esya walau dia sudah lemas.

Ketika mobil sudah berjalan, Esya menyandarkan kepalanya ke jendela, memandangi jalanan. "Gue suruh Gladis sama Bayu biar dirumah lo," ucap Gibran tanpa menoleh ke Esya.

"Jangan lemes, biar besok bisa jenguk Mama kalau udah boleh." Gibran mengelus rambut Esya yang tak dihiraukan Esya.

Karna dipikiran Esya sekarang, dia orang yang jahat.

[🌚🌚🌚]

"Maaf gue gak bisa jaga dia," ucap Rendy kepada Gota yang sedang memijat keningnya. "Kita juga ada acara kabur kaburan kemarin," ucapnya lagi membuat Gota diam.

"Kalian kabur demi lihat Esyakan?" tanya Gota tepat sasaran. "Dan Ceritanya Latufa bisa kecelakaan separah ini bagaimana?" Rendy menghembuskan napas. "Gue gak tau, dia takut telat, keluar mobil dan nyari tukang ojek, gue tau tau aja karna jendela taxi buka, ada orang buka hp dan itu langsung jadi berita," jelas Rendy membuat Gota diam.

"Jangan sampai ada media mengetahui hal ini," ucap Gota sambil memijat keningnya. "Baik Esya maupun Latufa jangan sampai ketemu media," jelasnya membuat Rendy mengangguk, ini lebih baik.

"Tapi gue gak tau Latufa bisa menerima ini atau gak," ucap Rendy memikirkan reaksi Latufa. "Kita lihat nanti," tutur Gota berjalan menuju depan pintu operasi, tempat Latufa sedang diamputasi.

[🌚🌚🌚]

"Udah, gue balik lagi ke rumah sakit," pamit Gibran. "Jangan keluar sendirian, tunggu Bayu sama Gladis sampai," pesan Gibran dan pergi meninggalkan Esya yang duduk di sofa ruang tamu.

Gibran yang melihat itu hanya bisa pergi keluar, untuk pergi ke rumah sakit lagi.

"Gib? Esya mana?" tanya Gladis khawatir, tanpa melepas helmnya. "Esya mana Gib!" bentak Gladis membuat Gibran menunjuk rumah dan membuat Gladis berlari masuk ke rumah meninggalkan Bayu dan Gibran.

"Coba ceritain," ucap Bayu membuat Gibran menatapnya dan menghembuskan napas kasar. "Gue jelasin, tapi nanti, gue sekarang mau ke rumah sakit lagi, jaga dia." Tepuk Gibran pada bahu Bayu yang langsung diangguki Bayu.

"Hati hati lo," pesan Bayu yang diacungi jempol Gibran.

"Bayu!" teriak Gladis dari dalam membuat Bayu segera berlari masuk rumah. Meninggalkan Gibran yang sudah berangkat ke rumah sakit lagi.

[🌚🌚🌚]

"Udah Sya, berhenti nyalahin diri lo," ucap Gladis menenangkan Esya. "Ini semua udah takdir," tambahnya yang diangguki Bayu.

"Tapi sama aja, gue juga salah disini," lirih Esya membuat Bayu segera menseret tangan Esya untuk menonton TV. "Mending kita nonton, nonton abang abang korea lo," tawar Bayu menghibur Esya.

"Eh iya Sya, nonton aja yok," ajak Gladis menyalakan TV. "Gue bawa flashdisknya," ucap Gladis menyambungkan flashdicknya dan mulailah drakor untuk mereka lihat.

Hingga tawa keluar dari mereka bertiga walaupun saat adegan romantis hanya Bayu yang sok sokan muntah. Hingga tanpa sadar, Esya melupakan kejadian tadi.

[🌚🌚🌚]

Hai
Follow akun ini
Vote and coment cerita ini juga ya

Dan jangan lupa juga
Follow akun instagramku @salrudniyy

See you
Salam genit
Rusmdnyyy_

#karna sudah pusing dengan kata jadi singkat aja ya

Prosthetic Limbs for My Idol [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang