Kembali ke rumah susunnya yang kumuh, Ana langsung menghempaskan tubuh lelahnya ke ranjang yang tidak empuk. Sial, ranjang Antonio Martinèz beribu kali lipat lebih nyaman nyaris membuat Ana tertidur jika saja ia tidak berencana kabur.Masih membekas di tubuh Ana bagaimana orgasme terhebat yang ia dapatkan dari sang senor. Begitu keras dan dahsyat kala menghantamnya, "Ugh, Mierda!" umpat Ana. Dia tidak mau mengingat itu. Antonio Martinèz hanyalah kencan satu malam saja dan Ana harus segera melupakannya.
Pagi hampir menjelang, gadis berkulit cokelat itu membiarkan tubuhnya beristirahat selama 15 menit sebelum ia kembali bekerja hari ini. Ana sangat lelah memang tapi mau bagaimana lagi ia membutuhkan uang untuk kebutuhan kuliah adiknya, uang sewa rumah susun yang kumuh ini, dan juga uang untuk mengisi perutnya. Uh, Ana belum memakan apapun sejak tadi malam dan sekarang ia benar-benar lapar. Mungkin Ana bisa mendapatkan beberapa biskuit kering di jalan nanti.
Tepat 15 menit berlalu Ana langsung membawa tubuhnya bangkit dari ranjang. Gadis itu mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi. Ana ingin berendam, rasanya Ana sangat merindukan berendam di dalam bath tubnya yang besar dulu. Oh mengingat ulang hidupnya yang mewah hanya akan membuat Ana merasa sedih. Ini sudah jalan takdirnya, mau tidak mau dia harus berjuang untuk melalui semua ini. Sekarang Ana hanya dapat mengguyur air dari bak ke tubuhnya.
Tubuhnya sudah menjadi lebih segar untuk memulai hari meskipun sentuhan Antonio masih melekat kuat tidak mau hilang. Ana keluar dari rumah susunnya dan menyusuri jalanan San Telmo untuk sampai ke toko roti yang ia jaga setiap pagi.
"Buenos dìas, Thalia" selamat pagi, Thalia. Thalia adalah pemilik toko roti itu. Setiap pagi Thalia akan datang lebih awal untuk memanggang rotinya kemudian ibu tunggal itu akan mempercayakan tokonya kepada Ana karena dia harus mengurus anak-anaknya yang akan pergi ke sekolah.
"Kau tampak berbeda hari ini Ana" ucap Thalia. Uh, benarkah?
Kedua alis Ana bertaut bingung ketika ia bertanya, "Apanya yang berbeda?"
Thalia tertawa geli lalu mengerling nakal kepada gadis muda yang sedang membantunya menyusun roti di etalase, "Ada nyamuk yang menggigit lehermu?" goda Thalia. Mendengar itu sontak Ana langsung lari ke toilet untuk mengecek sendiri apa yang ada di lehernya.
Mierda!
Bekas gigitan sang senor kemarin malam kini memberikan banyak jejak kemerahan di leher Ana. Tuhan, Ana sangat malu!
Tiba-tiba pintu toilet di ketuk disusul oleh suara Thalia yang berteriak dari luar, "Ana aku akan pulang, jangan lupa mencatat penjualanan hari ini oke?"
"Si!" sahut Ana. Dia sangat malu untuk menunjukkan wajahnya di depan Thalia.
Diluar sana Thalia terkekeh geli, "Oh dan jangan lupa tutupi gigitan nyamuk itu. Kau akan habis digoda pembeli jika mereka melihatnya" Ugh, ini menyebalkan!
KAMU SEDANG MEMBACA
One Step On Tango (Exotic Dances Collection #1) /Completed√/
RomanceExotic dance collection #1 Berawal dari kejenuhan yang membawa Antonio Martinèz meninggalkan pekerjaan gelapnya dan secara tak sengaja menyaksikan milonga di San Telmo. Bukan Buenos Aires namanya jika tidak punya penari tango yang cantik dan seksi...