"Woi!"
"A... Aku?" aku memberanikan diri untuk memastikan yang dia panggil itu aku atau bukan walaupun hasilnya gagap.
Orang itu mengangguk, baru ingin membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu namun di belakangnya ada Hyunbin yang langsung menarik pundaknya.
Aku terkejut melihatnya.
"Orang ini yang kau ceritakan?" tanya Hyunbin.
Ish kenapa bilang. Orang itu jadi tahu kan kalau aku membicarakan dirinya.
Orang itu kebingungan mendengar Hyunbin.
"Aku Hyunbin" ucap Hyunbin sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Sepersekian detik kemudian, orang itu membalas jabatan tangan Hyunbin.
"Yoongi"
Ahh namanya Yoongi.
"Anda kenal dengan dia?" Hyunbin menunjukku.
Yoongi menggeleng. "Dompetnya terjatuh. Ini aku mau mengembalikan"
Yoongi menyodorkan dompetku kepadaku. Dan benar dompet dengan warna hijau pastel lengkap dengan bordiran bentuk bunga milikku berada ditangannya. Aku mengambilnya, mengecek isinya.
"Aku bukan mencopet" celetuknya.
Aku terdiam, sial tingkahku membuatnya tersinggung.
Tanpa sepatah katapun hanya membungkukkan badannya, Yoongi pergi meninggalkan aku dan Hyunbin.
"Dia orang baik atau buruk?" kata Hyunbin tetap melihat punggung Yoongi yang sudah jauh dari kami.
"Orang baik. Ini, " ujarku sambil menunjukkan keberadaan dompetku.
Hyunbin mengangguk, memutar badannya lalu mulai melangkah namun sebelum itu,
"Eitt. Mau kemana?" aku menghentikan langkahnya.
"Pulang, mau kemana lagi"
"Lalu kemari buat apa?"
Dia menghela nafasnya. "Niatnya mau beli minuman. Tapi tidak jadi" Hyunbin melanjutkan langkah kakinya.
"Aneh" ucapku.
*
Aku melangkahkan kakiku menuju halte dan sebelum itu pastinya mampir dulu ke apartement Hyunbin, untuk menunggunya. Kami akan pergi ke toko buku, ada buku yang harus kami beli untuk keperluan sekolah.
Lagi-lagi aku melihat orang yang bernama Yoongi itu sedang di samping tiang listrik. Terlihat dia sedang berdiri dan tidak ada kerjaan sampai dia menendang-nendang batu di hadapannya.
Aku terus memandanginya sembari menunggu Hyunbin, tak lama kemudian dia menoleh ke arahku dan kami saling adu pandang. Aku tak tahu harus berbuat apa, ku layangkan senyuman saja untuk sikap sopan kepadanya.
Yoongi menghampiriku. Dia mengulurkan tanggannya ingin berjabat tangan.
"Min Yoongi"
"Kim Yewon" ucapku sambil membalas jabatan tanggannya.
Dia tersenyum padaku, "Menunggu laki-laki yang kemarin ya, Hyun... hyunbin? " ujarnya sambil menginggat-ingat nama Hyunbin.
Aku mengangguk, "Itu Hyunbin. Kalau begitu aku pergi dulu" aku menghampiri Hyunbin cepat-cepat. Dan langsung menyeret Hyunbin untuk bergegas pergi.
*
Kami memilah-milah buku sampai menemukan buku yang dicari.
"Kau sudah akrab dengan orang itu?" tanya Hyunbin tiba-tiba.
"Orang itu mana?" tanyaku tidak mengerti maksud Hyunbin.
"Orang tadi. Orang yang mabuk, orang yang pingsan, orang yang katamu selalu ditiang listrik" ujar Hyunbin.
"Ahhh, tidak. Malah tadi dia menanyakan namaku. Terus aku langsung cepat-cepat pergi ketika melihatmu"
"Kenapa?"
"Takut. Jangan tanya kenapa, pokoknya takut ya takut"
Hyunbin mengrenyitkan dahinya. "Siapa yang mau bertanya kau takut karena apa!"
Hyunbin langsung pergi ke kasir dengan membawa 2 buku yang kami cari. Aku mengaruk tengkuk leherku yang tidak gatal.
"Dia kenapa?"
*
Tak terasa kami berlama-lama di toko buku. Buku memang efektif membiusku sampai lupa waktu. Kami tiba di lingkungan rumah kami pukul 8 malam. Aku dan Hyunbin berpisah di apartement.
Aku berjalan sendirian menuju rumahku.
"Kim Yewon!" panggil seorang laki-laki yang suaranya berasal dari arah kananku. Aku menengok, Yoongi datang menghampiriku.
Dia lagi
"A... Ada apa?
"Baru pulang?" tanyanya basa-basi.
"Iya, aku dari toko buku" aku menunjukkan sebuah buku yang ku masukkan kedalam kantong plastik.
Yoongi mengangguk, "Hati-hati"
"Hati-hati untuk pulang?" tanyaku.
Dia cekikikan, membuatku semakin bingung.
"Iya, hati-hati"
Aku mengangguk ragu, lalu melayangkan senyumanku dan kembali melanjutkan perjalanan.
Baru beberapa langkah, aku memutar badanku untuk melihat apa Yoongi masih di belakangku atau tidak.Tidak ada seorang pun.
"Dia cepat sekali menghilangnya" bulu kudukku tiba-tiba berdiri dan hawa semakin dingin saja. Aku segera berlari ke rumah karena ketakutan. Ketakutan sendiri.
Sok dekat sekali dia denganku.
Tiba-tiba datang. tiba-tiba pergi.
Sekali ditemui dengan normal, pasti disamping tiang listrik.Apa mungkin dia hantu penunggu tiang listrik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting [END]
FanfictionHaruskah aku memanggilmu namamu seribu kali? Haruskan aku mengatakan bahwa aku menyukaimu seribu kali? Seharusnya aku membencimu.