Aku mengurung diriku seharian di dalam kamar, sejak kemarin malam hingga malam lagi aku tidak keluar dari kamar. Berulang kali kedua orang tuaku membujuk diriku keluar kamar untuk makan. Aku masih ingin sendiri, ingin menenangkan diri walaupun semakin aku mengurung aku sadar aku semakin mengingat bagaimana kata penguntit itu keluar dari mulut Hyunbin.
Saat ini aku hanya duduk diatas ranjangku sambil menghadap tembok dengan tatapan kosong.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku. Aku hanya menoleh tidak bergerak sama sekali dari posisiku.
"Yewon-ah ini ada temanmu, namanya Yoongi" ucap ibuku dari luar.
Aku beranjak dari tempat tidurku,lalu berdiri didepan pintu.
"Aku ingin sendiri bu"
"Tapi kau sudah sendiri seharian, apa tidak bosan hm? Ayo keluar ini juga sudah waktu makan malam. Kau belum makan seharian ini, kita makan bersama dengan ayah dan juga temanmu"
"Aku tidak mau" aku tetap tidak mau keluar dari kamar.
"Yewon-ah" suaranya berganti suara laki-laki, itu Yoongi yang memanggilku.
"Ayo makan, kau tidak kasihan dengan orang tuamu? Orang tuamu susah karena kau begini,mereka sangat khawatir"
Aku menunduk, aku tahu pasti orang tuaku sangat khawatir melihatku pulang dengan kondisi mata sembab dan setelah itu mengurung diri seharian.
Kubuka kenok pintu kamarku, aku disambut oleh ibuku dengan wajah penuh kekhawatiran dan juga ada Yoongi disana. Aku langsung memeluk erat tubuh ibuku.
"Syukurlah, kita makan dulu ya" katanya sambil menepuk-nepuk punggungku.
Kami makan bersama, Ibuku tidak membahas sama sekali kenapa aku semalam menangis lalu mengurung diri. Ibuku memberikanku lauk yang banyak dan hanya melihatku makan sampai makanannya tidak ia sentuh sama sekali.
"Ibu makan juga" ucapku.
"Ah iya ibu lupa" ibu menyengir lalu melahap makanannya. Aku tersenyum melihatnya lalu melanjutkan makan malamku.
"Terimakasih makan malamnya ya ibu, oh iya aku boleh memanggil ibu kan?" tanya Yoongi setelah kami selesai melahap makan malamnya.
"Tentu saja boleh" jawab ibuku dengan kekehannya.
"Yes aku punya dua ibu" ujar Yoongi penuh semangat.
"Sudah malam, sana pulang" kataku.
"Eih, kau mengusirku?"
"Yewon tidak boleh seperti itu, Yoongi sudah membantu Ibu membujukmu untuk keluar dan makan" celetuk Ibuku.
"Tapi kan sudah malam ibu" rengekku.
Yoongi beranjak dari tempat duduknya, "Kalau begitu saya pamit pulang dulu, ibu terimakasih makananya sangat enak" Yoongi mengacungkan dua jempolnya.
"Aigoo kenapa buru-buru" ucap Ibuku.
"Sudah malam Ibu,biarkan dia pulang saja" aku mengangkat suara.
"Yewon" kata Ibu penuh dengan penekanan.
"Ah tidak apa-apa bu, terimakasih atas makanannya. Selamat malam" Yoongi keluar dari rumahku.
Terimakasih Yoongi-ya
*
Keesokan harinya, aku kembali ke aktivitasku seperti biasanya, sekolah. Aku langsung berjalan lurus kedepan ketika melewati apartement Hyunbin. Aku sudah menyerah, ingin memulai dari awal lagi. Menganggapnya seperti teman biasa, tanpa rasa istimewa di hatiku.
Ketika aku sampai di halte,aku melihat Hyunbin sudah ada disana,dia berdiri di ujung kiri halte. Aku tak menyapanya, lagipula dia juga fokus dengan ponselnya. Aku berdiri diujung kanan halte. Setelah menunggu beberapa menit, bis pun datang.
Aku masuk ke dalam bis, dan memilih tempat duduk disamping jendela. Setelah para penumpang masuk,bis pun melaju.
Aku sedang fokus dengan layar ponselku, sedang melihat timeline di sosial media. Tiba-tiba seseorang menyolek pundakku dari belakang. Reflek aku menoleh, dan dia adalah Hyunbin.
"Apa?" tanyaku dengan malas, aku sangat muak melihat wajahnya.
"Maafkan aku soal malam itu" katanya.
Aku langsung memalingkan wajahku, menghadap kedepan. Dia memanggil-manggil namaku namun aku tak menghiraukannya. Terdengar dia beranjak dari tempat duduknya dan sekarang dia duduk disampingku.
"Yewon-ah maafkan aku, aku sedang emosi saat itu. Jadi pikiranku kacau"
"Sudahlah jangan dibahas. Aku tidak mau membahasnya. Mulai saat ini aku tidak ingin dekat mu. Kita tetap teman tapi tidak akan seperti dulu" ucapku semoga Hyunbin mengerti begitu kecewanya aku padanya. Dia diam, aku melihat ke arah luar dari balik jendela bis.
*
Hari demi hari pun berlalu, aku beraktivitas seperti biasanya tanpa menunggu Hyunbin saat berangkat sekolah, tanpa makan siang dengan Hyunbin, dan aku tidak pernah terlambat lagi disetiap hari rabu hanya Hyunbin yang dihukum karena dia terlambat. Saat ini aku nyaman dengan tidak selalu dekat dengan Hyunbin, aku rasa Hyunbin juga begitu. Mungkin sangat mudah untuk Hyunbin menjalani aktivitasnya tanpa aku ada didekatnya.
Aku dan Hyunbin tidak bermusuhan, hanya saja aku menjaga jarak dengannya. Aku tak mau lagi kembali menyukainya. Aku tidak mau jatuh ke lubang yang sama lagi.
Oh ya, Terima kasih Yoongi, karenamu aku bisa membantuku melupakan Hyunbin dan menyembuhkan lukaku yang kubuat sendiri karena menyukai seseorang dengan sikap yang bodoh.
"Kita pacaran ya"
"Hah kau sudah gila!"
"Ya, tergila-gila padamu"
"Dasar orang gila, memang gampang menyukai seseorang lalu pacaran begitu saja"
"Aku kan tampan, aku sudah ada penghasilan sendiri. Kurang apa lagi?"
"Kau itu kurang urat malumu. Urat malumu putus semua"
"Kkk, yang penting kau suka padaku"
"Eih Siapa yang bila aku menyukaimu"
"Aku, ahh tidak peduli apa pun yang terjadi kita pacaran,
KIM YEWON AKU MENYUKAIMU. AKU DAN DIA MULAI SAAT INI PACARAN YESS"
Dia berteriak sampai semua orang yang lalu lalang dijalan, melihat ke arah kami."Yoongi gila!" aku menutup mulutnya dengan paksa.
Dia melepaskan tanganku dari mulutnya, dan mengenggam dengan erat tanganku.
"Tidak peduli" ucapnya dengan menjulurkan lidahnya.
Aku tertawa melihatnya, aku tak melawan genggaman tangannya.
"Iya, Kita pacaran" ucapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting [END]
FanfictionHaruskah aku memanggilmu namamu seribu kali? Haruskan aku mengatakan bahwa aku menyukaimu seribu kali? Seharusnya aku membencimu.