Dua Puluh Satu : Pernyataan Paling Dinanti

352 56 5
                                    

Seminggu berlalu. Sejak mempelajari pengembangan materi agama dari Sasuke, aku masih belum bisa menerapkan sesuatu yang paling menancap di otakku. Mempraktekkan kata ikhlas.

Sasuke benar. Kata itu mudah diucapkan, tapi susah dilakukan. Sebab selalu berkaitan dengan hati.

"Alhamdulillah, musim akhirnya berganti" seloroh Mikoto-san mengajakku berbincang sembari menunggu Sasuke pulang. Tidak biasanya dia terlambat setengah jam lebih.

"Uhm. Suhu di luar menghangat. Cuaca yang bagus semoga bisa meningkatkan imunitas semua orang" tanggapku.

"Benar. Ditambah lagi bunga-bunga bermekaran. Saat itu, kami ingin mengadakan hanami" imbuh Mikoto-san seraya menggenggam kedua tanganku, "ikutlah bersama kami"

Binar mata Mikoto-san nampak menaruh harap yang besar. Rasanya sulit untuk mengatakan tidak. Yah kupikir-pikir, sesekali boleh juga ikut menikmati hanami bersama. Lagipula aku melewatkan event itu dua tahun berturut-turut.

"Jangan memaksanya, Kaa-san. Lagipula mahasiswi kedokteran punya jadwal padat" sahut seseorang tiba-tiba.

"He~i, kemana salammu?" goda Mikoto-san menyeringai pada Sasuke yang baru datang.

"Umm.. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam. Ibu pikir kau lupa dengan aturan di rumah" canda Mikoto-san. Sifatnya yang hangat sangat berlawanan dengan Sasuke.

"Aku ke atas dulu" balas Sasuke. Sekejap ia melirik ke arahku, "jika kau selesai mengobrol naiklah"

"Ha~i!"

"Gomenne, dia selalu begitu. Tolong mengerti dia ya" Mikoto-san menggenggam kedua tanganku lagi seraya tersenyum memohon.

 Tolong mengerti dia ya" Mikoto-san menggenggam kedua tanganku lagi seraya tersenyum memohon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengangguk. Bahkan aku sudah sangat memaklumi sikap dinginnya. Aku memutuskan menyusul Sasuke segera.

Dia paling tidak suka menunggu.

Tak kusangka Sasuke berada di ujung tangga. Tatapan mata tajam diikuti tangan yang terlipat menyilang secara erat, memberikan kesan bahwa dia sedang serius, "kau tidak perlu selalu mengiyakan permintaan Kaa-san. Kalau repot tolak saja"

"Kasar sekali ucapanmu”

"Aku belum selesai bicara" Sasuke kembali berdiri tegak, melepas sedekapnya, "..tolak saja daripada membuatnya kecewa"

Ucapan Sasuke sangat menohok. Aku berdalih karena tidak mungkin setega itu, "mengapa kau yakin kalau aku mengecewakan Mikoto-san?"

Sasuke mengungkapkan alasan yang sebenarnya, "kau bilang beberapa minggu lagi akan ada ujian. Bisa jadi saat itu kami ingin mengadakan hanami

Jadi begitu. Sasuke sangat mengkhawatirkan ibunya. Di balik sosok kaku nan dingin, Sasuke sangat menyayangi ibunya. Tapi tidak seharusnya dia mengataiku hal buruk!

Ustadz di TV ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang