Patah hati

102 15 4
                                    

Malam ini aku sudah membuat janji akan menakraktir vanilla latte untuk Hyunbin dengan embel-embel masih merayakan ulang tahunnya. Kami bertemu di taman yang letaknya ditengah antara rumahku dan apartemen Hyunbin.

Aku sampai di taman dan melihat Hyunbin sedang berdiri disamping tiang listrik. Mana tiang listrik mana Hyunbin , mereka mirip kkk.

"Wah sekarang tiang listriknya ada dua ya" ucapku sambil mendongak keatas.

Hyunbin tiba-tiba menggelitik pinggangku. 

"Akhhh!!!  Geli!!!" teriakku sambil bergerak-gerak seperti cacing kepanasan.

Dia tertawa terbahak-bahak lalu berhenti menggelitiki pinggangku.

"Barusan kau tersengat listrik" katanya puas.

"Ish, kau benar-benar tiang listrik ya"

"Mau ku sengat lagi?" Hyunbin menggerak-gerakan telunjuknya seperti cacing.

"Hehe, ampun ampun tuan ampun"  aku menyerah kalau tidak aku pasti akan kencing dicelana.

Hyunbin tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya,  seperti biasa dia berjalan mendahuluiku dengan langkah lebarnya.

Tidak ada yang berbicara diantara kami,  Hyunbin memasukkan tangannya ke dalam saku jaket.

Dia tampak dari belakang saja tetap memukau,  membuat hatiku terasa dag dig dug dok dok der.

Aku keluarkan hpku didalam saku jaket,

"Hyunbin" panggilku,  dia menoleh.

Cekrek.

Aku terpukau melihat hasil jepretanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terpukau melihat hasil jepretanku.

"This is a materpiece"  kataku.

Hyunbin melihat hasil fotonya, dia mengangguk-angguk sambil memegang dagunya.

"Orang tampan memang susah ya.. " ucapnya menggantung.

"Susah bagaimana? " tanyaku bingung.

"Susah menjadi jelek, menoleh sedikit saja susah tampan luar biasa seperti ini"

Aku memutar bola mataku, mengiyakan segala omomgannya dengan kepercayaan diri tingkat dewa itu.

Setelah membeli minuman, kami putuskan untuk kembali ke taman dan duduk santai disana.  Lebih nyaman di taman daripada di coffe shop itu, ramai.  Kami duduk diayunan diplayground kecil yang terletak ditengah-tengah taman. Sambil menyeruput kopi,  mengayunkan badan dengan santai, suasana malam yang dingin namun membawa ketenangan. 

"Terima kasih, telat menraktirku" tiba-tiba Hyunbin bersuara.

"Seperti baru kenal saja hm" ucapku aneh.

Hanya dua kalimat itu yang terucap, keheningan kembali menyerang kami.
Aku menatap Hyunbin lekat-lekat, yang membuatnya menoleh. Aku memalingkan wajahku dengan cepat, berpura-pura tidak menatapnya.

Dia diam, lalu menghadap ke depan lagi.  Aku mencuri pandang lagi, namun kali ini aku gagal berpura-pura tidak menatapnya ,Hyunbin menangkap basah diriku yang sedang menatapnya lagi.

"Ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?" katanya

Aku gelagapan, sebenarnya ada yang ingin aku katakan padanya. Namun aku takut untuk bersuara,  takut akan membuat kami menjadi jauh.

"Aku menyukaimu" kalimat itu keluar begitu saja dari mulutku,  mulutku tidak bekerja sesuai kemauan otakku rupanya.

Ekspresi Hyunbin berubah menjadi datar,  seketika itu aku sangat menyesali perbuatan mulutku itu.  Kutepuk dengan kasar mulutku.

Hyunbin menghela nafas beratnya.

"Baru saja aku berterima kasih kepadamu Yewon.  Tapi apa kau tidak berpikir kalau saat ini bukan saat yang tepat"

Aku menunduk lesu, aku melakukan hal yang sangat salah.

"Maaf Hyunbin"

Hyunbin beranjak dari duduknya, lalu segera pergi meninggalkanku. Dia marah.

Tak terasa air mataku jatuh.  Aku merasa tidak adil.

Kenapa mengatakan hal itu sampai membuatmu marah seperti ini. Apa salahnya menyukaimu? 

Kalau tidak suka ya bilang saja tidak suka. Jangan main marah lalu pergi seperti itu.

Aku tahu,  aku salah. Berbicara seperti itu ketika baru kemarin kau patah hati.
Asal kau tahu saja, aku patah hati setiap hari.

Waiting [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang