Sepuluh : Makan Malam Mulia

676 68 9
                                    

Beberapa minggu setelah Mama memberiku alamat si Uchiha muda, aku mulai bimbang. Haruskah aku benar-benar menemuinya? Tapi bukankah ini hal aneh dan cukup mendadak? Tapi ya sudahlah, mungkin sebaiknya kucoba dulu. Lagipula dengan siapa lagi aku bisa belajar hal begini? Jika aku mencoba belajar agama pada temanku sendiri mungkin aku jauh lebih malu karena mereka tau aku biasa seperti apa.

Aku melangkahkan kaki menuju gedung fakultasnya. Beberapa mata mahasiswa menuju ke arahku. Yah, tentu saja! Mungkin karena aku terlalu modis dan kekinian? Aku menatap mahasiswi yang berada di sekitarku. Penampilan mereka begitu membosankan dan terkesan bukan kalangan atas. Aku tidak percaya seorang keturunan Uchiha yang kaya tahan berkuliah di tempat tak sebanding derajatnya ini.

Berulang kali aku menanyakan posisi Sasuke saat ini pada mahasiswa silih berganti tapi tidak ada yang tau. Aku sedikit putus asa. Gedung fakultasnya sangat luas! Setelah kupikir-pikir, universitas ini memiliki area begitu besar, jauh lebih besar dari kampusku. Akupun memutuskan keluar dari gedung lewat pintu belakang menuju taman. Benar-benar asri. Tidak sedikit kerumunan kecil pelajar yang sedang berdiskusi. Mereka tampak begitu intelek. Aku mulai memahami kenapa dia memilih kuliah di sini.

"Assalamu'alaikum, apakah aku mengenalmu?"

Aku langsung menoleh ke belakang, "ah, konnichiwa, Sasuke-kun!"

"Hn" raut wajahnya nampak tak senang. Terlihat dari caranya memalingkan muka.

"Gomenne, wa'alaikum salam. Maaf aku lupa menjawabnya" aku berharap aku dapat memperbaiki moodnya tapi rupanya Sasuke-kun tetap diam, "hei, kenapa kau begitu acuh tak seramah biasanya?"

 Maaf aku lupa menjawabnya" aku berharap aku dapat memperbaiki moodnya tapi rupanya Sasuke-kun tetap diam, "hei, kenapa kau begitu acuh tak seramah biasanya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada kepentingan apa kemari?" tanyanya to the point.

"Tentu saja untuk menemuimu!" jawabku kesal.

"Kalau kau ingin menemuiku, tidak seharusnya kau berpakaian seperti itu. Di sini, itu dilarang" jelasnya singkat. Sekarang aku tau mengapa ada mahasiswa yang memandangiku seperti tadi. Selain itu, aku juga mengerti mengapa moodnya cukup buruk.

"Yosh, Sasuke! Assalamu'alaikum" panggil seseorang lelaki dari kejauhan. Wajahnya sama tampannya dengan Sasuke. Mungkinkah dia kakaknya?

"Wa'alaikum salam. Nii-san, untuk apa kau kemari?" nampaknya Sasuke cukup terkejut.

"Aku ingin menjemputmu. Ayah mengajak kita makan malam bersama di rumah" cuapnya ceria, "ngomong-ngomong, siapa perempuan ini? Pacarmu?"

Aku terkejut mendengar lontaran kalimat tadi. Pacar?

"B-bukan. Aku hanya.." aku terbata untuk menjelaskan.

"Kita tak sengaja bertemu" sahut Sasuke sekenanya.

"Tidak! Aku adalah murid Sasuke-kun!" dengan tegas aku membantah omongan Sasuke barusan. Kali ini aku sudah membulatkan tekad untuk belajar agama padanya.

Ustadz di TV ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang