Langkah demi langkah telah terlaksana
Tinggal tunggu tanggal mainya
Tapi ternyata
Tanggal mainya di percepat[🌚🌚🌚]
"Gimana? Seneng?" tanya Gibran saat membonceng Esya, "Kayaknya lo bakal gak bisa tidur deh," ucap gurau Gibran.
Esya yang awalnya tersenyum tiba tiba memukul pelan bahu Gibran sambil tertawa lepas. "Gak nyangka," ucapnya penuh arti sambil memandang langit jogja.
"Iya gak nyangka," ucap Gibran menyamakan Esya memandang langit. "Gibran lihat jalan!" teriak Esya takut, "Masih aja takut kalau di gonceng gue," kata Gibran melihat spion.
"Udah seneng sekarang?" tanya Gibran yang mulai kedinginan, "Seneng banget," jawab Esya girang.
Bagaimana tidak? Sudah 6 tahun berpisah dan dia bertemu dengan ibunya, tanpa ada penolakan lagi. Apakah itu tidak menyenangkan?
"Gue ikut seneng kalau gitu," ucap Gibran tersenyum, "Gak sia sia gue ajak lo kesana tadi," tambahnya.
"Makasih Gib," ujar Esya sambil memeluk Gibran dari belakang. "Lo udah bantu gue," imbuhnya mengeratkan pelukanya.
Gibran yang dipeluk dengan tiba tiba hanya bisa tersenyum, "Sebegitu nyaman ya lo meluk gue?" terang Gibran membuat Esya melepaskan pelukanya. "Peluk aja kali, gue kedinginan juga," pinta Gibran mengambil tangan Esya agar memeluknya lagi.
Esya yang dilakukan seperti itu hanya diam, mulai mengeratkan pelukanya. "Lo orang baik Gib," kata Esya meletakan kepalanya di punggung Gibran. "Gue gak tau kalo gak ada lo, mungkin perjalanan gue masih panjang," imbuhnya.
"Daridulu kali gue baik," canda Gibran yang mendapat pukulan ringan dari Esya. "Lagian, gue udah bilangkan bakal bantu lo," ucapnya meringis.
"Kita ke minimarket dulu yuk," ajak Esya yang mendapat anggukan kepala dari Gibran.
Hingga akhirnya ketika sampai di minimarket, Esya masuk dan diikuti oleh Gibran di belakangnya. "Pengen beli yogurt," ucap Esya membuka lemari Es di depanya. "Udah malem, ambil yang gak dingin aja Sya," tegur Gibran menutup lemari es.
"Enak yang dingin," ungkap Esya membuka lagi lemari esnya. "Lo.nanti bisa sakit," ujar Gibran menutup lagi.
Tindakan itu membuat Esya jengkel, dia segera berjalan sedikit menjauh yang langsung diikuti Gibran. Setelah dia pikir Gibran lengah, dia segera membalikan badan dan membuka tutup lemari es, mengambil yogurt dan menutup lemari esnya lagi.
"Argh," erang Gibran saat tangan terjepit lemari es. "Eh Gib, sorry banget sorry, lo sih, gue pengen yang dingin lo gak ngizinin," ujar Esya khawatir dan mengelus elus tangan Gibran.
"Masih sakit?" tanya Esya saat dia tak mendapati tanggapan dari Gibran. "Gib?" tanya Esya mendongakan badanya melihat Gibran yang menyembunyikan senyumnya.
"Kalo mau senyum, senyum aja kali," kata Esya membuat Gibran tertawa, "Aneh sumpah lihat lo kek gitu," ujar Gibran yang langsung mendapat jiwitan di tanganya yang terjepit tadi.
"Aduh Sya! Sakit gila!" teriak Gibran memegang tanganya, "Biarin! Salah sendiri, dah lah ayo bayar," ujar Esya mengejek Gibran lalu berjalan menuju kasir.
Gibran yang masih sebal langsung pergi keluar mini market, membuat Esya tersenyum.
"Mbaknya bayar pakai kartu kredit atau cash?" tanya pegawai Kasir ramah, membuat lamunan Esya buyar. "Ehm cash aja mbak, tapi sebentar saya mau nambah lagi," ujar Esya meninggalkan kasir.
Setelah menemukan barang yang dia cari dia segera menuju kasir dan membayar semua belanjaanya tadi.
"Ayo kita pulang, udah lewat 45menit kita," ujar Esya saat sudah di samping Gibran.
Segera, tanpa basa basi Esya naik motor mengabaikan muka kesal Gibran. "Ayo pulang Gib," pinta Esya yang mau tak mau dilaksanakan Gibran.
Tak tau saja, ketika motor berjalan Esya sedang menahan senyuman.
[🌚🌚🌚]
"Izinya cuma 45 menit, tapi keluarnya 3jam, untung belum syuting," ucap Anta menyambut kedatangan Esya dan Gibran di parkiran hotel. "Lama banget, kenapa?" tanya Anta kepada Gibran.
Gibran yang mendapst pertanyaan itu hanya mengibaskan tanganya, "Nunggu drama selesai," ujarnya yang diangguki oleh Anta. "Lo baliknya gimana?" tanya Anta kepada Gibran, "Nanti di jemput," jawab Gibran.
"Oh oke, Sya lo balik, makan gih sama yang lain," perintah Anta yang mendapat anggukan dari Esya. "Tapi nanti, mending sekarang kakak balik dulu deh, Esya masih mau bicara sama Gibran," pinta Esya membuat Anta kembali masuk ke hotel.
"Kenapa?" tanya Gibran ketus, dia masih sebal karna tadi. "Gue mau balik," tambahnya.
Esya yang mendengar itu pun tertawa renyah, "Kayak udah kasih tau aja," jawab Esya menantang Gibran. "Udah yah, katanya lagi OTW," balas Gibran.
"Kalo gitu gue bilang ke bunda, kalo jemputnya masih nanti." Tantang Esya mengeluarkan hpnya. "Gaya sekarang, dah punya no hpnya, sok sok an," canda Gibran dengan muka ketusnya yang membuat Esya tertawa.
"Yaudah sih gue gak jadi ngomong, mau makan aja," ujar Esya berbalik badan. "Dasar," teriak Gibran yang di dengar Esya.
Esya pun yang sudah berjalan lumayan jauh dari Gibran segera berbalik, "Gibran!" teriak lantangnya membuat Gibran yang awalnya ingin mengembalikan helm ke satpam hotel berhenti. "Tangkap," pinta Esya lalu melemparkan sebuah nescafe kaleng kepada Gibran.
Gibran yang tak siap pun menangkap asal kaleng tersebut, "Hati hati kalo pulang," ujar Esya lalu berbalik masuk ke hotel meninggalkan Gibran yang masih terpaku.
[🌚🌚🌚]
Hai hai hai
Kembali lagi dicerita PLfMI
Gimana? Suka gak bacanya?
Atau ada rasa tersendiri baca cerita ini?
Komen aja disiniBuat kalian yang lagi #stayathome semoga wajahnya tambah glowing tanpa perawatan ya
Jangan lupa
Tinggalkan jejak berupa vote and coment yaSay "hi" or "hello"
Instagram: @salrudniyySee you
Salam Genit
Rusmdnyyy_
KAMU SEDANG MEMBACA
Prosthetic Limbs for My Idol [END]
Teen FictionKresya Cahyu Latanuli Dia hanya gadis kecil yang menginginkan ibunya berada disampingnya selamanya. Hanya saja, ibunya harus bekerja sebagai Aktris, membuatnya jauh dengan sosok ibunya. Hingga saat ibunya memilih pergi, dia mulai paham pada hidupnya...