Sebelas : Tak Terduga (1)

689 75 5
                                    

Akhirnya, hari yang kutunggu tiba juga. Jum'at sore, sesuai dengan kesepakatan saat itu. Entah mengapa hatiku rasanya selalu berbunga-bunga. Selalu tak sabar untuk bertemu dengannya lagi. Yah, memang semenjak aku mengenal Sasuke-kun, rasanya hidupku selalu lebih menyenangkan.

Seusai perkuliahan, aku segera menuju rumahnya. Dalam perjalanan aku bersenandung lagu yang pernah ia nyanyikan saat musim dingin lalu. Sepertinya hari itu adalah awal mula perasaanku tumbuh. Dia memang sama seperti laki-laki lainnya, tetapi yang kutau, apa yang diucapkannya bukan sekedar bualan semata. Setiap kata yang ia katakan nampak tulus seolah berasal dari hati terdalamnya.

Seperempat jam lagi aku akan tiba. Tapi tunggu dulu. Apa-apaan ini? Mendadak mobilku tidak bisa melaju. Sudah kuduga, cepat atau lambat mobil tua ini pasti akan rewel seperti biasa. Mama selalu berpesan untuk menjaga dan menyervis rutin tetapi aku saja yang sedikit bandel.

Aku terpaksa berhenti di pinggir jalan. Meskipun jalan yang kulewati ini merupakan jalan raya, tapi tak banyak orang melintas. Aku mencoba menghubungi orang terdekat tapi ponselku mati! Benar-benar jalan buntu.

"Heeh, rupanya si gadis jidat lebar di sini" sontak aku menoleh ke sumber suara. Suara itu, tak asing lagi. Suara dengan penuh keangkuhan, Karin.

"Mau apa kau?" ujarku sembari membuang muka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau apa kau?" ujarku sembari membuang muka.

"Harusnya aku yang bertanya. Mau apa kau sampai lewat sini?"

Aku menggertakkan gigi, "bukan urusanmu kan?"

"Bukan urusanku?" tanpa berpikir panjang ia langsung menarik rambutku, membawaku ke sebuah gang kecil yang terhimpit antara dua apartemen bertingkat, "apapun yang berkaitan dengan Sasuke itu urusanku!"

Ia menarik tangannya dengan kasar tanpa peduli ada beberapa helai rambutku yang ikut tertarik, "kau bukan siapa-siapanya kan?" selorohku.

Karin semakin memojokkanku sambil mencengkram tanganku dan membantingkan tubuhku pada salah satu dinding, "jawab saja!"

"T-tolong–" saat aku akan berteriak, sesegera mungkin Karin membekap mulutku.

"Tidak mungkin kau lewat jalan ini jika tidak menuju kediaman Uchiha" bentaknya semakin menjadi.

Aku berusaha mendorong tubuhnya sekuat tenaga menggunakan kakiku. Shannaro! Jangan meremehkan aku yang jago karate.

Untuk beberapa saat Karin mundur hampir dua meter. Dia mengacungkan jari telunjuknya padaku, "kuperingatkan kau! Hanya aku yang boleh memiliki Sasuke"

"Hentikan!" teriak seseorang di ujung gang masuk.

"Cih, Naruto," Karin menatap Naruto yang tiba-tiba saja menemukan kami, "kau selalu iku campur urusanku, dasar Uzumaki palsu"

"Karin" sapa Naruto, "mengapa kita selalu bertemu saat terlibat masalah? Tidak bisakah mengulang masa lalu dengan bermain bersama?"

"Dalam mimpimu!" Karin menyeringai tajam dan berlalu meninggalkan gang kecil itu tanpa menoleh ke belakang sedikitpun.

Ustadz di TV ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang