Pagi ini begitu cerah, Aku melewati apartement Hyunbin dan berhenti sejenak, memandang jendela kamar milik Hyunbin.
" Satu... Dua... Tiga "
Sudah seminggu aku tidak mengucapkan mantra itu dan tidak berangkat sekolah dengan Hyunbin. Aku juga tidak pernah chat dengannya, disekolah pun aku tidak tegur-sapa dengannya.
Bukankah itu sangat terlihat sekali kalau aku sedang marah padanya setelah tahu kalau mereka berdua pacaran. Aku tahu itu membuatku kelihatan sangat bodoh, marah-marah sendiri;cemburu-cemburu sendiri padahal Hyunbin juga tidak merasakan apa-apa. Aku memang suka mempersulit diri. Huft.
Tiba-tiba seseorang memegang pundakku, aku menoleh.
Dia dengan seenaknya mengalungkan tasnya ke leherku." Tolong bawakan ya " ucapnya mendayu-dayu.
"Ish, apa-apaan ini Hyunbin. Bawa sendiri! " aku melepaskan tasnya dari leherku lalu melemparkan ke Hyunbin kemudian berjalan mendahuluinya.
" Tidak biasanya kau menolak membawakan tasku " Hyunbin menyamai langkahku dengan kaki panjangnya.
" Bawa saja sendiri " kataku ketus.
" Kau kenapa? sudah seminggu kau seperti ini "
Kau masih tidak tahu Hyunbin? Apa kau benar-benar tidak merasakan apapun? , batinku.
" Tidak tahu "
Hyunbin menahan tanganku.
" Kalau bicara yang jelas. Jangan asal jawab. Kau seperti perempuan saja"Aku menautkan alis. " Aku memang perempuan. Memangnya aku terlihat seperti apa? "
Laki-laki keren didepanku ini meneliti penampilanku dari atas sampai bawah dengan gaya bak photographer.
" Hmm... rambutmu lurus, pipimu chubby, kau sangat pendek menurutku, kau jelas-jelas kerbau Yewon-ah " seketika Hyunbin berlari kencang.
Bangsat!
" Kwon Hyunbin!!! " ku kejar dia sampai dapat, dan memukulinya sampai aku merasa puas. Walaupun peristiwa pukul-pukulan itu terjadi di dalam bis, dan banyak pasang mata yang melihatnya,aku tak peduli. Yang penting aku puas memukulnya, itung-itung aku bisa mengeluarkan emosi karena Hyunbin dan Chaekyung berpacaran.
*
Suasana hatiku sekarang terasa lega, karena kejadian baku hantam tadi. Saat pelajaran juga aku tidak henti-hentinya tersenyum, karena aku terlalu senang bisa bercanda lagi dengan Hyunbin.
Kenapa aku bisa menyukai orang sampai seperti ini?.
Aku berjalan menyusul teman-teman menuju kafetaria untuk makan siang, Hyunbin sedang berada di ruang guru karena Pak Kim memanggilnya. Setiba disana aku langsung membeli makanan, duduk bersama teman-teman.
" Yewon-ah, mau ikut keperpus kah? " tanya yebin ketika kami ingin bergegas meninggalkan kafetaria.
Aku menggeleng, " Aku langsung kembali ke kelas saja "
" Kalau begitu kita ke perpus dulu ya " Yebin dan Sunhi pun pergi berlawanan arah denganku.
Aku berjalan mmelewati koridor menuju kelasku. Ketika didepan ruang guru, aku mengintip dari jendela mencari Hyunbin. Kebetulan Pak Kim muncul dengan tumpukan buku yang cukup banyak dari dalam ruang guru, aku menghampirinya ingin menanyakan dimana Hyunbin.
" Pak Kim, anu Hyun-"
" Ah iya, ini tolong bawakan setengahnya. Cepat-cepat! "
Pak Kim memotong pertanyaanku dan menyuruhku untuk membantunya. Setengah hati aku membawakan buku-bukunya yang berat itu.
" Ikut aku ke perpustakaan" titah Pak Kim.
Setelah berkutat dengan buku-buku yang berdebu itu. Aku langsung pamit kepada Pak Kim. Pertanyaan yang ingin ku ajukan tadi sudah kadaluarsa karena beberapa menit kemudian jam istirahat akan habis, pasti Hyunbin sekarang berada di kelas.
" Pak Kim, saya pamit kembali ke kelas " kataku sambil membungkuk.
" Iya terima kasih ya, " Pak Kim yang tengah jongkok mendongak melihat ke arahku. " Kau siswi yang selalu bersama Hyunbin kan? "
" Yang selalu terlambat di hari rabu " tambahnya.
Aku menggaruk tengkuk leherku yang tidak gatal sambil menyengir.
" Hehe, betul pak " ucapku malu-malu.
" Yasudah kembali ke kelas sana "
Menganggukan kepala dan segera pergi dari sana. Sudah tidak kuat untuk berdua-duan dengan Pak Kim, Guru super galak itu.
Suasana dikelas sedang ramai, tidak ada Guru yang mengajar. Aku melihat di papan tulis ,
MENGERJAKAN SOAL HAL. 15 - 18. ISTRI PAK PARK MAU MELAHIRKAN.
Wah aku terkejut membacanya, akhirnya istri Pak Park melahirkan juga. Setiap mata pelajarannya Pak Park ,beliau selalu bercerita tentang kehamilan istrinya, mungkin setelah ini kami akan disuguhkan cerita tentang bayinya.
*
Hari ini semuanya berjalan dengan lancar, dan terpenting aku berangkat dan pulang sekolah dengan Hyunbin. Saking senangnya, aku sekarang berjalan dengan melompat-lompat seperti anak kecil menuju mini market untuk membeli ice cream.
La la la la du du du du~
Baru ingin membuka pintu mini market, seseorang memanggilku. Kami duduk di bangku dengan mini market. Suasana hatiku menjadi buruk karena dia.
" Ada apa Kak? " tanyaku memulai perbincangan.
" Tidak ada apa-apa, seperti kemarin. Aku berjalan ke sini dan melihatmu "
Aku tiba-tiba teringat sesuatu.
" Kak Chaekyung, jangan suka selingkuh " ucapku to the point, ya walaupun sedikit lancang tapi kalimat itu yang seketika berada di dalam otakku.Dari tingkahnya dia sangat terkejut mendengar ucapanku.
" Apa maksudmu?! "
" Pokoknya jangan suka selingkuh. Tidak cukup kah Hyunbin?! " nadaku sedikit meninggi.
" Kau suka Hyunbin kan? " dia melontorakan pertanyaan yang membuatku terkejut.
Aku terdiam sejenak,lalu menarik nafas panjang, " Iya! Aku suka dengannya! Kenapa? " kataku sedikit menantang.
" Kau ingin menghancurkan hubunganku dengan Hyunbin kan, karena kau suka dengannya. Kau menuduhku yang tidak-tidak. Menuduhku selingkuh? Cih caramu itu sudah kuno " dia memasang wajah berlagak yang membuatku ingin sekali mencabik-cabik wajahnya.
" Aku tidak pernah ingin mengacaukan hubungan kalian. Hanya saja, aku tidak suka denganmu. Makanya kalau selingkuh yang jauh, agar tidak ketahuan! "
Aku berdiri dan masuk ke mini market untuk membeli ice cream. Aku membeli lima ice cream untuk meredakan emosiku gara-gara nenek lampir itu.
" Jangan suka selingkuh! " ucapku sekali lagi ketika melewati Chaekyung yang masih duduk disana.
Dia pikir aku tidak tahu apa-apa, enak saja. Dia belum tahu siapa Kim Yewon.
Aku KIM YEWON anaknya ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting [END]
FanfictionHaruskah aku memanggilmu namamu seribu kali? Haruskan aku mengatakan bahwa aku menyukaimu seribu kali? Seharusnya aku membencimu.