Final Chapter

21.4K 2.3K 1.3K
                                    

Tabah-tabah ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tabah-tabah ya. Sembari membaca langsung pikirkan hujatan yang akan dilayangkan buat dakuh. Disusun rangakainnya gitu gais biar hujatan nya terasa aesthetic 😂

💜Happy Reading 💜


Satu minggu berlalu tanpa hasil apapun. Bahkan Jimin ikut membantu Yoongi mencari Areum sampai sekarang. Sedikit sulit karena selama ini mereka tidak tahu siapa saja orang terdekat Areum sebelum bertemu dengan Yoongi.

Berita tentang kecelakaan Baram dan keretakan rumah tangga Yoongi pun sudah mulai mencuat ke permukaan. Hal itu memebuat pikiran Yoongi semakin pelik. Keadaannya jauh dari kata baik. Ia harus selalu di rumah sakit menjaga Baram, meskipun ada Jimin yang mau bergantian dengannya. Ibu wanita itu, tidak perduli sama sekali, meskipun ia pernah datang dua kali dalam minggu ini. Hanya melihat, tanpa ingin merawat ataupun sekedar menunggui. Yoongi tidak punya banyak waktu untuk beristirahat. Mungkin ia bisa membawa tubuhnya untuk beristirahat, tapi tidak dengan hatinya yang dihantui rasa takut kehilangan Areum.

Urusan kantor pun terbengkalai, jika saja tidak ada Jimin dan Namjoon yang menjadi sibuk membantu Yoongi, sudah di pastikan sahamnya akan turun hanya dalam satu minggu ini. Meskipun penurunan saham sudah pasti adanya sejak berita tentang dirinya beredar, tapi tidak terlalu parah karena ada Jimin dan Namjoon yang menanganinya.

"Eomma kecewa padamu, Yoongi."

Ayah dan ibu Yoongi datang jauh-jauh dari Daegu ke Seoul setelah mendengar berita tentang anak mereka. Bahkan Tuan Min memaksakan tubuhnya yang masih belum pulih dari kesehatannya untuk mendatangi Seoul.

"Eomma, maafkan aku. Aku... benar-benar menyesal."

"Kau membuatku tidak bisa melihat cucuku yang bahkan belum lahir, Yoon." pungkas Nyonya Min.

"Nasi sudah menjadi bubur. Menyesalpun sekarang sudah tidak ada artinya." Tuan Min menimpali ucapan istrinya. "Kami tidak pernah mengajarkanmu menjadi pria pengecut seperti ini pada cinta. Bahkan tidak menginginkanmu menjadi pengecut hanya karena obsesi pada seorang wanita," lanjutnya.

"Seharusnya kau bisa menjadikan appa sebagai cerminmu, Yoon. Jika hanya satu, bertahanlah pada satu. Tidak ada namanya yang ke dua meskipun obsesi menguasaimu."

Lutut Yoongi terasa goyah hingga membuatnya bersimpuh di hadapan ke dua orang tuanya. Apa yang ayahnya katakan memang benar. Seharusnya ia menjadikan sang ayah cerminnya. Panutannya. Ia di besarkan dalam keluarga yang penuh cinta dan kasih sayang. Belum pernah ia melihat kedua orang tuanya bertengkar hanya karena kehadiran orang lain dalam hubungan mereka. Tapi kenapa ia seperti ini. Gila hanya karena obsesi.

Spring Day (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang