EPILOGUE

214 9 0
                                    

Janganlah kau menutupi aslimu
Karna belum tentu orang menyukai kebohonganmu
Karna aku
Aku lebih suka aslimu yang selalu ku tunggu

[🌚🌚🌚]

"Pop cornnya udah siap." Esya meletakan mangkok pop corn besar ditengah tengah yang langsung dicomot Gibran. "Gibran jangan jorok," tegur Esya melihat Gibran memakanya dengan cara melemparkanya terlebih dahulu.

"Kak ya Sya kak!" tegur Gibran yang tak dihiraukan Esya. "Gue Kakak lo sekarang," jelas Gibran yang tetap tak dihiraukan Gibran.

"Siapa ya?" ledeknya membuat Gibran memiting kepalanya. "Gibran!" teriak Esya tak terima.

"Gibran lepasin Adik kamu," tegur Latufa yang baru datang dengan Gota yang mendorong kursi rodanya.

Gibran yang mendengar teguran Latufa segera melepas pitinganya, membuat Esya menjiwit tanganya. "Nakal banget sih lo," beber Esya membenarkan rambutnya yang berantakan.

"Lo duluan," ucap Gibran yang dikacang oleh Esya. "Bertengkar lagi Ayah gak kasih uang jajan," tegur Gota mengambil duduk disamping Latufa yang sudah dia dudukan di karpet.

"Yaudah Esya lepas monitornya, kan ini milik Esya," dengus Esya mulai berjalan menuju mointornya yang berada di tengah tengah taman rumahnya.

"Jangan dong Sya, kita kan mau nonton," pinta Gibran memakan pop corn lagi.

"Bunda udah siap nih, ayo nonton," ucap Gibran mengganti panggilan dari "Mama" menjadi "Bunda" mengikuti Esya.

"Oke mari kita nonton," ucap Esya menyetel film dari laptopnya.

Film Train to Busan dipilih oleh Esya karna dia memiliki kejutan untuk Latufa yang sudah dia rencanakan dengan Gibran dan Gota.

Hingga film yang diputar menampilkan adegan yang membuat tegang, tiba tiba lampu mati membuat Latufa dan Esya menjerit.

"Ini kenapa mati lampu?" tanya Latufa ngeri. "Mas benerin lampunya dong," rengek Latufa mencari tangan Gota.

"Loh? Mas?" Latufa yang tak menemukan tangan suaminya segera meraba raba sekitar. "Gibran coba kamu lihat mati lampunya karna apa," ucap Latufa berganti ke Gibran yang juga tak dia temukan. "Esya, Esya kamu dimana?" tanya Latufa saat mengetahui disekitarnya tidak ada orang.

"Kalian bertiga dimana?" Resah Latufa, masih terbayang dengan adegan di film.

"Esya? Gibran? Mas kalian diman---"

"Happy birthday to you,"

"Happy birthday to you,"

"Happy birthday happy birthday happy birthday Bunda." Seketika Latufa menoleh ke belakang.

Pertama kali yang dia lihat adalah Esya yang membawa kue ulang tahun dengan Gota yang membawa buket bunga lili kesukaanya, dan Gibran yang menyembunyikan kedua tanganya di belakang tubuhnya. Membuat Latufa menutup mulutnya, terharu akan pemandangan ini.

"Make a wish Bunda, baru tiup lilinya," ujar Esya membuat Latufa segera menutup matanya.

Ku harap kebahagian selalu datang kepadaku dan keluargaku bertubi tubi.

Setelah itu, Latufa meniup semua lilin yang ada dan menerima buket bunga yang disodorkan Gota. "Padahal Bunda lupa tanggal ulang tahun Bunda," ucap Latufa menghilangkan jejak tangis harunya.

"Makasih," ucap Latufa kepada mereka bertiga. "Ayo kita makan kuenya," ajak Latufa memegang pisau kue.

"Bentar Bunda, masih ada hadiah lagi," ujar Esya membuat Latufa tak jadi memotong kue.

Dia memandang Gibran yang masih menyembunyikan sesuatu di belakang tubuhnya. "Buat bunda." Gibran memberikan sebuah kotak kado besar kepada Latufa. "Dari kita bertiga tapi idenya Esya," ungkap Gibran saat Latufa membuka bungkus kado.

Saat dia membuka kadonya, dia terkejutnya dengan isi kado tersebut. Sebuah kaki palsu sebelah kiri yang membuatnya menyentuhnya, dan dia mulai mengambil sebuah postcard buatan tangan dengan judul "Prosthetic Limbs for My Idol" dan membacanya.

Dear Bunda Latufa Alexander.

Makasih bunda karna bunda udah belain gak ketemu sama aku selama 6tahun untuk mengintropeksi diri dan menghindar karna gak mau aku kena makian bunda.

Makasih juga bunda udah kembali ke hidup Esya walaupun Esya harus mengikuti permainan bunda yang Esya saja gak tau kalau Esya kejebak dalam permainan ini.

Maafin Esya bunda, gara gara Esya bunda harus kehilangan kaki bunda, dan kado ini untuk bunda siapa tau bunda bisa syuting lagi nantinya.

Permainan bunda berakhir disini dan kita sama sama menang, game over.

Dari Kresya Cahyu Latanuli.

#berhubung Ayah sama Gibran gak mau buat post card Esya aja yang buat. Bagus kan?

Latufa dibuat terharu lagi setelah membaca postcard itu. "Kalian, makasih semua." Latufa memeluk Esya yang diikuti dengan Gota dan Gibran yang ikut memeluk kedua perempuan tersebut.

"Setelah ini Bunda bisa jalan lagi, yah walaupun gak sama kayak dulu," ujar Esya tersenyum kepada Latufa yang masih menangis haru tapi tetap dibalas anggukan oleh Latufa.

Hari ini, disaat ulang tahunya yang dia saja lupa bahwa hari ini hari dia lahir, harapanya mulai terwujud satu persatu, membuatnya menangis haru sampai tak bisa berhenti menangis.

"Besok ajarin bunda jalan ya," tawar Latufa setelah tangisnya surut.

Esya dan Gibran langsung mengangguk dan memberikan gerakan seperti hormat kepada Latufa.

"Siap!" Setelah itu, mereka tertawa dengan tingkah mereka yang sangat kekanak kanakan.

Membuat Latufa menengadah. "Sebuah harapan indah."

[🌚🌚🌚]

Horeee
Sekarang bener bener tamat
Gimana ceritanya bagus gak?
Coba dong kalian keluarkan unek unek pas baca cerita ini apa yang kalian rasakan
Atau kalian gak ngerasain apapun juga boleh ditulis

Dan kalian juga bisa follow akun instagramku @salrudniyy

Dan nantikan karya karyaku berikutnya

See you
Salam genit
Rusmdnyyy_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Prosthetic Limbs for My Idol [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang