7. Sweet Forgiveness

6.3K 412 25
                                    

Pekikan kecil lolos dari bibir Ana saat gadis itu mendapati Antonio yang ia cari-cari kini dipenuhi oleh darah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pekikan kecil lolos dari bibir Ana saat gadis itu mendapati Antonio yang ia cari-cari kini dipenuhi oleh darah. Ana terkesiap namun Antonio tidak memberikan reaksi sedikit pun. Senor itu tampak dingin, menyeramkan, dan tidak tersentuh. Dia seperti bukan Antonio Martinèz yang Ana kenal, pria ini sangat gelap dan mengerikan.

Ana masih menatap Antonio meskipun tulang-tulangnya sudah gemetar ketakutan. Ia ingin kabur namun tiba-tiba tubuh Antonio luruh, pria itu bersimpuh di lantai kayu dengan tidak berdaya kemudian menangis tanpa suara. Ana terkejut bukan main, ini kali pertamanya ia melihat Antonio yang hancur dan rapuh.

"Antonio....." panggil Ana. Antonio masih terisak pelan di sana.

Dengan ragu Ana menghampiri pria itu. Berlutut di hadapan Antonio Martinèz kemudian menatap manik cokelat gelap yang diselimuti oleh air mata. Apa yang terjadi? kenapa Antonio menjadi sekacau ini?

Kedua tangan Ana yang masih gemetaran terulur untuk menangkup wajah sang senor. Ana meneguk ludahnya dengan susah payah. Entah kenapa melihat air mata yang bercucuran di sana membuat hatinya Ana menjadi sakit, tenggorokkan terasa perih, dan yang ingin ia lakukan hanyalah membuat Antonio berhenti menangis.

Tak kuasa menahan diri, Ana pun menarik Antonio ke dalam pelukannya. Ia tidak peduli dengan darah yang mengotori tubuhnya, yang Ana mau hanyalah membuat pria itu tenang di dalam pelukannya.

"Ana....darah, Ana...." suara Antonio yang tercekat membuat Ana memeluk pria itu kian erat. Antonio terus merancau tak jelas tentang darah, seolah-olah darah adalah monster yang menyeramkan baginya. Ana yang tidak mengerti hanya dapat memohon kepada pria itu agar berhenti, "Darah, aku melihatnya, dimana-mana......sangat banyak, aku kotor-"

"Antonio...."

"Aku benci darah....aku benci darah-"

"Antonio!" Ana terpaksa membentak Antonio agar pria itu berhenti merancau tidak jelas. Dibawanya Antonio Martinèz untuk bangkit lalu ia singkirkan kain penuh darah yang melekat di tubuh pria itu. Antonio hanya menatapnya, masih dengan tatapan kacau yang sama.

Setelah Antonio sudah sepenuhnya telanjang Ana menarik tangan pria itu untuk naik ke atas, menuju ke kamarnya. Antonio hanya diam, kosong, layaknya tak bernyawa ketika Ana Salome membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Ana menyalakan shower dengan air hangat, gadis itu menggosok kulit tembaga Antonio yang dipenuhi oleh darah tanpa mengatakan apa pun.

Keheningan menyelimuti mereka berdua, yang terdengar hanyalah suara pancuran air yang jatuh membasahi tubuh Antonio Martinèz. Ana mendesah gusar, telapak tangannya yang menyentuh pahatan indah otot otot perut Antonio sedikit banyak membuatnya menjadi terganggu terlebih lagi sang senor kini terus memandanginya tanpa ekspresi. Bagaimana Ana harus menghadapi Antonio Martinèz yang kacau ini?

"Apa yang terjadi Antonio, siapa lagi yang kau bunuh?" tanya Ana.

Antonio hanya diam, mengambil tangan lembut Ana Salome dari tubuhnya kemudian menarik gadis itu dengan kuat sehingga menubruk dadanya yang keras, "An-antonio?" Ana mulai ketakutan, bukan takut kepada Antonio melainkan takut jika saja pria itu kesal karena pertanyaannya.

One Step On Tango (Exotic Dances Collection #1) /Completed√/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang