12. Identity

4.9K 336 19
                                    

Antonio menghembuskan nafasnya dengan gusar ketika mobilnya berhenti tepat di depan rumah susun yang mana adalah hunian Ana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Antonio menghembuskan nafasnya dengan gusar ketika mobilnya berhenti tepat di depan rumah susun yang mana adalah hunian Ana. Pria itu masih merasa bersalah, dia belum ingin hubungannya dengan Ana berakhir. Pantaskah itu dikatakan sebagai hubungan? Entahlah, Antonio tidak tahu.

"Antonio, buka pintunya" ucap Ana tanpa mau menatap Antonio.

"Ana...."

"Aku bilang buka pintunya Antonio" ulang Ana sekali lagi.

Antonio mengambil jemari gadis itu kemudian mengecupnya dengan lembut. Amarah yang memenuhi dada Ana perlahan surut kala perasaan hangat menyelimuti dirinya, "Maafkan aku" kata Antonio. Ana menoleh untuk melihat pria yang telah kurang ajar kepadanya beberapa menit yang lalu, "Kau tidak tahu bagaimana caranya memperlakukan wanita dengan baik" ucap Ana.

Antonio mengangguk setuju, "kau benar" mata Ana terpejam sejenak seolah-olah hatinya begitu sakit melihat Antonio yang tidak membantah.

"Kau tahu Antonio, aku menolak tawaranmu untuk menjadi pelacurmu karena ini.....aku tidak pernah ingin siapapun membayarku sehingga mereka merasa dapat menghinaku melalui perkataan ataupun perbuatan" ucap Ana.

"Ana aku tidak bermaksud-"

"Tapi itulah yang kau lakukan Antonio" sela Ana penuh penekanan.

"Aku minta maaf, aku sangat kacau" Ana bergeming. Gadis itu menatap Antonio, dia setuju Antonio memang kacau sama seperti dirinya yang dikendalikan oleh perasaan hari ini sehingga menjadi berlebihan. Hubungan mereka hanyalah sekedar kepuasan semata jika Antonio menginginkannya lalu apa yang salah?

"Ana maafkan aku" Ana mendekat kepada Antonio merangkum wajah pria itu dan menatap ke dalam matanya kemudian berkata, "ini hari yang menyebalkan" Antonio mengangguk setuju dan merutuki dirinya berulang kali. Ana benar ini hari yang menyebalkan meskipun tango mereka tetaplah yang terbaik.

Bibir Ana maju untuk mencium Antonio. Pria itu awalnya tidak bereaksi namun lama-kelamaan Antonio membalas pangutan Ana. Ia membiarkan gadis itu menciumnya dengan lembut dan melingkupinya dengan kehangatan yang sebelumnya ia tolak. Ciuman itu berakhir tepat ketika Ana merasa cukup.

"Baiklah aku harus pergi, sekarang buka pintunya" ucap Ana.

Antonio terpaku, pria itu pikir Ana tidak sudi lagi melanjutkan kesepakatan mereka "Kau....kita berakhir?"

Ana tersenyum kecil, senyum yang tampak tidak lepas seperti biasanya lalu ia menggeleng, "Tidak, kita akan bertemu lagi besok oke?"

"Kau masih marah" Antonio menyimpulkan.

Ana menatap sang senor dengan alis yang bertaut, ia hampir saja tertawa melihat sikap Antonio yang aneh dan menggelikan, "Aku bukan remaja 17 tahun Antonio. Aku tidak marah hanya saja aku harus bersiap-siap untuk kelas tangoku"

Mendengar itu pun Antonio mulai merasa bahwa dirinya konyol, "Baiklah, kita bertemu lagi besok pagi" ucap Antonio sambil membuka kunci pintu mobil. Pria itu meninggalkan satu kecupan di bibir Ana sebelum gadis itu keluar dari mobilnya.

One Step On Tango (Exotic Dances Collection #1) /Completed√/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang