Chapter Enam: Short Movie dan Film

216 48 11
                                    

Aku ingat
Kita pernah menjadi satu
Aku ingat
Janji kita belum kita tebus
Tapi aku juga ingat
Kau selalu mengacuhkanku

[🌚🌚🌚]

"Gue minta kentang gorengnya bang," ucap Savina sambil mencomot kentang goreng yang dipegang Arthur.

"Sevina! Lo kok asal comot aja sih!" teriak Arthur tak terima sambil menjauhkan kentang gorengnya.

"Yang ambil Savi kak bukan Sevi," ucap Sevi tak terima dia yang dilabrak.

"Makanya punya wajah jangan mirip!" ucap Geva sambil menghampiri Sabil yang sedih di pojok ruang.

"Udah nasib," ucap Sevina dan Savina serentak yang mengundang tawa renyah Geva.

Sabil yang tau Geva akan mendekat ke arahnya memelototinya membuat Geva tak jadi mendekat.

"Ta, itu Sabil kenapa?" ucap Geva sambil menepuk bahu Anta yang memainkan hp, mencoba menghubungi Esya yang tak aktif hpnya.

"Gak tau," ucap cuek Anta tanpa memandang Sabil.

Sabil yang melihat itu tambah badmood, dasar gak peka batinya.

"Gue pergi dulu," ucap Sabil berdiri.

"Jangan, lo pergi nanti Esya datang kita tambah kurang lagi. Disini aja," ucap Anta mencoba menahan Sabil agar tetap berada di dalam basecamp mereka.

Ya, mereka bersembilan sedang di rumah Anta yang disulap menjadi basecamp, basecamp kerja mereka. Menjadi pemain dalam video di akun youtube, project pro.

"Bodo amat." Tak peduli, Sabil pergi keluar dan duduk di gazebo taman belakang Anta, dia sedang badmood dan tak mau ada yang mengganggunya.

"Rak, lo bisa jemput Esya gak?" ucap Anta sambil berdiri mencoba menyusul Sabil yang sudah di dahului oleh Arthur.

Tanpa di suruh dua kali, Raka segera berdiri mengambil helm teropongnya untuk menjemput Esya.

"Maaf gue telat," ucap Esya saat dia sudah masuk ke dalam rumah yang sudah ramai oleh para pemain.

"Udah ke kumpul semua kan? Ayo kit---"

"Lo kemana aja Sya? Kok masih pakai seragam?" ucap Geva menghampiri Esya sambil membawa jaket untuk menjaketi Esya.

"Gue baru pulang, bokap gue gak jemput gue," ucap Esya jujur.

"Tapi bokap lo belum pulang deh keknya, lo pulang naik apa?" tanya Sabil dari taman belakang, baru masuk rumah kembali. Hasil paksaan Arthur.

"Dianterin pak Idin."

"Hah?" ucap semua pemain terkejut.

"Kenapa gak telpon gue tadi?" ucap Raka, karna dia biasanya yang menyusul Esya.

"Hp gue lowbat, gue pinjem charger dong kak Anta." Mohon Esya.

"Tuh dipojokan."

"Makasih kak."

"Jadi udah lengkap nih?" tanya Arthur.

Prosthetic Limbs for My Idol [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang