Tanganku terasa sangat sakit karena genggamannya yang terlalu kuat. Aku bingung kenapa dia bersikap seperti ini, melihatnya dari belakang saja sudah berbeda rasanya. Dia marah?.
Aku terus ditarik dengan paksa dan dia terus berjalan cepat dengan penuh amarah. Dia menghempaskan tanganku dengan kasar yang membuatku semakin bingung. Aku mencari alasan didalam manik matanya, tapi tidak ada satupun yang aku temukan. Hanya Merah menyala seperti api yang berkobar.
"Kapan kau sadar?"
"Kapan kau berhenti?"
"Kau memang seorang penguntit yewon!"
Aku dilempari pertanyaan bertubi-tubi sampai kata 'penguntit' keluar dari mulutnya. Tenggorokanku memanas dan air mataku mulai terbendung.
"Penguntit?" lirihku mengulangi perkataannya.
*
Awan sangat cerah pagi ini. Tepat pukul 07:45 aku tiba didepan pintu apartementnya.
" satu ... dua ... tiga ..." tepat dihitungan ketiga, pintu itu terbuka.
Keluar Kwon Hyunbin yang terlihat terburu-buru seperti 'biasanya'. Dia menatapku sambil berdecih lalu dia membuka suaranya,
"Ayo berangkat" sambil berlari mendahuluiku.
Kami berangkat bersama, menaiki bis dan berdiri berdampingan. Aku selalu tersenyum sendiri ketika masa seperti ini datang setiap pagi. Kami tiba di depan gerbang sekolah lalu mengendap-endap masuk berharap Pak Kim tidak menangkap basah kami.
"Terlambat. Lagi!"
Suara berat berasal dari belakang kami membuat kakiku membeku. Pasrah dengan hukuman yang akan diterima ,kami berbalik badan menghampiri Pak Kim yang sudah siap dengan hukumannya.
"Ketika jam istirahat kalian harus membersihkan toilet. Hyunbin toilet laki-laki dan kamu toilet perempuan" titahnya.
"Saya saja pak yang toilet perempuan" celetuk Hyunbin sambil terkekeh.
"Oke, Hukumanmu membersihkan toilet laki-laki dan aula," ucap Pak Kim sambil menunjuk Hyunbin. "Sekarang kalian cepat masuk ke kelas."
Aku cekikikan melirik Hyunbin yang mendumal ketika Pak Kim sudah jauh mendahului kami.
"Salahmu, siapa suruh membantah Pak Kim" ujarku.
"Memang tua bangka itu tidak bisa diajak bercanda sedikit"
Aku menggelengkan kepala meninggalkan Hyunbin yang masih saja mendumal.
*
Hukumanku untuk membersihkan toilet perempuan sudah rampung. Aku mengintip ke toilet laki-laki memeriksa apa Hyunbin masih berada disana atau tidak. Toilet itu kosong.
"Hyunbin!" teriakanku menggema seisi aula.
Aku menghampirinya dan melemparkannya sebotol minuman dingin. Dia menjatuhkan tongkat pelnya dan meminum setengah botol minuman yang aku berikan. Lalu melemparkan kembali minumannya pada diriku dan mulai melanjutkan mengepel lantai aula. Aku duduk di pinggiran panggung aula, mengamati setiap gerak-gerik Hyunbin. Tidak ada tujuan yang lain, hanya saja suka memandanginya. Dia sangat sempurna menurutku, badannya yang tinggi, hidungnya yang mancung, bibirnya yang berwarna merah jambu, matanya yang sipit namun tajam, suaranya yang berat. Aku menyukainya, tapi bukan karena fisiknya. Kesempurnaan fisik nilai tambah untuknya, aku menyukainya karena suka saja tak ada alasan hanya menyukai saja. Kamu pernah bukan, menyukai seseorang tanpa alasan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting [END]
FanfictionHaruskah aku memanggilmu namamu seribu kali? Haruskan aku mengatakan bahwa aku menyukaimu seribu kali? Seharusnya aku membencimu.