Sembilan Belas : Menjadi yang Utama

246 43 1
                                    

14 Februari. Sebuah hari identik dengan peringatan kasih sayang. Hari yang sangat berkesan, terutama bagi Naruto dan Hinata yang menyelenggarakan pesta pertunangan malam ini.

Sebelumnya Naruto memang ingin merayakan tepat di hari ulang tahun Hinata. Sayangnya Hinata jatuh sakit kala itu. Walhasil Naruto mengundurnya dan menentukan tanggal yang tepat.

Naruto bahkan mengganti pesta sederhana menjadi megah. Nampak raut bahagia Hinata teramat puas. Dia tak bisa berhenti tersenyum. Perjuangan cintanya tinggal selangkah menuju pernikahan. Sedangkan aku.. ah sudahlah.

"Boleh kami melihat hasil jepretannya?" tanya Hinata membuyarkan lamunanku.

Dia begitu cantik menggunakan gaun ala putri bangsawan, membuatku bermimpi apakah kelak aku bisa sepertinya. Setelah sekian lama menanti harap pada Naruto, dia mendapat kepastian yang memuaskan. Aku jadi iri.

"Sakura?"

"Ooh, h-hai. Silahkan" responku gagap sembari menyerahkan kameraku padanya.

Aku bersyukur sekali. Di hari bahagia kedua temanku aku diutus sebagai juru foto acara besar mereka. Tapi tentu saja aku tak sendiri. Terdapat beberapa fotografer sewaan yang ikut menghandel dokumentasi para undangan.

"Sudah kuduga, kita tak salah mengandalkan Sakura-chan untuk momen kita" cuap Naruto pada Hinata yang masih asyik melihat potret romantisme mereka di foto.

"Uhm! Arigatou ne" kata Hinata berterimakasih.

"Yah, itu bukan apa-apa. Sudah sudah, habiskan waktu kalian bersama. Jika butuh dokumentasi lagi, katakan saja"

"Yosh, kalau begitu nikmatilah hidangan tak seberapa kami" imbuh Naruto meringis.

Tak seberapa katanya? Pesta megah dari keturunan Hyuga yang terkemuka dan Uzumaki yang memiliki usaha penerbitan buku terkenal. Naruto pasti bercanda. Hamparan makanan dan minunan yang memenuhi meja-meja di depanku dibilangnya hidangan tak seberapa.

Aku menuju ke deretan meja berisi suguhan  manis. Betapa senangnya ketika aku menemukan anmitsu di salah satu jajaran dessert. Saat kucoba sedikit, dari rasanya sudah dapat dipastikan jika isiannya menggunakan bahan premium. Topping yang disediakan pun bukan main banyaknya!

"Cih, malam-malam begini langsung menyantap dessert dingin. Sangat tidak etis" cibir seseorang. Aku tak ambil peduli. Memangnya siapa dia sampai seenaknya sendiri mengkritik selera orang?

Aku mengabaikan mulut celometan orang itu. Mubadzir sekali jika aku menyia-nyiakan kesempatan untuk menikmati anmitsu di hadapanku. Setelah kucicipi, ternyata enak sekali!

Tak cukup jika hanya sekali suap. Bahan-bahan berkualitas membuat anmitsu tersebut memiliki rasa seimbang yang saling membaur. Belum lagi tekstur lumer saat berhasil sampai di mulut. Sangat memanjakan lidah.

"Tambah lagi, Nona?" sambut pelayan yang bertugas mengambilkan hidangan. Rupanya ia menandaiku yang sebelumnya meminta porsi lebih.

"Boleh, tapi kali ini sedikit saja ya" jawabku malu. Aku tak ingin dikira rakus, meski yang kumakan hanya satu macam saja.

"Hai"

Sang pelayan memberiku setengah porsi anmitsu. Ini sudah yang kedua. Kurasa tak mengapa, anggap saja ini bayaran di muka atas kerja kerasku yang fokus memotret si penyelenggara acara.

Sepuluh menit kemudian, aku berhasil menghabiskan porsi anmitsu kedua. Setelahnya, kucoba membaur dalam keramaian, mencari-cari temanku yang mungkin telah berkumpul di salah satu titik.

Tak kusangka, semua temanku datang dengan pasangan masing-masing. Aku merasa terpinggirkan. Jarak keberhasilan kami sudah semakin menjauh, terutama dalam mencari kekasih. Apakah aku pantas bergabung?

Ustadz di TV ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang