" ibu, roti isinya empat potong ya! " teriakku dari dalam kamar mandi.
" Iya nak"
Setelah selesai bersiap, kumasukkan kotak bekal yang sudah disiapkan oleh ibuku kedalam tas. Tak lupa juga aku masukkan dua kotak susu yang kuambil dari kulkas.
" Tumben kamu bawa bekal banyak " ujar ibuku.
" Nanti aku ada jam olahraga, jadi takut lapar " jawabku sambil menyengir.
" Iyakah? Tapi bukannya pelajaran olahraga kemarin? "
" Ah yang benar saja, ibu mungkin lupa. Kemarin yewon tidak olahraga, kalau begitu yewon berangkat dulu, dadah "
Aku cepat-cepat berangkat agar aku tidak ketahuan ibu kalau aku sudah berbohong. Berbohong membawa bekal untuk diriku sendiri, nyatanya aku berniat membawakan bekal ini untuk hyunbin.
Hyunbin tinggal sendiri di apartementnya, orang tuanya tinggal diluar kota. Tidak bisa membuat sarapan sendiri saja , sok-sokan ingin hidup mandiri. Cihh.
Aku berdiri didepan pintu apartementnya.
" Satu... Dua... Tiga... "
Seperti mantra, pada hitungan ketiga pintunya terbuka. Aku menyapanya dengan senyuman termanisku. Dia berjalan mendahuluiku, aku membuntutinya menuju halte. Kami beruntung kali ini , karena mendapatkan kursi kosong,biasanya kami selalu berdiri sampai tiba di sekolah .
Aku mengeluarkan kotak bekalku."Hyunbin-ah aku bawa roti untukkmu. Ini makan, kau pasti belum sarapan" aku menyodorkan kotak bekalnya.
" Eih, aku tidak memintamu membawa bekal untukku "
" Aku yang ingin membawakannya untukmu. Ini makan cepat! Sebentar lagi kita sampai " ujarku dengan paksaan. Bukan karena malu ditolak namun aku khawatir jika perutnya kosong.
Dia mengambil sepotong roti lalu memakannya.
" Ambil semuanya Hyunbin "
" Kau gila, mana muat mulutku mengunyah empat potong roti sekaligus " ujarnya dengan mulut penuh dengan makanan.
Aku terkekeh melihatnya seperti itu. Sangat menggemaskan. Aku memberikannya susu kotak. Dia langsung meminumnya.
" Ini bawa bekalnya " ucapku sambil menyodorkan kotak bekal lengkap dengan sekotak susu.
" Kau saja yang bawa, itu milikmu "
" Aku membawakannya untukmu, sekarang kau yang bawa. Tapi nanti kembalikan kotaknya, kalau tidak, aku akan dimarahi ibuku "
Tepat. Bisnya sudah sampai depan sekolah, aku langsung lari meninggalkan Hyunbin, agar dia tidak bisa mengelak lagi untuk membawa kotak bekalnya.
" Hei Kim yewon! " teriaknya namun terdengar agak samar karena aku sudah lari menjauhinya.
Dikelas dia menghampiriku dengan membawa kotak bekalku.
" Apa gunanya kau lari dariku kalau kita satu kelas," dia meletakkan kotak bekal dimejaku. " Kau saja yang bawa. "
" Susunya mana? "
" Sudah ku minum " katanya sembari menuju ke bangkunya yang berada di pojok kanan, sementara aku duduk di pojok kiri.
Cih, memang maniak susu vanilla, bisikku.
Aku membuka kotak bekalnya, kosong melompong. Bilang saja malu untuk menghabiskan semuanya, gumamku sambil melirik Hyunbin yang sedang bercanda dengan teman sebangkunya. Tanpa aba-aba Hyunbin melihat ke arahku.
" Terimakasih " katanya dengan melayangkan senyuman yang membuat matanya hilang entah kemana, kkk.
Imut sekali, batinku.
Di jam istirahat, aku menghampiri hyunbin mengajaknya untuk makan siang bersama di kafetaria sekolah.
" Hyunbin-ah, ayo! "
" Kau duluan saja, aku masih kenyang dengan empat potong roti isimu "
Dia berdiri merapikan rambut dan seragamnya.
" Lalu kau mau kemana? " tanyaku bingung.
" Ada urusan " Hyunbin tanpa basa-basi lagi keluar dari kelas.
Aku menaiki tangga untuk kembali ke kelas setelah menyantap makan siangku di kafetaria sekolah. Aku melihat Hyunbin terlihat terburu-buru menuju lantai 3.
" Dia mau kemana? Kelas kan ada di lantai 2 " ucapku bermonolog.
Aku menggedikkan bahuku lalu kembali melangkahkan kaki menuju kelas.
*
Malam ini aku merenung, memikirkan apa yang terjadi pada Hyunbin disekolah.
Satu, Dia menolak ajakanku untuk makan di kafetaria padahal jam istirahat dan makan adalah jam favoritnya.
Dua, dia terlihat terburu-buru naik ke lantai 3.
Dan yang terakhir, dia pulang tidak bersamaku tiba-tiba saja menghilang ketika bel pulang berbunyi.
Hpku berdering membuat aku terlonjak kaget, ternyata ayahku yang berada di luar kota menelponku.
" Ayah! Aku merindukan ayah "
" Eoo, ayah juga kekeke " ucap ayah disebrang sana
Cukup lama aku berbincang dengan Ayah. Menanyakan kabarku, bagaimana kabar ibu, bagaimana keadaan rumah dan lain lain.
Setelah panggilan terputus, aku mendapatkan notifikasi bahwa Hyun_Recyclebin mengupload sebuah foto baru di akun instagramnya. Aku segera menekan notifikasnya.
Deg.
Jantungku terasa dihantam. Tiba-tiba sesak dan terasa amat sakit. Otakku berputar mengaitkan segala kejadian tentang Hyunbin tadi siang.
Ahh, dia menghampiri kak Chaekyung rupanya. Mereka berpacaran ya, ucapku lemas.
Selalu berada disamping yang kau suka, itu hal yang sangat luar biasa menyenangkan bukan. Apalagi kalau melihat dia bahagia didekat kita. Rasanya seperti seorang prajurit yang berhasil menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Bangga dan juga turut bahagia, melihat sesuatu yang kita perjuangkan berhasil dan bahagia disamping kita. Tapi bagaimana kalau melihat seseorang yang kau suka bahagia namun bukan didekatmu, bukan karenamu tapi karena orang yang ia suka. Orang yang ia suka bukan dirimu tapi orang lain.
Bahagia ? Tentu tidak.
Aku tidak bisa membayangkan terbuat dari apa hati orang-orang yang berkata," Aku bahagia melihatmu bahagia dengan orang lain. Karena bahagiamu adalah bahagiaku juga "
Itu omong kosong, bagiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting [END]
FanfictionHaruskah aku memanggilmu namamu seribu kali? Haruskan aku mengatakan bahwa aku menyukaimu seribu kali? Seharusnya aku membencimu.