Tiga Belas: Hari Kelulusan

560 70 12
                                    

Hari yang kutunggu-tunggu tiba juga. Sebelum memasuki musim panas, pihak universitas memutuskan untuk menggelar wisuda. Bersyukur sekali aku dan teman-teman satu angkatanku dapat lulus bersama tepat waktu. Tidak hanya seluruh temanku, namun juga masing-masing keluarga mereka sangat bahagia. Mama pun demikian, demi menyiapkan semua yang terbaik untuk hari ini, Mama bangun lebih pagi.

"Nanti Sakuragi juga akan datang" ujar Mama saat aku menikmati sarapan pagiku. Memang beberapa hari yang lalu dia berjanji akan datang jika sempat di tengah kegiatan sibuknya di club fotografi.

"Syukurlah" balasku dengan senyum bahagia saat tahu Sakuragi pasti akan datang hari ini.

"Ah ya, dia bilang akan akan membawa kejutan. Kira-kira apa yang akan dia bawa ya?" tambah Mama sambil meringis, "anak itu selalu penuh kejutan"

"Benarkah? Aku tidak sabar bertemu dengannya!"

Sebenarnya selain mengharapkan kehadiran Sakuragi, aku juga mengharapkan kehadiran Papa. Bagaimanapun juga hari bahagia akan tepat dirayakan dengan orang yang tepat, apalagi bersama keluarga. Aku merindukan Papa, meskipun luka yang telah ditorehkannya begitu sakit untuk diungkit. Rasanya akan seperti membuka luka lama kembali untukku dan Mama.

"Baiklah, sudah pukul setengah tujuh, kita harus bergegas" dengan semangat, kami menuju mobil dan meluncur secepat mungkin agar tidak terjebak kemacetan pagi.

Setelah perjalanan bak seorang pembalap, akhirnya aku sampai di kampus. Aku bertemu dengan teman-teman satu angkatanku. Semua berwajah gembira dengan menggandeng kedua orang tuanya. Beberapa juga ada yang mengandeng kekasihnya masing-masing. Sejujurnya aku bingung saat ingin berbincang dengan mereka. Naruto, kulihat dia sedang asyik bercengkrama dengan Iruka-sensei dan keluarga Hyuga. Rupanya Naruto mulai serius terhadap perasaannya pada Hinata. Saat aku mencoba mengalihkan pandangan mencari Sai, kulihat ia dengan kakaknya menghampiri keluarga Yamanaka. Nampak dari kejauhan keduanya sedang bercanda ria saling mendekatkan keluarga mereka. Ibu Ino bahkan membawakan buket bunga khusus untuk Sai. Ah aku benar-benar iri dengan mereka.

"Sebentar lagi akan dimulai, masuklah ke ruangan dan duduklah di kursimu" kata Mama saat melihat jam menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit.

Aku mengangguk dan bersegera menyiapkan diri. Aku duduk mengikuti urutan denah yang telah ditentukan jauh-jauh hari. Tak lama kemudian, satu demi satu peserta wisuda mulai memasuki ruangan dan memenuhi kursi yang tersedia. Mendadak perasaanku bercampur baur antara senang namun juga gugup dalam acara prosesi wisuda hari ini.

"Sudah kuduga kau pasti sangat mempersiapkan pidatomu" kata Shikamaru yang duduk tepat di sebelahku, "itulah mengapa aku tak ingin jadi mahasiswa teladan. Mendokusai sekali"

"Bukankah seharusnya ini tugasmu? Kau kan mahasiswa paling cerdas di angkatan kita" cuapku padanya. Nilaiku dan Shikamaru memang yang paling tinggi di angkatan kami, namun entah mengapa aku yang dipercaya oleh rektor untuk menyampaikan pidato kelulusan untuk mewakili seluruh wisudawan.

"Tapi pengurutan nilai dilihat dari nilai tugas akhir mereka" seringai Shikamaru, "nilai tugas akhirmu kan lebih tinggi, jadi kau yang berpidato. Hahaha"

Aku hanya mendengus kesal. Si rambut nanas itu selalu saja sok merendah, padahal kemampuan otaknya untuk menganalisis sesuatu selalu di atas rata-rata. Selama ini aku dan Shikamaru selalu bersaing setiap semester untuk memperoleh nilai tertinggi. Terkadang dia meraih nilai tertinggi di semester ganjil, namun aku mengalahkannya di semester genap, begitulah seterusnya. Namun pada akhirnya seri, sehingga diambillah keputusan bahwa siapa yang memiliki nilai tugas akhir lebih tinggi yang menempati posisi awal.

***

Prosesi wisuda berlangsung begitu syahdu. Tiap-tiap wisudawan dipanggil bergiliran beserta gelar mereka ke atas panggung. Ada perasaan lega yang menyelimutiku ketika aku berhasil melewati rentetan acara. Sesekali aku juga melihat ke arah tamu para wisudawan, mencari sosok Sakuragi dan Sasuke yang begitu kuharapkan kehadirannya. Ya, setiap mahasiswa yang diwisuda hari ini memperoleh dua undangan. Aku memberikan undanganku pada Mama dan Sakuragi yang kebetulan mampu meluangkan waktunya. Sedangkan Sasuke akan hadir karena membawa undangan pemberian Naruto. Ah, mengapa aku jadi terlalu berharap pada Sasuke seperti ini?

Ustadz di TV ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang