8

40 6 4
                                    

Pagi sudah menghampiri, waktu sangat cepat berlalu bila bersama Agatha. Hari itu Gani bangun terlalu pagi, entah kenapa ia merasa tidak tenang. Tetapi ia tetap bersiap ke sekolah dan membangunkan Al untuk bersiap pula tetapi karena ia lupa membawa seragamnya, ia harus pulang ke rumah sebentar untuk bersiap ke sekolah.

“gua lupa bawa seragam..ke rumah gua dulu ya gua siap-siap bentar”

“yaudah ayok”

Hanya dua kalimat, entah kenapa hari ini Gani merasa sangat malas berdebat. Setelah berpamitan dengan Agatha, mereka ke rumah Al untuk menemani Al mengganti seragamnya. Hari itu, hari kamis dan sangat cerah. Entah kenapa Gani sangat-sangat tidak bergairah untuk mencari masalah. Bahkan Al bingung dengan sikap bocah satu ini.

“lu kenapa dek?”

“gak tau gua kenapa, rasanya pengen diem aja terus sedih aja. Padahal gak biasanya kaya gini”

“wah lu galau yah abis putus..makanya lu jangan sok-sokan mutusin anak orang”

“enak aja..ngapain gua galau karena putus…gak tau kenapa ya rasanya pengen nangis aja, sarap kali ya gua”

Al hanya diam saja mendengar perkataan Gani, sebenarnya ia juga merasakan hal yang sama dengan Gani hanya saja ia tidak ingin membuat Gani khawatir. Mereka sampai di tempat parkir Sekolah, Gani menuggu Al agar bisa barengan jalan ke kelas mereka. Tetapi mereka sibuk dengan pikiran masing-masing sampai ada penganggu yang datang. Sandra.

“ehh Gani, selamat pagi”
“hem pagi”

“pagi kakak kelas ganteng…Gani ko diem aja, gak dikenalin kakaknya”

“ngapain gua kenalin, kan lu bisa kenalan sendiri. Ribet banget sih jadi cewe, Al gua duluan”

Gani pergi meniggalkan mereka berdua di depan emperan kelas XII dan Al karena sudah dekat dengan kelasnya ia langsung masuk ke kelas meninggalkan Sandra sendirian setelah berkenalan. Sandrapun menyusul Gani.

“Gani kan kita sekelas, bisa dong jalannya barengan aja”

“hem”

Sandra heran dengan tingkah Gani kali ini, kenapa begitu tenang. Membuatnya bersemangat untuk menggoda Gani. Ia bercerita tanpa berhenti, tanpa ditanya dan dalam satu tarikan napas. Gani yang sedang tidak ingin marah hanya diam saja dan tiba-tiba menghentikan langkanya.

“eh lo suka nonton film gak?”

“ha? Kenapa? Iya aku suka..kamu mau ngajak aku nonton?”

“gak..film apa yang bagus ditonton kalo lagi gak mood?”

“drama Korea bagus, drama Jepang juga bagus..kamu maunya yang kaya gimana?”

“apa aja yang penting bagus”

“yah udah ini kebetulan di flashdisk ku ada drama pendeknya Jepang”

“gue pinjem ya..makasih”

Awal yang bagus menurut Sandra, karena pada akhirnya Gani mulai membuka diri untuknya. Menurutnya ia akan bisa berteman dengan Gani jika ia terus memberikan film atau drama yang bagus untuk Gani tonton. Setelah hari itu, Gani suka bertanya pada Sandra tentang film dan drama, sesuai dugaan Sandra Gani jadi sedikit lembut dengannya tidak lagi berkata kasar dengannya.
                                  
                                       ***

Gani menonton film romantis yang di kasih oleh Sandra di kamarnya, hari ini entah kenapa ia benar-benar tidak ingin kemana-mana bahkan ia membiarkan Al sendirian ke Rumah Sakit menemani Agatha. Sudah pukul 15.00 sore dan Gani benar-benar tidak ingin bangkit dari tempat tidurnya, tidak makan dan minum. Entah kenapa hari itu ia hanya ingin diam saja. Suara dering telpon mengagetkannya yang sedang masuk dalam suasana film. Al menelpon Gani.

“halo kenapa bang?”

“lu bisa ke Rumah Sakit bentar gak dek?”

“kenapa emangnya? Agatha nyariin?”

“iya buruan dah”

Gani bergegas dari tempat tidur, tanpa mandi dan berganti baju ia hanya mengambil jaket dan kunci motornya. Bergegas ke Rumah Sakit, entah kenapa dalam perjalanan Gani meneteskan air mata dan merasakan hatinya seperti sangat terluka. Ia menepis semua perasaan itu hingga sampai di Rumah Sakit dan berlari ke kamar Agatha. Sampai di dalam kamar Agatha, kakinya tiba-tiba lemas seketika ia seperti tuli, penglihatannya kabur untuk beberapa saat Gani seperti menghilang. Agatha pergi. Pergi meninggalkan Gani, hanya sepucuk surat yang di pegang Al yang dititipkan Agatha.
Setelah 10 menit Gani berusaha menguatkan kakinya menahan tangan perawat yang hendak melepas alat bantu pernapasan pada Agatha, ia marah. Sangat marah, hingga mengangkat tabung oksigen kosong di sudut kamar dan ingin melemparkan ke perawat-perawat itu. Gani histeris, mau mati rasanya. Dadanya sesak, kepalanya seperti di hantam benda keras. Al berusaha menahannya walaupun akhirnya ia yang terluka, ia berusaha menyadarkan Gani. Para perawat gemetar ketakutan melihat reaksi Gani. Gani menangis di dada Al, ia lemah jika ditinggalkan Agatha. Ia harus apa, ia seperti lupa bernapas.



Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang