" Puas?! "
Sebuah bentakan tiba-tiba menyerangku. Chaekyung berjalan cepat dengan wajah yang penuh amarah, dibalik pintu juga ada Hyunbin yang sama-sama dengan wajah penuh amarah. Aku sangat kebingungan berada di situasi seperti ini.
" Ada apa? " aku akhirnya berani membuka suara memecah keheningan.
Aku masuk kedalam apartement, menghampiri Hyunbin yang sedang duduk sambil mengacak-acak rambutnya.
" Ada apa? " aku mengulangi pertanyaan tadi.
" Aku dengan Chaekyung putus "
Aku terkejut mendengar Hyunbin. Tidak munafik, di hatiku yang paling dalam aku menyadari bahwa ada kegembiraan yang muncul. Namun disisi lain aku tidak tega melihat Hyunbin terlihat frustasi seperti ini. Pasti dia memang mencintai Chaekyung.
Aku duduk disampingnya, menepuk2 pundaknya.
" Mau menangis? " tanyaku.
Hyunbin menatapku, " Memangnya aku masih bocah? " ucapnya kesal.
" Mungkin " godaku berniat mencairkan suasana agar Hyunbin tidak sedih lagi. Tapi Hyunbin hanya menggelengkan kepala.
" Kenapa kau kemari? " celetuknya.
" Ini sup rumput laut, " Aku meletakkan termos di atas meja yang sedari tadi berada disampingku.
" Selamat ulang tahun Hyunbin yeay" riuhku.
Hyunbin langsung menengok melihat kalender lalu menepuk jidatnya, ada sedikit senyuman yang tersungging di sudut mulutnya.
" Aku lupa kalau hari ini ulang tahunku, " ucapnya yang terkekeh.
" terima kasih yewon " tambahnya.Aku mengangguk kemudian beranjak dari duduk, mengambil mangkok dan sendok didapur. Lalu menuangkan sup rumput lautnya kedalam mangkok tersebut.
" Ini cepat makan " aku mendekatkan mangkoknya ke Hyunbin.
Dia menatap sup rumput lautnya sejenak lalu memakannya secara perlahan. Aku mengamatinya sampai sup rumputnya habis tak tersisa masuk kedalam perutnya.
" Enak? " tanyaku.
Hyunbin mengangguk, " Buatan ibumu tentunya enak "
" Enak saja, Itu aku yang buat " kataku sedikit menyombongkan diri .
" Cuma bantu melihat saja kan? "
Aku memukul kepalanya, " Banyak bicara. Yang penting enak kan! " seruku sambil mengemas termos kedalam tas kecil milikku.
" Cuci sendiri mangkoknya. Aku pulang dulu " aku berdiri.
Hyunbin menganggukkan kepalanya. " Hmm, hati-hati "
Aku melayangkan senyuman untuknya kemudian pulang.
*
Pagi ini aku sangat senang karena aku bisa berangkat sekolah dengan Hyunbin lagi. Aku naik ke lantai 2, ke tempat Hyunbin. Seperti biasanya berdiri didepan pintu lalu mengucapkan mantra,
" Satu... Dua... Tiga "
Mantra bekerja dengn sempurna. Pintu pun tersingkap dan keluarlah Hyunbin dengn rambut yang masih acak-acakan. Oh? Tumben acak-acakan, biasanya rambut hitam legam itu tersisir rapi. Mungkin dia masih sedih dengam kejadian kemarin.
" Ayo berangkat " ajaknya.
Disepanjang jalan menuju sekolah, kami hanya diam tidak ada yang membuka suara untuk sekadar basa-basi. Aku mengamati wajahnya yang sempurna itu, ada kesedihan didalamnya.
Sampai disekolah hingga jam istirahat tiba, Hyunbin hanya menenggelamkan kepalanya dengan tangan yang ia lipat diatas meja. Ku putuskan untuk menghampirinya, menepuk-nepuk pundaknya.
" Kau kenapa? Masih sedih? Sudah jangan sedih "
Aku sangat kasihan melihat Hyunbin seperti ini.
" Sedih? Hyunbin sedang sedih? " tanya Donghan teman sebangkunya.
Aku mengangguk cepat. " Kau tidak lihat dia sedih dari pagi, kasihan Hyunbin. Teman sebangku macam apa kau ini. Sangat tidak perhatian " omelku sambil melengos.
" Kau yang terlalu berlebihan Kim Yewon. Kau tidak dengar dengkurannya? Dia sedang tidur " ujar Donghan.
Aku mendekatkan telingaku ke wajah Hyunbin. Dan benar saja, dengkurannya terdenger. Sontak aku langsung memukul kepalanya.
Sialan! Bikin malu saja.
Donghan menggeleng-gelengkan kepalanya lalu beranjak dari tempat duduknya. Aku menyengir melihatnya, merasa malu karena mengomelinya seperti itu.
Setelah aku pukul kepalanya, Hyunbin mengangkat kepalanya. Ia bangun dari tidur lelapnya, sambil menguap dia merenggangkan badannya.
" Sudah istirahat ya " katanya disaat dia menguap.
" Puas tidur? " tanyaku.
Di menoleh kearahku. " Ayo kita ke kafetaria " tanpa babibu Hyunbin langsung berdiri lalu berjalan meninggalkan aku yang sedari tadi sudah sangat perhatian padanya, menepuk pundaknya, menenangkannya. Sementara dia ternyata sedang tidur. Ck.. Bikin malu saja.
Di kafetaria kami makan dengan teman-teman seperti biasa, hingga tinggal aku dan Hyunbin masih nyaman untuk berlama-lama disana sedangkan teman-teman yang lain ada yang ke kamar mandi, perpustakaan, atau kembali ke kelas.
Seseorang menghampiri kami, lalu duduk disamping Hyunbin.
" Benar kan kataku, Yewon senang kalau kau tidak bersamaku " celetuk Chaekyung.
" Sekarang dia mulai mendekatimu lagi Hyunbin. Rencananya berhasil untuk menyingkirkanku "
Chaekyung tidak berhenti bicara, membuat kepala menjadi panas namun aku tidak mengubrisnya.
Hyunbin berdiri dan seperti biasa dia langsung pergi tanpa mengajakku. Aku ikut berdiri untuk menyusul Hyunbin tapi tanganku ditahan oleh Chaekyung dengan kencang sampai aku terduduk kembali." Ada apa ha? " tanyaku.
" Kau bilang apa kepada Hyunbin? Kau mengomporinya ya sampai dia memutuskanku "
Aku mengerutkan dahiku.
" Aku tidak bilang apapun. Bukannya kau memang berselingkuh "
Chaekyung diam sebentar.
" Gara-gara dirimu aku dan Hyunbin putus " ucapnya.
Bel masuk berbunyi, aku kembali berdiri.
" Aku masuk dulu, nanti terlambat "
Aku langsung pergi meninggalkannya. Malas sekali berurusan lagi dengan nenek lampir itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting [END]
FanfictionHaruskah aku memanggilmu namamu seribu kali? Haruskan aku mengatakan bahwa aku menyukaimu seribu kali? Seharusnya aku membencimu.